Part 24 - Believe

2.7K 259 8
                                    

Aku mempercepat langkah ku yang masih tertatih-tatih  “Apa kau marah?”

Ia menunduk menatap kedua kakinya lalu menggeleng kecil “Kenapa kau pergi begitu saja?”

“Maaf.” Ia menatapku “Aku hanya kecewa dengan jawabanmu”

Aku meraih kedua tangannya yang ia masukan kedalam saku jaket “Apa alasan mu ingin membawaku?”

“Aku tidak ingin berjauhan denganmu..”

Oh Tuhan,  Ia manis sekali. Aku tidak bisa menahan senyuman ku di hadapannya kali ini. Ia terlihat seperti seorang anak kecil yang merindukan kasih sayang Ibunya.

“Aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan selalu  berada disini jika kau membutuhkan ku” Aku meremas lembut jemari tangannya. Greyson menatapku lalu tersenyum lebar.

***

Greyson sudah pergi bersama Jeremy. Ia memilih Jeremy sebagai managernya, akupun setuju dengan keputusan Greyson untuk memilih Jeremy sebagai managernya. Mengingat Jeremy adalah pria  yang baik dan dapat di percaya, aku yakin ia tidak akan mengecewakan Greyson.

Dengan setengah hati aku membalik pancake yang sudah mulai berwarna kecoklatan ini. Sean duduk di kursi makan lalu menyesap kopinya yangs udah ku sediakan.

“Mengapa kau terlihat seperti ayam sakit begitu?” tanyanya dengan nada ironi.

“Aku baik-baik saja” ucapku seraya menaruh pancake di atas piring lalu menyiramnya dengan madu.

“Jangan bermuram durja seperti itu. Kau pasti akan bertemu dengannya lagi”

Kedua mata ku mendelik kearah Sean “Aku tidak sedang memikirkannya, Sean”

“Lalu apa? Ku lihat ia seperti tertarik padamu” Sean memasukan suapan pertama kedalam mulutnya.

Menyelipkan helaian rambut ku kebalik telinga, aku mengambil kursi tepat di sebelah Sean. Diam-diam aku tersenyum mendengar ucapan Sean. Ini seperti memberiku sedikit harapan kalau Greyson memang benar menaruh rasa padaku.

“Aku berangkat, Bird.” Sean mencium kening ku singkat lalu meraih tasnya dan berjalan keluar.

Aku pun berlalu kedalam kamar ku untuk mengganti pakaian ku dan bersiap ke kampus. Aku harus membiasakan diri tanpa Greyson sekarang. Doa ku setiap hari adalah namanya dapat bersinar lagi seperti dulu.

Aku ingin orang-orang yang menghinanya bahkan meninggalkannya ketika ia sedang mengalami masa suram menutup mulut mereka dan menyadari tentang kualitas musik yang di ciptakan olehnya.

Ku raih tas ku beserta beberapa buku yang akan ku bawa ke kampus tak lupa meminum vitamin ku sebelum aku di marahi oleh Sean karena kaki ku lumpuh tiba-tiba.

Memasang headset aku memutar lagu sambil berjalan menuju halte bus. Setibanya aku di kampus, aku langsung memasuki kelas pertama ku dan menjalani aktivitas seperti biasanya..

Dua bulan kemudian..

Aku sedang duduk di depan TV, menanti acara musik yang akan segera di mulai. Kalian pasti sudah tau siapa yang sedang ku tunggu-tunggu..

“Birdy, ayolah aku ingin menonton pertandingan Arsenal melawan MU” pinta Sean dengan nada sangat memelas.

Aku tetap memeluk remote TV yang sedari tadi ku peluk bagaikan sebuah boneka.

“Tidak, Sean! Aku ingin melihat penampilannya dulu. Baru kau boleh menonton pertandingan sepak bola”

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang