"Lo siapa njing!"
Ve sudah tersulut emosi, perang tatap-tatapan yang terjadi di kelas tadi akhirnya tertunda akibat suara bel masuk berbunyi diikuti dengan masuknya seorang lelaki tua lengkap dengan pakaian dinasnya memerintahkan mereka untuk keluar kelas dan mengikuti upacara bendara seperti biasa.
"Elo yang siapa?" balas Garry yang masih mencoba tenang.
Saat ini suasana kantin yang biasanya ricuh dipenuhi suara para siswa kini menjadi sunyi-senyap—menyaksikan perkelahian dingin antara Vanderer dengan Garry.
Ve tersenyum miring, ia mengulurkan tangannya. "Kenalin, Vanderer pacar Caramel," ujarnya dengan senyum sinis yang masih terpampang jelas.
Kantin yang awalnya tenang kini diisi dengan sorak-sorai supporter Budi dan Abi setelah mendengar penuturan Ve. Biar gak tegang.
Garry mengangkat alisnya sebelas, menganggap remeh ucapan Ve. "Pacaranya Cara, ya? Udah dapet restu bokapnya belum?" Dengan polosnya Ve menggeleng atas pertanyaan Garry yang membuat Garry mencetak senyum tipis di wajahnya.
"Kenalin, Garry yang udah dapat restu bokap Cara.""Uwow, semakin panas ... SEMAKIN PANAS GUYS!" Kali ini tidak hanya Abi dan Budi yang meramaikan kantin, Kavin pun tersulut panasnya aura kedua dominan. Kavin hanya bisa menupuk kedua tangannya memberi apresiasi atas keberanian Garry.
Lain halnya dengan Caramel, dia sudah panas dingin saja.Jauh dari dugaan Garry, Ve hanya membalas ucapan Garry dengan kekehan kecil. "Udah dapat restu bokapnya ya? Kalau hati anaknya gimana?" Ve menjawab pernyataan Garry dengan cara merehkan Garry, seperti yang Garry lakukan tadi.
Kini suara applause tidak hanya tercipta oleh Kavin, Bella pun mulai menikmati adu bacot kedua lelaki di hadapannya.
"Belum ya?" Garry tetap bergeming, tidak mengangguk atau pun menggeleng. "Kalo gue sih udah," lanjutnya lagi saat tak mendapat balasan dari Garry. "Gue saranin, kapan-kapan dapetin hati anaknya dulu bro, baru bapaknya, karena lo nikah sama anaknya bukan bokapnya," ujar Ve berbisik di telinga Garry, tapi demi apapun suaranya masih bisa terdengar oleh penghuni kantin.
"Wah-wah sudah-sudah hentikan perdebatan kalian, ini kantin gak ada ACnya bro, bisa-bisa kebakar gue." Budi menarik pundak Garry untuk duduk di sampingnya, sedangkan Ve sudah duduk di samping Cara.
Caramel yang awalnya sudah gundah melihat mimik wajah Garry yang semakin tak bersahabat setelah mendengar perkataan Ve kini menjadi lega, untung saja teman-temannya tukang lawak semuanya jadi bisa mencairkan suasana.
Selesai makan Garry langsung pergi dari kantin karena ada hal yang harus diurus menyangkut kepindahannya dengan guru-guru TU. Di situlah kesempatan Cara untuk menjelaskan apa yang terjadi, mulai dari pulangnya ia dengan pak Dadang hingga kecelakan Mocha di tengah jalan.
***
"Udah siap?" tanya Ve memastikan Cara saat gadis yang ia tunggu sedari tadi akhirnya keluar dari kamarnya.
"Siap!" jawabnya semangat empat lima. Hari ini rencananya mereka akan berkencan. "Kamu naik apa ke sini?" tanya Cara hanya basa-basi, ia juga bakalan tahu apa yang dikendarai lelaki itu saat keluar rumah, namun hatinya tak bisa diajak kompromi saat Ve terus memandangnya dari atas kepala hingga ujung sepatu.
"Mobil," jawabnya santai. Ve mengahampiri Cara yang masih mematung di depan pintu kamarnya. "Kayaknya kita gak jadi keluar deh."
"Yahh, kenapa?" Sela Cara cepat dengan wajah memelasnya, padahal dia sudah capek-capek berdandan.
Ve tertawa pelan melihat wajah Cara yang berubah betek. "Cuma takut aja orang-orang pada tau," ujarnya kemudian berjalan keluar mendahului Caramel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Teen FictionJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...