"Lama banget sih lo pada!" gertak Cara saat teman-temanya baru sampai di rumahnya. Pagi ini masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. "Ini kenapa pada bawa motor?" tanyanya kepada temannya yang sedang mencagak motor mereka.
"Lo sendiri yang bilang kita harus sampe cepet, kalo naik mobil keburu macet," jawab Abi sambil melepas helmnya. Ia menyugar rambutnya ke belakang untuk merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Lagian ngapain sih cepet-cepet? Biasanya juga jam tujuh dua lima baru berangkat. Gara-gara lo mimpi gue jadi bersambung tadi," ujar Budi dengan wajah yang sedikit kesal akibat tidurnya yang sedikit terganggu.
"Lo padakan tau, hari ini si Ve mau jemput gue pigi bareng ke sekolah,"
"Terus?"
"Yaaa gue ogahhh lahhh," jawab Cara dengan api semangat yang membara.
"Yaelah Car, kapan lagi coba lo bisa naik mobil BMWnya Ve? Biasanya juga lo naik angkot,"
"Resek lo, Bud. Udah deh ayo buruan pigi keburu Ve dateng," ujar Cara.
"Ehh, tunggu dulu. Sarapan dulu lah, belum makan gue nih dari lima menit yang lalu. Kasian bik Inem udah capek-capek masak masa gak kita makan," ucap Abi yang sudah siap-siap turun dari motornya.
"Bik Inem dari kemarin gak datang, jadi gak ada yang masak,"
"Jadi lo gak makan dari kemarin?" tanya Kavin dengan nada marah yang terselip.
"Makan, order gofood," jawab Cara sedikit cengengesan.
"Jangan biasain, gak baik. Kalo bik Inem gak datang lagi bilang sama kita-kita," ujar Kavin memperingati.
"Bener, bilang sama kita biar ordernya barengan," sahut Abi yang disambut toyoran persahabatan dari Budi. Kavin hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti dengan jalan pikir temannya ini.
"Perhatian banget lu, Vin," sahut Bella yang duduk di motor yang sama dengan Kavin. Merekan boncengan.
"Betol, gue yang udah gak makan selama lima menit yang lalu gak lo gituin," ujar Abi mengkompori.
"Ehh, Abi jangan gitu ntar ada yang cemburu," sahut Budi dengan alis yang naik turun memberi kode kapada Abi.
"Apaan dah," ujar Bella, ia memutar bola matanya malas.
"Emang gue ada bilang lo yang cemburu?" Oke, skakmat sudah Bella saat ini. Dia terdiam dengan muka yang ditekuk akibat ulah teman-temannya.
"OMG!!! OMG!!! OMG!!! Jadi bingung nih, mau naik motor yang mana?" ujar Cara dengan jari telunjuk yang menempel di kedua sisi pelipisnya seolah pusing dengan pilihannya.
"Ehh, enak aja lo mau naik sama kita! Lo kira kita cabe-cabean bonceng tiga?" tolak Abi sarkas kepada Cara.
"Emang lo gak punya motor, Car?" tanya Budi.
"Lo 'kan tau, sepeda aja gue gak punya apa lagi motor," jawab Cara memelas.
"Miskin banget sih lo," ujar Abi.
"Songong lu Bi, liat aja ntar siang gue beli motor buat lo!"
"Lah, kenapa buat gue?"
"Kan elo supir gue," jawab Cara cengengesan.
"Yaudah, buruan naik. Kalau masih jam segini polisi belum ada, gak pa-palah jadi cabe-cabean sesekali. Biar pernah," ujar Abi. Budi memberikan helm yang ia pakai kepada Cara, karena Cara yang duduk dipaling belakang.
"CARAMEL!" Refleks mereka berlima menoleh ke arah pagar dimana Ve sedang berdiri dengan tangan yang terlipat di depan dada. Matanya kembali memicing kala melihat Cara yang telah menaiki motor Abi dan siap-siap untuk pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanderer [TAMAT]
Teen FictionJudul awal : We Are Still Young! [JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Vanderer Vaughn Vicenzio lelaki gagah dan tampan itu kini sedang berjuang mati-matian untuk mendapatkan hati seorang wanita yang selama ini membuat jantungnya berdebar dua kali le...