2

804 89 44
                                    

"Lo harus nikah sama gue!" pinta Ve final kepada Cara.

"Sinting! Gue masih kecil," ujar Cara langsung menolak tanpa berpikir panjang. Memangnya apa yang harus dipertimbangkan lagi? Cara saja baru mengenal Ve beberapa menit yang lalu dan sekarang orang yang baru saja dia hina itu mengajaknya menikah, yang benar saja Cara tidak sebodoh itu untuk menerima pinangan Ve.

Kan sudah dibilang Cara itu keras kepala, egonya tinggi, gengsinya selangit. Jika cewek lain yang diajak nikah oleh Ve tanpa hitungan detik mereka pasti sudah menerima ajakan Ve lahir batin, ikhlas sekali mereka. Apa yang harus di takuti, wajah bak dewa, hartanya yang tidak akan habis walau sepuluh turunan sekali pun membuat Ve tergolong mapan diusia muda, sudah dijamin kehidupan kalian akan berubah drastis bila menikah dengan Ve. Tapi ini CARAMEL, wanita kepala batu itu harga dirinya terlalu tinggi. Tak ada yang bisa menandingi jual mahalnya.

"Itu bukan masalah, lo bisa besar bareng gue," jawab Ve entengnya. Ve berbicara seolah tak ada beban yang menimpanya. Wajahnya tetap datar, sorot matanya masih memicing, suaranya tak kalah dingin bahkan kini kedua tangannya sudah di depan dada berlagak gagah di depan Cara.

"Lo gila ya? Kita aja gak pernah kenal, deket apa lagi. Main ajak nikah aja!!" Cara tak mengerti jalan pikiran Ve. Ini jauh dari dugaan Cara, dia kira Ve akan menghukumnya atau mengeluarkannya dari sekolah karena berani melawannya. Tapi apa ini, menikah?

"Lo sok jual mahal banget sih, bilang dong kalau mau kenalan sama gue. Gak usah sok marah."

"Bodo amat! Capek ngomong sama orang gak waras kayak lo!!" Cara menghentakkan kakinya kemudian pergi meninggalkan Ve dan teman-temanya. Seketika lapangan menjadi hening--ralat lapangan seketika menjadi horor, cuaca yang terang benderang malah semakin membuat keempat sahabat Cara itu bergedik ngeri. Bagaimana tidak, saat ini Ve sedang menatap punggung Cara yang semakin menjauh dengan wajahnya yang berubah menjadi sangat menakutkan, rahangnya yang kokoh semakin mengeras, matanya kini memicing tajam seolah ingin menerkam mangsanya, aura dingin Ve semakin mendominan dengan langkah cara yang sudah tak terlihat.

Bukannya takut, keempatnya malah mengulum bibir mereka masing-masing menahan tawa. Bukan maksud ingin mentertawakan Ve, mereka masih waras kalau dipikir. Tapi amukan Cara lah yang membuat mereka tak tahan menahan geli.

"Ve, jangan nikahin gue, ya. Gue gak bisa beres-beres rumah, Ve." tutur Bella sedikit bergurau. Tak ingin mendapatkan tatapan horor dari Ve, Bella pergi menyusul Cara ke kelas mereka.

Ve menatap ketiga lelaki yang ada dihadapannya dengan tatapan tak bersahabat. Mereka yang sadar ditatap berusaha sebisa mungkin untuk tidak tersenyum.

"Sob, lo gak bakal nikahin kita bertiga kan? Kita masih normal Sob," canda Abi kepada Ve. Bukanya tertawa, Ve malah semakin menatap mereka tajam, seolah tatapannya menjadi peringatan.

"Peace Ve, damai. Becanda," ucap Abi takut-takut. Dia masih ingin hidup.

"Lagian lo si Ve, ngajak nikah anak orang kayak ngajak tawuran. Datar amat tuh muka," celetuk Budi yang dianggukki Abi dan Kavin.

"Senyum dikit Ve, siapa tahu cara jadi luluh," sahut Kavin menimpali.

Ve tersulut emosi, bisa-bisanya anak masih bau kencur seperti mereka berani menasehati Ve. Tangan Ve sudah mengepal siap-siap ingin memberi bogeman kepada mereka.

"Ampun Ve, jangan marah. Nanti gak kami restui lo!" ucap Budi sambil menganggkat jari telunjuk dan jari tengahnya tinggi-tinggi. Sebelum mendapat bogeman dari Ve, mereka memilih kabur dan meninggalkan Ve sendirian di lapangan.

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang