Part 25 - Friendzone

2.8K 263 27
                                    

Aku terdiam. Hati dan pikiran ku seolah bertarung, apakah harus aku percaya atau tidak?

Dan pada akhirnya kepercayaan ku terbuktikan. Aku melihatnya sedang berjalan kearah ku. Ku coba mengusap kedua mata ku dan mengerjapkannya berkali-kali. Aku takut ini hanya halusinasiku saja.

Senyuman yang selama ini ku rindukan akhirnya dapat ku lihat secara langsung. Ia ada disini, membawa satu tangkai bunga dengan senyum manis mengembang.

“Aku percaya. Nyatanya ia sudah kembali”

Sean berbalik badan lalu diam menatap ke arah Greyson yang melangkah semakin dekat ke arahku..

“Lama tidak berjumpa,” oh suaranya masih seperti dulu. Ia juga tidak banyak berubah.

Aku terdiam dengan keadaan mendongak keatas. Sean menjabat tangan Greyson dan tatapan Greyson kembali mengarah padaku. Lalu ia berjongkok, memposisikan tubuhnya agar sama dengan ku.

“Hey, kau tidak terlihat senang, Bird?”

Aku senang melihatmu bodoh! “Aku hanya terkejut,”

Ia tersenyum kembali lalu menyerah kan setangkai bunga mawar itu padaku “Ini untukmu,”

“Terima kasih..”

Sean berdeham di samping ku “Sebaiknya aku pulang. Greyson, bisa kau antar Birdy pulang nanti?” Greyson mengangguk. Sean pun akhirnya pulang meninggalkan ku dengan Greyson.

Perasaan canggung seketika mulai menyelimuti ku. Aku bingung harus bicara apa karena sudah lama sekali kita tidak bertemu dan bicara langsung.

“Jadi—“ kami bersuara secara bersamaan.

“Kau duluan,” sahutnya.

“Tidak...kau duluan,”

Ia menarik nafas lalu merubah posisi menghadap ku. Perasaan gugup ku semakin menjadi-jadi.

Pun aku berusaha berpura-pura sedang memainkan tangkai bunga ini.

“Aku merindukanmu...” ucapnya seraya menarik hidungku dengan gemas.

“aa—aw sakit hey lepaskaaaan,” aku menepuk-nepuk lengannya sedangkan ia hanya tertawa melihat reaksi ku.

Greyson tertawa dan tawa khasnya menyeruak masuk kedalam gendang telingaku. Bagaimana bisa ia tertawa saja sudah merdu?!

“Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku.

“Liburan. Aku lelah berbulan-bulan bekerja dan sekarang waktunya aku berlibur.”

“Berapa lama?”

“Hanya satu minggu. Aku ingin waktumu satu minggu ini hanya untuk ku,”

Kedua alis ku menukik tajam “Memangnya kau siapa, eh?”

“Aku? Greyson Chance.”

-_______-

“Kau tidak bisa seenaknya saja mengajak ku pergi. Aku harus pergi ke kampus dan menyelesaikan semua tugas-tugas ku dan—“

“Kurasa surat izin mu untuk absen selama satu minggu sudah cukup.” Greyson menyodorkan amplop putih yang berlogokan NYU.

“sial..” batin ku.

“Managerku sudah mengurus semuanya. Kau tinggal meminta izin kepada Sean,”

“Memangnya kau mau kemana?”

“Los Angeles,”

“HAH?!”

“Berhentilah memelototiku seperti itu. Kau terlihat menakutkan jika sedang melotot,” Aku pun mengerjapkan mata ku sambil membenarkan posisi duduk. Sepulang dari London, otak sintingnya tidak juga berubah. Seenaknya saja ia memberi ku absen satu minggu.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang