Part 17 - A Warm Hug

3.5K 287 30
                                    

Jika boleh aku mengatakan yang sejujurnya. Aku menyayangi Greyson melebihi kasih sayang seorang penggemar terhadap idolanya, meskipun ia selalu membuatku kesal dan ingin menangis.

“Greyson..” yang di panggil menoleh. Sudah lama sekali aku ingin mengutarakan keinginan ku ini. Dengan gugup aku memandangnya yang kini menatap ku dengan tatapan teduh.

“Aku pernah membaca fakta tentang dirimu dan mereka bilang jika aku bertemu langsung denganmu jangan ragu untuk meminta sebuah pelukan hangat” aku menggaruk tengkuk ku yang tidak gatal “mau kah kau—“ belum sempat aku menyelesaikan perkataanku ia sudah menarik ku kedalam dekapannya. Aku bisa merasakan dagunya menempel pada pundak ku.

Oh Tuhan, lutut ku lemas. Aku tidak dapat menahan rasa bahagia ini

Batin ku terus bersorak bahagia. Tanpa ragu ku dekap tubuh Greyson yang selama ini hanya dapat ku lihat melalui YouTube.

pelukannya saat ini seolah mewakilkan perasaannya yang tidak dapat di utarakan.  Aku seperti dapat merasakan kepedihan yang ia pendam selama ini serta emosinya  yang hanya bisa ia tahan.

“Aku menyayangimu” bisik ku nyaris tak terdengar.

Aku tidak tau berapa lama kami berpelukan sampai akhirnya Greyson melepaskan pelukannya.

“Ayo pergi mencari makanan. Ini sudah waktunya makan malam” ucapnya lembut

Aku mengangguk kecil kemudian ia menarik lenganku dan menggenggamnya. Sepanjang jalan ia mengoceh banyak tentang New York dan Amerika. Ini benar-benar malam yang indah dan kurasa ini awal perubahan yang baik untuknya. Lihat saja ia kembali menjadi Greyson yang cerewet seperti yang sering aku lihat di vidio.

Greyson membelikanku pizza yang selanjutnya akan kita makan bersama di flatku. Setibanya di flat  aku membuatkannya teh hangat. Ia sedang berbaring di atas sofa sambil menatap jemarinya yang masih di bungkus perban.

“kau masih bisa berkarir meskipun jemari itu tidak dapat menari di atas tuts piano” Aku menyodorkan secangkir teh padanya.

“Aku ragu akan hal itu”

“mengapa?”

“Aku merasa gugup di atas panggung jika tidak memainkan alat musik”

“Bagaimana kalau aku yang bermain piano dan kau yang bernyanyi?” Greyson menaikan sebelah alisnya “aku rasa tidak ada salahnya kita mencoba dengan mengcover sebuah lagu, bagaimana ?”

“Ide yang menarik, aku akan menghubungi Jeremy untuk menanyakan tempat penyewaan studio yang murah” ucapnya dengan cengiran lebar. Aku tersenyum kecil memandang tingkahnya.

“Birdy”

“ya?”

“siapa nama lengkapmu ?”

“Jasmine van den Bogaerde”

Greyson mengerutkan keningnya “susah sekali namamu”

Aku tergelak di buatnya. Aku bisa melihat bibirnya berkumat-kamit mencoba menyebutkan namaku dengan benar namun masih tidak berhasil.

“sudah bisa menyebutkan namaku Greyson Michael Chance?” ucapku sarkastik.

“hah aku menyerah...”

Ia benar-benar lucu.

Aku dan Greyson berbincang ringan sambil menikmati teh hangat dan pemandangan kota New York dari balik jendela. Gedung-gedung pencakar langit membuat kota ini terlihat sangat padat. Sedang asyiknya kami mengobrol seseorang menekan bel.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang