Part 8 - Edmond, Oklahoma

3.2K 290 16
                                    

“Apakah kau ingin bertemu dengannya ?”

“tentu saja, aku ingin sekali. Tapi itu mustahil”

“Kata siapa itu mustahil ? Aku bisa mengajak mu bertemu dengannya jika kau mau”

Kedua bola mataku langsung membulat “astaga kau serius ?”

“aku serius, kalau kau mau besok kita akan berkunjung kerumahnya”

“ASTAGA JEREMY TERIMA KASIH” sontak aku berteriak histeris sambil memeluknya dengan erat. Akhirnya impianku bisa terwujudkan. Perasaan khawatir yang selama ini menghantuiku dan rasa penasaranku sebentar lagi akan terjawabkan

Kami berbincang cukup lama sampai akhirnya  Sean menelponku.  Untuk ukuran seorang laki-laki harus ku akui Sean sangat cerewet.

“Jeremy, aku harus pulang. Sean sudah menelpon ku barusan”

“baiklah, kalau kau perlu bantuan ku silahkan hubungi aku lagi nanti”

“terima kasih banyak. Kau sudah banyak membantuku”

“dengan senang hati Birdy, sampai jumpa”

Aku melambaikan tangan kearah Jeremy. Setelah itu aku kembali ke halte bus untuk menunggu bus  selanjutnya. Setelah menunggu beberapa menit bus pun tiba.

Aku duduk pada deretan kursi ketiga dan segera memasang earphone sambil memutar lagu Sunshine And City Lights.

Ku buka galeri pada ponselku dan memandang foto-foto Greyson dari dulu hingga sekarang. Oh Tuhan aku rindu senyumannya, aku rindu saat ia tertawa lepas dengan para penggemarnya.

Ku senderkan keningku pada kaca jendela. Ku amati jalanan kota New York pada sore hari. Sedikit padat namun aku menikmatinya.

Satu-satunya penyemangatku sudah hilang. Greyson adalah satu-satunya penyemangatku ia selalu memotivasiku dalam segala hal. Ia juga yang merubahku menjadi Birdy yang sekarang.

Sean kerap kali memarahi ku karena terlalu kalut dalam mengidolakan Greyson. Namun apa boleh buat, inilah aku. Hidupku sudah aku dedikasikan untuknya. Untuk mendukung karirnya di dunia musik. Orang-orang boleh mengataiku bodoh karena menyia-nyiakan waktu hanya untuk berteriak-teriak disaat ia memposting sesuatu atau menyapaku lewat sosial media. Namun sekali lagi aku berkata inilah aku. Greyson pun membutuhkan para fans setia seperti ku. Yang masih rela mengorbankan waktu untuk mengetahui aktivitasnya. Mempromosikan lagunya meskipun itu hanya lagu-lagu lamanya. Memang terkadang aku sedikit lelah dengan dunia fana ku ini.

Sering pula aku mengamati para enchancer yang menyerah karena Greyson mengacuhkan mereka. Lagi-lagi pikiran rumit ini menghantuiku. Beruntung aku bertemu dengan Jeremy, ia mau mengantarku untuk bertemu Greyson.

Aku harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ku lontarkan padanya.

Suara klakson mobil menyadarkan lamunanku. Segera aku turun tak lupa memasukan selembar uang kedalam kotak.

“Sean, kau sudah pulang ?” aku melepas sepatu ku dan menaruh tas ku diatas sofa. Tidak ada jawaban.

Aku berlalu kedapur dan segera mencuci piring-piring kotor ini. Sudah menjadi kebiasaanku selama di Lymington untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

“Birdy ? kau kah itu ?”

“ya, ini aku” Sean menghampiriku yang hanya menggunakan handuk

“dari mana saja kau ?”

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang