18

275 21 5
                                    

Hari ini SMA Bhineka kedatangan tamu penting, hal itu membuat seluruh murid harus melaksanakan apel pagi untuk menyambut kedatangan lelaki gagah dengan baju dinas yang sangat lengkap.

Sudah hampir satu jam mereka berdiri di lapangan mendengarkan pesan dan amanat dari seseorang yang berdiri di atas podium. Cara yang mulanya berdiri di barisan depan karena postur tubuhnya yang terbilang pendek sudah bertukar posisi di barisan paling belakang berasama teman-temannya.

Sudah tahu lah apa yang akan terjadi jika berdiri di barisan belakang apa lagi hanya apel biasa mereka malah membuat sesi amanat mereka sendiri dengan canda tawa yang tertahan. Jangan sampai ngakak bisa-bisa mereka di suruh baris di depan lapangan.

"Terima kasih atas perhatiannya, lebih kurangnya saya mohon maaf. Selamat pagi," sapanya sebagai penutup amanatnya.

"SELAMAT PAGI PAK!" Giliran penutupan aja semuanya pada semangat.

Barisan sudah dibubarkan, koridor kini penuh dengan siswa-siswi yang berdesakkan ingin cepat memasuki kelas mereka, lain halnya dengan Cara and the geng mereka memilih berdiam dulu di barisan hingga koridor telah sunyi.

Cara yang mulanya masih berbincang dengan para sahabatnya kini terfokus dengan sosok lelaki gagah yang sedang berjalan ke arah lapangan. Jika ia tidak salah lelaki itu sedang berjalan ke arahnya. Cara melambaikan tangannya ke arah lelaki tersebut dengan senyum yang merekah.

"Vanderer!" Lelaki yang dipanggil namanya itu langsung menoleh ke arah belakangnya. Lambaian tangan Cara turun perlahan saat melihat wanita asing memeluk kekasihnya dengan erat.

Seorang wanita catik dengan sepatu berheels hitam dan seragam sekolah yang sama dengan murid lainnya keluar dari ruangan tata usaha. Seorang guru yang mendampinginya di perintahkan untuk kembali ke ruangannya dan membiarkan gadis itu memasuki kelasnya sendiri.

Awalnya ia berniat ingin langsung menuju ke kelasnya, namun saat melihat Ve yang sedang berjalan sendirian di lapangan membuatnya berubah haluan, ia berlari kencang menyusul Ve ke lapangan dan memeluk lelaki yang selama ini ia cari kehadirannya.

"Ratunya udah dateng, sekarang putrinya bisa apa?" Cara dan teman-temannya serentak menoleh ke belakang mereka saat mendengar suara wanita yang tak asing di telinga mereka.

"Ehh, babunya diem aja deh!" hardik Bella.

Wanita berlesung pipi yang kini sedang bersedekap dada di hadapan mereka hanya tertawa remeh atas hardikan Bella. Diana Aleana salah satu musuh Caramel. Dulu saat mereka masih duduk di bangku kelas sepuluh—lebih tepatnya saat Masa Orientasi Siswa Diana dekat dengan mereka kecuali Caramel.

Saat itu Abi, Budi, Bella, dan Kavin berada di gugus yang sama kecuali Caramel. Cara berada di gugus tujuh sedangkan temannya di gugus delapan, karena itu Abi dan yang lainya senang menggoda Cara dengan pura-pura melupakan wanita itu dengan mendekati Diana yang saat itu juga berada di gugus delapan.  

Diana merasa senang diistimewakan dengan Abi dan lainnya, ia tidak pernah tahu bahwa setiap pergi dan pulang sekolah Abi dan lainnya selalu pulang bersama Caramel dan bercanda tawa seperti biasanya. Dan saat pembagian kelas Diana merasa kecewa karena Caramel ternyata satu kelas dengannya dan juga teman-temannya, sejak kedatangan Caramel Diana merasa di lupakan oleh keempatnya dan selalu tak teranggap.

Diana kira Caramel telah mengambil teman-temannya dari dirinya, padahal di sini Diana hanya dijadikan bahan candaan untuk menggoda Caramel. Satu hal yang harus diketahui Caramel telah menjalin hubungan persahabatan dengan Abi, Budi, Bella, dan Kavin sejak mereka duduk di kelas eman SD, jadi wajar jika hubungan mereka sangat dekat. Dan yang membuat Diana semakin kesal dengan Cara saat mereka naik ke kelas sebelas, sistem kelas selalu diacak tiap tahunnya dan sialnya Diana tidak satu kelas dengan Abi, Budi, Bella, dan Kavin. Itu mengapa Diana sangat benci dengan Caramel.

"Gue kira lo udah mati, gue gak pernah liat muka lo lagi," ujar Cara sarkas.

"Iya, udah lama gue gak liat muka lo. Udah tobat lo? Atau takut sama kita?" Abi menyahuti.

"Takut? Cih, enggak ada di kamus gue kata takut! Gue kira temen lo yang takut sama gue, makannya pacaran sama anak pemilik sekolah!" jawab Diana tak kalah sarkas.

"Anjir, pede gila lo! Gak ada hubungannya Ve sama lo!" Sergah Cara.

"Ngapain sih lo ke sini lagi, kita 'kan udah minta maaf waktu itu jadiin lo sebagai mainan kita. Sekarang mau lo apa lagi?" tanya Kavin mencoba tenang.

"Tenang aja Vin, gue gak bakal nyuruh kalian ngemis-ngemis maaf dari gue kok—"

"Ehh, monyet! Lo kira kita mau ngemis-ngemis sama lo? Kalo bukan karena guru bk gue gak bakal minta maaf sama lo!" Potong Bella yang mulai emosi dengan perkataan Diana.

"Sabar Bell, sabar. jadi mau lo apa?" Budi mencoba menenangkan Bella.

"Lagian lo nya sih ngelunjak, kalo lo mau temenan sama kita silahkan hayuk, tapi kalo mau masuk di grup kita sorry ya kita lagi gak open member tapi kalo pengen banget boleh lah kasih nomor wa nya dulu nanti kalo ada lowongan kami hubungi," goda Abi.

"Gue gak ada urusan sama kalian, gue cuma mau ngomong sama Cara doang," ujar Diana

"Lo mau ngomong apa? Cepat gue gak ada waktu." Cara kini ikut bersedekap dada seperti Diana.

"Gue cuma mau bilang, kali ini lo bakalan kalah dari gue, Cara! Lo bakalan kalah tanpa gue sentuh. Dengan menjadi pacarnya Ve itu berarti lo harus siap menjadi target Tiara. Gue ngasih tahu lo ini biar lo sama temen-temen lo ini biar punya persiapan, biar gak malu-malu kali lah kalau kalah," ucapnya sambil terkekeh kecil.

"Maksud lo apa! Siapa Tiara?" Walau pun Cara tidak takut sedikit pun ia tetap terkejut mendengar perkataan Diana.

"Orang cupu kayak lo mana tau apa-apa tentang Vanderer dan Tiara." Diana tertawa remeh melihat raut wajah Cara yang tampak terkejut.

"Selamat bersenang-senang Caramel, satu hal yang lo harus tau, lo enggak ada apa-apanya di banding Tiara." Diana pergi meninggalkan lapangan dan menyisahkan Cara dengan pikirannya yang mulai berkelana.

Cara menoleh ke belakang melihat tempat dimana Ve sedang berpelukan dengan seorang gadis dengan mesranya. Lelaki yang ingin menghampirinya tadi kini telah pergi entah kemana. Cara menatap nanar lapangan yang kini telah sepi, tidak ada seorang pun di sana selain mereka.

"Kalian gak tau apa-apa tentang Tiara?" tanya Cara kepada teman-temannya.

"Kalau kita tau sesuatu, kita pasti langsung cerita sama lo Car," jawab Bella.

"Udah lah jangan dipikirin kali omongan Diana, dia 'kan dari dulu memang suka gangguin lo." Abi menepuk pundak sahabatnya memberikan semangat.

"Janga khawatir, lo masih punya kita," ucap Budi ikut menyemangati Caramel.

"Ayo masuk kelas, kayaknya guru udah dateng," ajak Bella dan diangguki oleh keempatnya.

Caramel berjalan gontai di belakang mereka, kalau boleh jujur Cara saat ini benar-benar penasaran dengan wanita bernama Tiara. Kisah apa yang sudah Tiara jalani berasama dengan Ve? Dan kemana saja ia selama ini sampai tak mengetahui kabar tersebut. Kabar berpacarannya Caramel dengan Ve saja dengan hitungan detik semua murid SMA Bhineka langsung mengetahuinya, lalu kenapa Tiara tidak sebooming dirinya?

"Hei, tenang aja beberapa jam lagi kita bakalan tau siapa Tiara dan apa hubungannya sama pacar lo," ujar Kavin sambil tersenyum tipis. Kavin merangkul Caramel, menegakkan pundak gadis itu lagi.

***
AN : happy reading.... Vote nya mana nih?? Comment lah komen...

See you next chap!

Follow ig
imtik_watt
wearestillyoung29

Follow akun wp
Septika29

Btw bagi kalian yang suka baca fanfiction aku punya rekomendasi cerita yang bagus...

Judul : Ghina Milik Kai
Author : imtik_A

Atau bisa chek reading list aku yaa!

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang