🎶If You Leave🎶
Malam kelabu perlahan menunjukkan birunya, cahaya mentari masih bersembunyi di ufuk timur, udara sejuk menyapa kulit mulus Cara yang terbalut helaian kain tipis. Gadis itu duduk di atas rerumputtan hijau yang sedikit basah karena embun, ditemani Vanderer di sampingnya yang sama kacaunya dengan keadaan gadis itu.
Keduanya hanya duduk diam di taman belakang rumah Cara, memandang langit yang sebentar lagi senja, otak masing-masing terus bergelut mencari jalan keluar yang tak kunjung ditemukan. Sesak di dada masih terasa pengap seolah keduanya membutuhkan oksigen lebih untuk bernapas. Detak jantung yang berdetak anomali itu masih disebabkan alasan yang sama; jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan.
Ve menghirup udara rakus-rakus, bibirnya yang bergetar mencoba kembali bersuara, "hari ini gak usah sekolah ya? Di sini aja, aku mau habisin waktu berdua sama kamu hari ini."
"Tapi hari ini kita harus dihukum karena cabut kemarin,"
"Bisa lusa."
Cara hanya mengangguk, terima saja kemauan Vanderer. Apa yang bisa ia bantah, jika anak pemilik sekolah sudah memutuskan.
Ve tersenyum hangat menatap Cara yang terlihat antusias menyaksikan matahari terbit, langit terlihat mulai kejinggaan, hawa panas sebentar lagi akan membakar kulit mereka. Pemuda itu sedikit bergeser mendekatkan dirinya kearah Cara. Gadis itu cukup tersentak kala Ve menjatuhkan kepalamya di paha sang gadis.
Ve menuntun tangan Cara menuju surai hitamnya, meminta gadisnya menyugar rambutnya. Perlahan Cara mengelus lembut rambut pemuda itu, membuat Ve semakin nyaman dalam posisinya.
"Kamu masih ingat hari pertama kita ketemu dan aku langsung maksa kamu nikah sama aku?"
"Masih, kenapa?"
"Mau tau alasannya?"
"Ada alasannya?"
"Kamu pikir aku segila itu, ajak nikah anak orang yang belum aku kenal?"
Cara tertawa pelan mendengar Ve berceloteh dengan nada marahnya. Ia sangat merindukan Ve si lekaki posesif dan pemarah. Tapi jika bersama dirinya Ve akan berubah menjadi anak lelaki manja dan perajuk, setiap kali Cara mencandai dirinya, Ve akan menghidupkan mode merajuknya dan mengomel panjang lebar bagai anak kecil yang menyuarakan protesnya kepada sang ibu.
Ve menarik dagu Cara membuat gadis itu tertunduk kearahnya, kedua hazel itu bersirobok dengan milik pemuda itu. Degup jantung Cara kembali bergerumuh mendidih, kupu-kupu di perut wanita itu berterbangan bebas menggelitiknya hingga ia merasa sedikit mual.
"Tepat saat umurku lima belas tahun, aku bertemu dengan seorang wanita. Dengan pakaian gaunnya persis seperti kamu saat ini, dia nangis sendirian sambil jalan di pinggir trotoar. Wanita itu cantik, Cara. Cantik sekali. Sampai saat itu aku gak sadar kalau dia lagi nangis dan pakaiannya lusuh dan kotor.
Sore itu, aku mau cari seorang wanita untuk aku ajak ke acara makan malam, saat itu aku gak pernah berpikir untuk menikah, aku juga gak begitu perduli dengan pendamping ku nantinya, karena bagaimana pun semuannya tergantung oleh kakek. I don't have a chance, so i don't give a fuck with romantic actoin.
Aku gak punya banyak waktu untuk berpikir dan memilih-milih wanita, jadi saat itu aku datengin wanita itu."
"Terus kamu tanya, mau gak jadi pacar aku? Aku mau bawa kamu temui kakek, gitu?"
"Betul,"
"Gila kamu."
Vanderer tertawa lepas mendengar hinaan Cara terhadap dirinya. "Tapi wanita itu lebih gila Cara, aku baru pertama kali jumpa orang gila seperti dia. Kamu mau tau apa yang dia jawab?"
![](https://img.wattpad.com/cover/255673090-288-k22076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Teen FictionJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...