"Ya Allah, terimakasih atas karunia mu. Akhirnya bisa dateng on time juga."
Begitulah yang terucap Abi ketika mereka tiba di Sekolah tepat waktu, walaupun di menit-menit terakhir setidaknya gerbang belum tertutup.
"Wah, gila! Gak nyangka gue akhirnya bisa mecahin rekor. Sujud syukur, gak nih?" sahut Budi sambil keluar dari mobil.
"Syukuran aja sekalian, Bud!" Kavin yang mendengar penuturan teman-temannya hanya menggelengkan kepala saja. Dia tak mengerti jalan pikiran teman-temannya, lebay sekali pikirnya. Ya, walaupun selama mereka duduk di kelas tiga memang baru kali ini mereka datang tepat waktu. Memang patut diacungi jari jempol.
"Udah, gak usah alay lo pada. Buruan masuk, bentar lagi bel,"
***
"Ini, nih si Cara!""Eh, awas-awas ada Kak Cara,"
"Enak bener jadi Kak Cara, jadi ngiri gue."
"Kak Cara makan apaan ya? Kak Ve sampe suka sama dia?"
"Shutt, diem lo. Ntar orangnya denger baru tau rasa lo."
Seluruh siswa-siswi kini memperhatikan Cara dan teman-temannya yang baru saja memasuki kawasan sekolah dan berjalan menuju koridor. Cara yang diperhatikan pun menjadi risih dan salah tingkah, sebab baru pertama kalinya kehadiran mereka menjadi perhatian bagi seluruh siswa.
"Ini perasaan gue aja atau memang bener, kayaknya dari tadi gue dilirikin mulu sama dedek kelas. Gue tau, gue tuh imut lucu walau tak terlalu tinggi, pipi chubby, dan kulit putih, senyum manis gigi kelinci. Tapi kan gak mesti terang-terangan juga, gue merasa kecakepan gitu," kata Abi yang juga merasa bahwa seluruh siswa kini sedang memperhatikan mereka.
"Lo tau gak, Bi? Kita berlima jalan di koridor, di perhatiin seluruh siswa, udah berasa jadi keluarga Tristan GGS," kata Budi menimpali. Tak tanggung-tanggung ia menyugar rambutnya ke belakang agar terlihat tampan.
"Idih, sok cakep lo Bud. Makanya kecil-kecil jangan ke seringan nonton sinetron, tercemar otak lo tuh," sahut Bella yang memperhatikan interaksi ke-duanya.
"Tapi beneran sih kata Abi, mereka kenapa liatin kita kayak gitu ya? Perasaan utang gue cuma sama buk Kantin deh, masa iya buk Kantin neror gue," ucap Kavin yang juga meresa janggal.
"Tapi lebih tepatnya sih mereka merhatiin Cara," sahut Bella.
Cara sudah tak tenang sedari tadi, ia hanya meneguk saliva-nya dan bernapas kasar untuk menghilangkan kecanggungannya.
"Ada apa tuh di mading? Rame bener," kata Budi yang melihat mading yang ramai dikerumunin para siswa.
"Perasaan gue kita gak ada ulangan, TO, ujian, dan lain-lain," timpal Abi.
"Makanya jangan pake perasaan Bi," sahut Cara.
"Udah, tengok aja dari pada kepo. Siapa tau ada pembagian sembako," saran Kavin kepada yang lainnya.
"Lo udah jatuh miskin, Vin? Mana ada pembagian sembako di mading," ujar Bella.
"Gak lah, untuk ngehidupin keluarga kita masih bisa kok,"
"Jayus lo, Kavin!" Ujar Budi, Abi, dan Cara berbarengan sedangkan Bella hanya menggeleng saja.
"Ada apa nih di mading?" Tanya Cara sopan kepada salah satu Siswa yang berdiri di belakang sambil sedikit berjinjit agar dapat membaca kertas pengumuman di Mading.
"EH, KAK CARA? MAAF KAK, SAYA GAK SENGAJA NYENGGOL. JANGAN KELUARIN SAYA DARI SEKOLAH YA KAK, PLEASE!" ucap siswa itu histeris dengan wajah memelasnya memohon kepada Cara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Ficção AdolescenteJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...