21

201 21 6
                                    

Hai semuanya!
Maaf lama gak update, so kalo kalian lupa sama alurnya bisa baca ulang yaa👍🏼
Btw
Happy eid mubarak🎇
And jangan lupa share cerita aku ke sosmed dan temen-temen kalian semua🎉

Happy reading

***

"Kenapa gak ke kantin?"

Caramel hanya melihat sekilas Vanderer yang sudah berdiri tepat disamping mejanya. Tidak ada orang di kelas selain dirinya, teman-temannya juga sudah pergi ke kantin untuk memuaskan perut mereka.

"Masih marah?" tanya-nya lagi. Namun lagi-lagi Cara tetap diam dan fokus pada buku catatannya. "Maaf." Ve memutuskan duduk dibangku Bella. Ia hanya bisa menghela napasnya pasrah melihat Cara yang terus cuek kepadanya.
"Dimaafin gak?" Ia menopang dagunya menunggu jawaban Cara.

"Emang siapa yang marah?" Cara menutup buku catatannya. Ia bersedekap dada menatap Ve tajam. "Aku gak marah," ujarnya ketus.

"Kalo gak marah kenapa gak ke kantin?"

"Catatan aku belum siap," jawab Cara cepat. Ve hanya bisa menghembuskan napas beratnya. memang susah ya mengahadapi kaum Hawa, katanya gak marah tapi sikapnya bertindak lain.
Ve hanya diam saja, ia tak tahu ingin berkata apa lagi. Serba salah.

"Aku gak marah, cuma kesel." Cara berdecak mengingat kejadian kemarin.

Karena reaksi pak Alman—Guru Kimia— yang terkejut bukan main saat melihat Ve tertidur di pundak Cara dan tangannya terus memeluk leher Cara membuat satu kelas mengetahui kejadian yang mulanya hanya Bella yang tahu. Cara sangat malu, rasanya ia ingin membuang wajahnya saat itu. Beda dengan Ve yang malah tersenyum tipis saat mengetahui bahwa satu kelas sedang memperhatikan mereka.

"Iya, aku minta maaf uda bikin kamu kesel," aku Ve lagi.

Percayalah Vanderer bukan tipe Caramel, namun melihat wajah pria ini Cara tidak bisa lama-lama marah padanya. Cara pikir ia sudah kehilangan akalnya.

"Ulurin tangan kamu," pinta Ve.

"Ha?"

"Ulurin," ujarnya sekali lagi. Cara hanya nurut saja, ia mengulurkan lengan kanannya kearah Ve.

Dengan sigap Ve ngeluarin dua gelang di saku celananya. "Sebagai tanda perminta maafan aku." Ve melilitkan gelang tersebut di lengan Cara dan lengannya.

"Ini gelangnya couple?" tanya Cara saat menyadari bahwa gelang yang ia pakai sama dengan yang Ve pakai.

Ve hanya tersenyum sekilas, ia menautkan jari-jarinya dengan jari Caramel. "Lihat!" Tunjuknya kearah gelang yang mereka pakai.
Gelang hitam dengan mainan magnet itu menyatu. Cara baru menyadari permata kecil itu ternyata magnet.

"Ayo ke kantin," ajak Ve setelahnya. Mereka berjalan berdampingan, jari-jemari yang masih menaut dan membuat kedua magnet itu terus berdekatan dan menempel satu sama lain. Cara tak bisa mengalihkan pandangannya dari lengannya, lebih tepatnya kedua gelang yang menyatu itu.

"Jangan dilepas," peringat Ve kepada Cara yang langsung diangguki oleh Cara.

****

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang