34 : THE TRUTH UNTOLD

200 9 0
                                    

Note : setiap chapter berjudul The Truth untold berarti alur mundur atau flash back (menceritakan kejadian masa lampau)

⚠️Pelecehan seksual⚠️
jika kalian memiliki TRAUMA tentang tag di atas mohon untuk tidak dibaca.

⏪easy on me - Adele⏩

***

"Anggraini masuk ke ruangan saya sekarang!"

wanita berkulit putih pucat itu terlihat sedikit bergetar berdiri di hadapan sang bos besar pemilik club malam ternama yang saat itu tengah ia geluti untuk membiayai kehidupannya yang sedikit terlihat luntang-lantung tak tentu arah.

Anggraini hidup sebatang kara di tengah kerasnya ibu kota Jakarta, orang tuanya yang entah siapa pun ia tak pernah tahu sedari kecil tak pernah sedetikpun mencari tahu keberadaannya. Ia yang mulanya tumbuh besar di sebuah panti asuhan kumuh di ujung kota harus keluar karena tuntuttan ekonomi yang mendesak. Anggraini tak ingin adik-adik kecilnya harus mencari makan di bawah teriknya matahari, menunggu lampu lalu lintas merubah warnanya menjadi merah pekat dan menyanyikan satu dua lagu yang mereka ingat atau sesekali tak dihiraukan kehadiran mereka dan hanya caci makian yang terlontar dari manusia-manusia yang lahir dengan pakaian jas hitam di tubuh mereka. Anggraini bahkan meringis hanya dengan membayangkannya saja, karena itu ia dengan percaya dirinya meminta izin untuk keluar dari 'rumahnya' dan berjanji akan kembali jika ia mendapatkan segepok uang untuk membiayai makan pagi dan malam adik-adiknya.

"Pergi keruangan VVIP, tuangkan minuman ini kepada tamu berhaga kita!"

Anggraini meremas apronnya diam-diam, ia kalut. "Maaf bos, tapi itu bukan tugas saya." Anggraini mengaktifkan self defense-nya, ia tahu keputusannya untuk bekerja di tempat seperti ini adalah sebuah kesalahan besar yang ia ambil. Karena itu, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak  tergoda dan melindungi dirinya dari mara bahaya apapun. Anggraini selama ini hanya mencoba fokus pada tugasnya dan janjinya kepada bu surtik—kepala panti asuhannya dahulu—ia tak akan merusak kepercayaan mereka pada dirinya.

"Rani, tamu kita kali ini orang terpandang. Dia tidak mau dengan orang yang sudah disentuh oleh orang lain sebelumnya, dan di sini hanya kamu yang belum pernah menuangkan minuman kepada tamu."

"karena itu bukan tugas saya, bos."

"Kamu berani melawan saya?"

Rani atau Anggraini menelan salivanya yang terasa cukup untuk membasahi tenggorokkannya yang sedikit kering. siapa pun yang bekerja di sini tahu, melawan bos besarnya sama saja satu langkah lebih cepat untuk menghadap tuhan. Rani menggeleng kecil sebagi jawaban pertanyaan sang bos.

"Saya akan beri kamu uang untuk adik-adik kamu di panti asuhan, saya juga akan membelikan kamu rumah di sini jika kamu mau menghampiri tamu kita."

Anggraini sedikit mendongak menatap mata sang bos yang terlihat tetap datar tak berekspresi apa pun, terlihat cukup serius menurutnya. Jujur saja, Anggraini sedikit tergiur dengan tawaran yang bosnya berikan, terlebih terakhir kali ia mendapat kabar tentang panti asuhan, adik-adiknya sudah sering kali terjerat satpol pp.

Vanderer [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang