Tujuh hari lebih Cara telah melawati waktu fajar yang cukup dingin dan menenangkan dengan tertidur pulas tanpa takut cemas menghadapi siang hari yang terik dan malam yang gulita. Tapi setelah melihat pagi ini— tepat pukul 7 pagi, di kediamannya. Suasana begitu riuh, Abi dan Bella yang terus bertengkar, berebut roti pagang buatan Aldo untuk sarapan. Budi yang sibuk memetik gitar Abi, ingin belajar katanya. Dan Kavin yang sibuk sendiri membuat wedang jahe untuk menghangatkan tubuhnya. Di tambah Vanderer yang hanya melahap sarapannya dengan tenang, tidak terusik sama sekali dengan keributan di pagi buta itu—Cara sadar, dirinya merindu.
Hatinya merasa penuh akibat suasana rumah yang setelah sekian lama terlalu sunyi, kini kembali berisik ulah teman-temannya. Setidaknya ada yang Cara syukuri atas kesempatan ke duanya dalam menjalankan kehidupan.
"Car, hari ini lo beneran mau sekolah?" Tanya Kavin. Ia kembali ke meja makan dengan segelas wedang yang masih hangat di tanganya.
"Iya. Lagian lo semua udah pada ujian. Gue sendiri yang belum." Cara menjawab begitu tentang, walau hatinya kini sedang berdegup kencang. Sejujurnya banyak ketakutan yang Cara hadapi pagi ini. Terutama membayangkan reaksi teman-teman di sekolahnya setelah mengetahui berita bahwa dirinya sempat melakukan percobaan bunuh diri. Ada rasa takut yang menyelimutinya, tapi dari semua hal buruk yang Ia ciptakan sendiri, Cara lebih tidak siap jika harus menjawab pertanyaan-pertanyaan pasca kejadian seminggu yang lalu.
"Fyi aja nih ya Car, kimia susah banget gila. Gue aja ngumpulnya sepuluh menit setelah bel." Abi menyahut setelah kesunyian yang menyeruak.
Sejujurnya Cara tidak terlalu perduli dengan ujiannya kali ini. Hanya dengan bekal percaya diri yang setinggi langit, Cara akan menjawabnya sesuai feeling saja. Vanderer juga memperingati gadis itu untuk tidak terlalu berpikir keras saat mengerjakan ujian susulannya, Vanderer hanya takut jika Cara terlalu memaksa otaknya terlalu keras akan memberikan efek negatif atas kesehatan tubuhnya. Jika diingat Cara yang sudah seminggu tidak menggunakan otaknya itu dengan maksimal.
"Kamu yakin mau tetep ujian susulan? Atau aku bilang aja sama kesiswaan sekolah tentang keadaan kamu, nanti mereka kasih tugas doang kali untuk nilai ijazah kamu."
"Gak bisa gitu dong sayang. Gak adil nanti sama anak-anak lain, akunya juga udah gak pa-pa. Kalo soalnya susah aku asal-asalan aja ngerjainnya, janji gak bakal mikir banget." Caramel tahu kekhawatiran Vanderer itu terlalu berlebihan, tapi Ia suka Vanderer yang begitu perhatian. Caramel suka Vanderer yang hangat. Tidak seperti pertama kali keduanya bertemu, Vanderer yang cuek dan ketus itu terbilang tidak ada dalam list karakter pria yang ingin Caramel kencani.
Abimana mendengus mendengar percakapan singkat keduanya. Merasa jengkel karena mereka yang bermesraan tanpa melihat keadaan. "Dih. Mau muntah gue liat lu berdua. Aku-kamuan lagi. Lu lagi Cara, jijik gue ya denger lu sayang-sayangan begitu."
"Wedang gue langsung basih," Celetuk Kavin yang membuat mereka tertawa terhibur—tentu kecuali Caramel yang hanya menggerling sebal karena ledekkan teman-temannya.
Vanderer juga tahu bahwasanya teman-teman kekasihnya itu hanya bercanda saat meledek mereka yang mencoba bersikap mesra dihadapan sang sahabat. Hubungan keduanya telah berjalan tujuh bulan lebih. Sedikit banyaknya mereka telah berubah menjadi lebih terbuka dan santai untuk saling melempar perhatian atau memanggil satu sama lain dengan petname lucu dihadapan teman-temannya.
Apalagi Vanderer juga sudah mulai akrab dengan teman-teman Caramel. Vanderer semakin memaklumi sikap mereka yang selalu jahil dan absurd itu. Walau terkadang Vanderer tidak bisa menanggapi candaan yang Abi lontarkan, pemuda itu tetap merasa nyaman mengahabiskan waktu bersama—selagi masih ada Caramel di sisinya, Vanderer akan sedikit terbantu untuk mencerna lelucon yang mereka buat.
Menurut Vanderer hanya Abi, Bella, Budi, dan Kavin saja yang pantas menjadi teman kekasihnya. Vanderer juga merasa tenang jika mendapat laporan dari sang kekasih yang sedang berada di luar bersama keempat sahabatnya. Apa lagi setelah Vanderer mengetahui sebagian besar kisah hidup Caramel yang tergolong cukup mengenaskan disaat umurnya masih terlalu muda untuk merasakan semua kepahitan dunia. Vanderer senang di saat Caramel sedih dan merasa sendiri selalu ada sang sahabat yang menemaninya, menguat 'kan kekasihnya hingga Ia tumbuh cantik seperti pagi ini.
Terkadang Vanderer merasa iri dengan Abi yang dapat lebih dulu menjadi pundak untuk Cara. Merasa cemburu dengan Kavin yang selalu Cara peluk di saat merasa sedih dan menjadikan pemuda itu sebagai tempat Cara berkeluh kesah. Vanderer merasa menyesal tidak lebih dulu menjadi penghibur Caramel di saat gadis itu merasa sepi seperti Budi. Terkadang Vanderer selalu bertanya-tanya kepada langit malam tempatnya mengadu—mengapa tuhan menyembunyikan Caramel darinya selama itu?
"Abis ujian Caramel, kita liburan yuk? Udah lama gak refresing." Usul Bella. Gadis itu telah selesai memakan sarapan paginya.
Semuanya hanya mengangguk. Tak ada alasan untuk menolak juga. Setelah Caramel selesai ujian susulan, sudah tidak ada lagi kegiatan mengajar untuk anak kelas 12 secara keseluruhan. Rasanya mereka memang butuh waktu untuk mengembalikan akal sehat mereka yang telah sedikit banyaknya hilang di makan polusi Ibu Kota.
"Boleh. Kepuncak enak tuh, seger gitu gak sih?"
"Puncak mulu lo, Bi. Gak bosen apa?"
"Luar kota ayuk?" Usul Caramel.
"Oke tuh ay," ujar Vanderer menyetujui. "Yaudah kita ke Bandung aja. Berangkat subuhan gitu ke Ranca Upas, main bentar deh sama rusa ngabisin waktu sebelum sorean. Terus nginepnya di Ciwidey, pagi nya kita ke Kawah Putih. Ala perkemahan gitu, kamu suka sayang?"
"Suka. Suka banget. Okay kita gitu aja deh ya. Lo semua setuju gak?"
"Anjir, begini banget dah ngajak liburan sultan. Sat set sat set langsung jadi mau kemana, kagak ada wacananya dikit gitu lo Ve, gak asik."
Semuanya setuju. Tidak ada yang menolak. Beberapa hari di Bandung akan jadi bagian sejarah dalam hidup Caramel yang begitu temaram. Kota Bandung menurutnya kota patah hati, karena semua film yang ia tonton mengenai Bandung selalu berakhir menyedihkan. Dan Cara akan membuat spekulasi itu berubah. Cintanya kepada Vanderer tak akan kalah dengan kota bersuhu rendah itu.
****
AN : HAPPY EID MUBARAK🙏🤗 LEBARAN KE-2 BERSAMA VANDERER DAN CARAMEL🙃 JANGAN LUPA BAGI THRNYA GUYS XIXIXI
HAPPY WEEKEND!

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Fiksi RemajaJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...