Part 11 - Curious

3K 278 19
                                    

 

Greyson mulai menarik keatas kausnya dengan satu tangan sehingga perutnya terekspos dengan jelas. Kerongkonganku tercekat tak kala perut itu dapat ku lihat secara langsung. Biasanya aku dan para Enchancer hanya bisa histeris mengingat Greyson yang bertelanjang dada ketika ia di Bali. Ku tampar diriku yang sempat lepas kendali kedalam alam bawah sadarku

 ku bantu ia melepas kausnya itu dengan hati-hati. Di mulai dari kepala setelah itu tangan. Setelah kausnya berhasil terlepas aku diam ditempat.

“Kau benar-benar ingin menontonku mandi ?” suaranya menyadarkan alam bawah sadarku. Aku menggeleng cepat dan segera keluar dari dalam kamarnya. Aku tidak mau ia melihat kedua pipi ku yang bersemu merah.

Aku menunggunya selesai mandi di luar bersama Whiskey. Anjing ini memang penurut. Ia hanya bermalas-malasan di atas sofa sambil memainkan ekornya.

Pintu kamar Greyson terbuka dan ia keluar dari kamar dengan balutan kaus biru tua serta celana jeans. Well, ku akui ia memang tampan dan semakin hari ketampanannya semakin bertambah meskipun kondisinya berubah.

“Apa kau ada acara hari ini ?” tanya ku pada Greyson yang sedang duduk di depan ku. Ia menggeleng “okay, sebaiknya kau ku ajak mencari udara segar” Greyson membalas ucapanku dengan sunggingan senyum miring pada bibirnya  “aku tidak mau”

“oh ayolah, kau tidak bisa selamanya berdiam diri didalam rumah seperti burung dalam sangkar”

Otot-otot rahangnya mengeras. Aku seperti ingin menampar diriku karena merasa telah salah berbicara “Kapan Alexa pulang ?” ucapnya mengalihkan pembicaraan

“Aku tidak tau”

“kalau ia sudah pulang kau bisa kembali kerumah”

“jadi kau mengusirku ?”

“ya”

Aku mendengus pelan. Mencoba bersabar menghadapi alien ini. Aku mengusap –usap kepala Whiskey sambil bersenandung lagu Sunshine And City Lights. Secara tidak sadar Greyson telah menatap ku dengan tatapan kosong.

Aku mencoba berdeham kecil “Kau tidak memainkan piano mu ?”

Kedua matanya mendelik ke arahku “Kau sedang bertanya atau mengejek ku ? Jelas-jelas kau tau tangan ku cacat”

“bu-bukan itu maksudku”

“Lalu ?”

Aku menggaruk-garuk tengkuk leher ku yang tidak gatal “boleh kah aku memainkan piano mu ?”

“kau bisa ?” aku mengangguk “mainkanlah”

Aku tersenyum kecil sambil berlalu kearah grand piano hitam besar ini. Ku buka penutupnya dan jemari ku dengan mudah bermain di atas tuts-tuts ini. Aku memainkan instrumen lagu ku sendiri. Sudah lama sekali aku tidak berlatih.

“Sepertinya aku tidak pernah memiliki lagu dengan instrumen seperti itu” ucapnya dengan percaya diri. Aku memutar kedua bola mataku lalu menatapnya “ini lagu ku”

Ia mengerutkan kedua alisnya. Mimik wajahnya nampak sedang berpikir “kau pernah berkata padaku lewat email kalau kau memiliki lagu ciptaan sendiri dan inspirasi lagu itu berasal dariku, benarkah ?”

“ya, kau benar”

“nyanyikanlah sekarang”

Aku menelan ludah, jujur saja aku belum siap bernyanyi dihadapan Greyson saat ini. Setengah dari hatiku bersorak riang tetapi setengahnya lagi malu.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang