9

362 28 0
                                    

Saran hidupkan mulmed
Jangan lupa Vote dan komen
Happy reading
***

"Jadi, apa alasan lo ngebuka acara GFB lagi?"

"Lo lagi wawancarai narasumber atau lagi nagih hutang?"

Caramel mendengus kesal, kenapa setiap hari ia terus dipertemukan dengan Vanderer?

"Iya, Car. Ini sesi wawancaranya dividioin jadi sopan sikit lah Car, kalo ditonton pak Suharto gimana?" Cara mencibir dalam hati, ia mencoba menahan emosinya. "Ulang lagi ya," ujar Budi lagi.

"Mulai!" Ucap Abi yang berdiri di belakang Budi. Abi dan Budi bertugas menjadi Cameraman, sedangkan Kavin dan Bella mencatat materi, Umi yang mengumpulkan narasumber.

Cara mengambil napas terlebih dahulu dan membuangnya secara kasar. "Tuan Ve yang terhormat,"

"Iya, sayang?"

"HEEEHH!!!" Mereka beteriak kesal kepada Ve. Kavin dan Bella membanting buku mereka ke meja, Umi mengusap wajahnya kasar sedangkan Cara sudah mengepalkan tangannya dan mengangkat setinggi telinganya siap-siap menghantam wajah Ve yang merasa tak bersalah itu.

"Ehh, kamera gue tuh!!" Abi mengehentikan aksi Budi yang juga ikut-ikutan ingin mereaksikan kekesalannya.

"Kan udah gue bilang ini video ditonton pak Suharto lo semua bisa serius gak?!" Budi sangat emosi sekarang, bahkan ucapannya tidak terdengar seperti bertanya melainkan perintah.

"Sabar Bud, sabar. Orang sabar pacarnya mimi peri." Abi memberi sedikit kusukan di pundak Budi agar temannya itu sedikit rileks.

Ve yang menyebabkan keributan hanya diam saja, ia berusaha sekuat mungkin menahan tawanya. Lucu juga teman-teman Cara kalau emosi seperti ini.

"Yaudah, kita ulang sekali lagi. Take 1945,"

"Buset, banyak bener." Budi terkejut mendengar angka yang Abi ucapkan.

"Khusus untuk pak suharto," ujar Abi cengengesan.

***

Hari ini adalah H-1 acara Gebyar Festival Bhineka diadakan. Rata-rata setiap kelas menjadi free, para guru malas memasuki kelas mereka. Hanya guru-guru yang terkenal tegas dan disiplin sajalah yang akan tetap masuk dan belajar, padahal situasi di luar sangat berisik dan membuat murid-murid tidak bisa konsentrasi.

"Ditengokin mulu tuh cewek, dia itu manusia cantik bukan lukisan antik yang cuma bisa lo pandang dari jauh. Dia juga punya kaki kayak lo, Vin. Bedanya, tugas kakinya untuk berlari dan lo mengejar." Budi merangkul pundak Kavin dan ikut duduk di depan kelas mereka.

"Cakep bener ucapan lo, Bud. Tapi betul yang dibilang Budi, Vin. Kalo lo gak bertindak keburu diambil orang bellanya," sahut Abi yang bersandar di depan pintunya. Saat ini kelas mereka sedang bebas. Tidak ada guru yang masuk sejak pelajaran keempat.

Bella yang notabenya sebagai ketua panitia acara ini terlihat sangat sibuk mengurusi segala hal yang harus dipersiapkan.

"Ini cuacanya terik bang, beliin minum lah," timpal Cara yang ikut merangkul pundak Kavin.

Kavin tetap bergeming, ia masih menimbang-nimbang ucapan teman-temannya. "Udah buruan sana, banyakan mikir lo!" Abi mendorong tubuh Kavin, ia gemas sendiri jadinya.

Setelah dari kantin Kavin langsung menghampiri Bella yang terlihat sibuk di tengah lapangan. "Bell," sapa Kavin menghentikan Bella.

Bella hanya menganggkat alisnya, menunggu ucapan Kavin. "Mataharinya terik, lo gak haus?"
Kavin menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali, baru kali ini ia merasa canggung.

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang