Hari ini aku disibukkan dengan pesta pernikahan Chris dan Letti. Sebenarnya, aku merasa sedikit gugup. Aku takut Bibi Ven akan hadir di pesta pernikahan ini dan aku belum siap mendengarkan makiannya.
Letti memperkenalkan ku pada keluarganya. Mereka terkejut mengetahui bahwa keturunan keluarga Bogaerde masih ada. Disni juga ada Harry. Ia mengobrol santai sedangkan aku duduk berdua dengan Gemma, sementara Gemma sedang asik mengobrol dengan Sean.
Greyson tidak ada disini. Ia sedang sibuk bersama Louis, membicarakan kelanjutan karirnya. Aku tersenyum kecil jika sedang mengingat kegigihan laki-laki itu dalam bekerja. Ia benar-benar mencintai dunia musik.
Lamunan ku tersadar ketika Sean mengajakku pulang. Ia ingin aku beristirahat dirumah, sedangkan para keluarga masih menginginkanku disini. Sesampainya dirumah, aku hanya bisa berdiam diri. Terkadang menyibukkan diri untuk membaca buku atau mengerjakan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa bosanku. Ku tutup buku Jane Eyre karangan Charlotte Bronte ini lalu menatap keluar. Helaian rambutku tertiup hembusan angin sore dan mataku tiba-tiba tak sengaja menangkap setangkai bunga matahari yang tergeletak tidak jauh dari meja, tempatku biasa menaruh sesuatu. Kuraih bunga itu lalu membaca tulisan disecarik kertas yang terikat pada tangkai bunganya.
"Hari yang cerah, secerah senyumanmu pagi ini. – G"
Aku mengulum senyuman sambil meremas tangkai bunga.
Ia benar-benar manis. Aku tidak bisa berhenti tersenyum dan mataku seperti tidak mau berpaling dari bunga matahari ini. Mungkin karena ia yang mengirimnya.
Esoknya, sekitar pukul tiga sore. Aku berlatih berjalan dihalaman rumah Greyson bersama Sean. Satu jam sudah aku lelah mencoba untuk melangkahkan kakiku yang sudah mati rasa ini. Tidak ada hasilnya sama sekali, aku memutuskan untuk duduk diatas rumput sendirian, sementara Sean masuk kedalam.
Kedua mataku menyipit begitu melihat sosok Greyson yang berjalan mendekat kearahku. Ia mendekat kearahku dengan wajah datar.
"Hey," sapanya tanpa ekspresi. Aku mengernyit mendengar sapaannya yang terkesan sedikit canggung. Greyson duduk disebelahku, ia menyibakkan poninya kekiri lalu dengan santai mendongak keatas langit.
Benar-benar pemandangan sialan. Aku tidak kuasa menahan nafasku yang tercekat begitu melihat jakun Greyson yang sangat menonjol ketika ia mendongak dan mengapa juga lekukan lehernya begitu seksi?!
"Bagaimana pekerjaanmu bersama, Louis?" tanyaku penasaran. Greyson melirikku lalu menunduk, "Lancar. Aku akan segera merilis albumku," ujarnya santai. Sebelah tangannya tiba-tiba merogoh kedalam saku jaket yang berada didalam lalu mengeluarkan setangkai bunga mawar berwarna biru.
Aku mengernyit sambil memandangi bunga yang ada ditangan Greyson. Ia menyodorkan bunga itu padaku, "Ini untukmu,"
"Mawar biru? Mengapa?"
Ia menarik sedikit sudur bibirnya dan dengan cepat mengusap ujung hidungnya, "Karena langit hari ini sedang berwarna biru. Lihat kan, tidak ada awan satupun. Anggap saja mawar biru ini mewakilkan perasaanmu,"
Aku menyengir mendengar jawabannya, "Kemarin kau berikan bunga matahari, sekarang mawar biru," ujarku dengan tangan terulur untuk meraih bunga itu.
"Kau tidak suka? Yasudah biar ku berikan pada orang lain,"
"Jangan!" aku memekik, "Kau memberikannya untukku, bukan? Enak saja mau diberikan pada orang lain," aku segera merebut bunga mawar cantik ini lalu menatapnya. Greyson sendiri dengan santai tiduran disampingku. Senyuman idiot terpancar diwajahnya yang polos.
Diam-diam, aku memandangi wajahnya yang tenang. Rambutnya bergerak-gerak kecil seiring dengan hembusan angin. Berlama-lama bersama Greyson membuatku terus menerus berkhayal yang tidak-tidak. Bagaimanapun juga, aku masih seorang penggemar yang selalu berfantasi aneh terhadap idolanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star [ Greyson Chance ]
FanfictionGadis biasa yang ingin menggapai sebuah bintang yang bersinar terang di angkasa. Namun tiba-tiba sinar dari bintang itu meredup dan hilang. Ia mencoba mencari bintang itu dan berusaha membuat sinarnya kembali bercahaya seperti semula. Tetapi bagaima...