Sinar matahari masuk kedalam jendela yang terbuka. Aku membuka kedua mataku dan mendapati tubuh ku masih berada didalam pelukan Greyson. Mendongakan kepalaku untuk memastikan apakah ia sudah bangun atau belum dan ternyata mata sayu itu masih terpejam. Aku mencoba menggerakan tubuh ku perlahan tetapi kedua tangan Greyson menahan tubuhku.
“Tetaplah seperti ini” ucapnya dengan keadaan kedua mata yang masih tertutup. Menuruti perintahnya aku pun kembali menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya.
Aku tidak tau perasaan apa ini. Namun aku merasa aman dan nyaman berada di dalam dekapannya dan ku harap aku bisa merasakan ini setiap hari.
Aku menepuk kedua pipi Greyson dengan lembut “Grey, bangun” Ini sudah pukul sembilan pagi dan Greyson belum juga bangun. Aku terus menatap kelopak matanya yang mulai bergerak secara perlahan dan kedua mata hazel itu akhirnya terlihat.
“Jam berapa ini?” tanyanya dengan suara serak sehabis bangun tidur.
“Sembilan..”
Greyson memijit keningnya lalu bangun dari tidur seraya meraih kausnya.
“Apa kau mau ikut keapartemen ku?” tawarku. Greyson mengangguk kecil sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya lalu melangkah ke kamar mandi.
Menunggu Greyson keluar dari kamar mandi. Aku merapikan tempat tidur dan dapur. Aku tidak tau pukul berapa listrik kembali menyala.
Menguncir rambut ku asal, Greyson keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Sialan jantungku kembali berdegup dengan kencang. Berusaha menghindar dari kontak matanya aku berpura-pura membuka tas untuk mencari sesuatu dan terlihatlah ponselku yang dari semalam mati karena kehabisan daya baterai.
Berpura-pura sibuk, aku tidak menyadari kalau Greyson sudah berdiri dihadapanku dengan pakaian lengkap.
“Ayo” Aku tersenyum kecils sambil berdiri. Aku berjalan mengekor di belakang Greyson setelah ia mengunci pintu flat. Hanya butuh waktu lima menit untuk berjalan kaki menuju flat ku.
Setibanya didalam flat, aku langsung melesat menuju kamarku untuk mandi dan menyuruh Greyson untuk menunggu di ruang tamu.
Sean’s POV
Mengendurkan dasi ku, aku meletakan semua data-data pasien yang sudah ku periksa sejak kemarin. Nedian dengan setia menemani ku namun,hari ini ia terlihat lemas dan pucat. Aku menghampirinya yang sedang memejamkan mata sambil bersandar pada sofa.
“Nedi, kau baik-baik saja?” tanyaku yang kini sudah duduk disebelahnya.
Membuka kedua matanya, ia mengangguk kecil “Hanya sedikit pusing”
“Mau ku ambilkan aspirin?”
“Ya, tolong.”
Berlalu kearah meja, aku membuka kotak obat lalu menyodorkan aspirin dan segelas air putih. Ku tatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas siang. Ku rogoh saku ku lalu menekan nomor telepon Birdy.
Menggigit kecil ibu jari ku, sambungan telepon terus-terusan tersambung pada operator. Kenapa Birdy selalu membuatku berpikir yang aneh-aneh saat ia ku tinggal sendirian? Mengumpat sendiri didalam hati, Nedian seakan mengerti perubahan suasana hatiku.
“Sean, ada apa?”
Aku menatap kearah kedua mata hitamnya itu lalu tersenyum “Hanya mengkhawatirkan adik ku”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star [ Greyson Chance ]
FanfictionGadis biasa yang ingin menggapai sebuah bintang yang bersinar terang di angkasa. Namun tiba-tiba sinar dari bintang itu meredup dan hilang. Ia mencoba mencari bintang itu dan berusaha membuat sinarnya kembali bercahaya seperti semula. Tetapi bagaima...