Part 38 - Oh Tidak

2K 226 55
                                    

Luka bakar ku sudah mulai membaik, ini sudah memasuki hari ketiga sejak kejadian mengerikan itu.

Keseharianku pun berubah sejak aku mulai membantu Niall menulis lagu. The Lads tidak segan bertanya padaku mengenai lagu-lagu baru yang mereka tulis.

Saat ini aku sedang duduk didepan komputer. Memeriksa beberapa file yang kemarin ku simpan. Suara ketukan pintu menghentikan jemariku yang sedari tadi sibuk mengetik. Pintu terbuka, munculah Greyson dari balik pintu.

"Grey?"

Ia terlihat gugup, "Hai," kedua tangannya melipat kebelakang, "Apa aku mengganggumu?" Aku menggeleng cepat, "Tidak sama sekali. Ada apa?"

"Ini untuk mu," ujarnya seraya menyodorkan boneka jerapah coklat berukuran kecil padaku. Kedua mataku berbinar menatap lucunya boneka pemberian Greyson.

"Jerapah?"

"Well, karena aku tinggi seperti jerapah hehe,"

"Mengapa kau memberiku boneka?"

"Agar kau selalu ingat padaku,"

"Kenapa aku harus selalu ingat padamu?"

Ia mulai panik, "Karena yeah karena....."

"Karena?"

"Karena kita.... karena kita teman ya karena kita teman jadi harus selalu mengingat satu sama lain," Ia terlihat gusar, "Kalau begitu aku akan kembali kedalam studio. Sampai jumpa nanti,"

Aku tergelak melihat tingkah aneh Greyson. Akhir-akhir ini ia gampang gugup dan sedikit mudah panik.

Sore harinya saat aku hendak pulang, Greyson tiba-tiba berlari dari dalam studio. Ia sudah mengenakan tas punggungnya dan buru-buru mendorong kursi rodaku.

"Hey ada apa?"

"Aku harus segera menculikmu sebelum Harry melihat," ujarnya kemudian mendorong kursi roda ku menuju mobilnya.

Kami berpapasan dengan Bea yang juga ingin pulang.
"Greyson, kau mau kemana?"

"Pulang."

"Bolehkah aku menumpang?"

"Maaf aku sudah bersama Birdy. Da-ah,"

Raut wajah Bean mengeras, kentara sekali ia tidak menyukai ku, namun siapa yang peduli?

Jujur, aku merindukan Greyson. Sudah lama sekali kami tidak menghabiskan waktu bersama.

Greyson mengajak ku berkeliling menikmati pemandangan taman kota disore hari. Ada beberapa penggemar yang menghentikan langkahnya ketika hendak membeli minuman. Pemandangan seperti ini membuat sunggingan kecil pada bibir ku merekah. Aku senang akhirnya orang-orang mengakuinya sebagai seorang musisi dan penyanyi yang sebenarnya.

Greyson kembali ke mobil sambil membawa dua kaleng coke. Ia menyodorkannya padaku lalu menyandarkan punggungnya pada jok mobil. Kami diam dalam hening, sibuk pada pikiran masing-masing sampai dehaman Greyson membuatku mengalihkan pandanganku padanya.

"Birdy, pernahkah kau...." ia menggantungkan kalimatnya, "Pernahkah kau jatuh cinta pada sahabatmu sendiri?"

"Belum, tapi aku banyak mendengar keluhan tidak enak dari orang lain. Ada apa?"

"Hanya bertanya. Aku berencana membuat lagu berjudul friendzone."

Aku tergelak dibuatnya, "Mengapa?"

"Entahlah," ia ikutan tertawa, "Bagaimana keadaan kedua kakimu?"

Mataku beralih pada kedua kaki ku, "Tidak ada perubahan. Sepertinya aku akan selamanya begini,"

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang