“Birdy, sadarlah” aku menepuk-nepuk pipinya namun tak ada reaksi. Ku coba memompa dadanya dan memberikan nafas buatan “Birdy, sadarlah ku mohon” ucapku di sela-sela pompaan tanganku pada dadanya. Menarik nafas, ku hembuskan kembali nafas buatanku padanya sambil mendengar detak jantungnya “Brengsek! Jantungnya tidak berdetak” Aku memompa kembali dadanya lebih kencang sambil memberikan nafas buatan “Tuhan, tolong jangan ambil gadis ini” aku hampir saja menangis. Aku tidak tau apa jadinya hari-hariku jika tidak ada dirinya. Selama ini ia selalu menemaniku, memberikan nasehat agar aku tidak menyerah.
Aku terus memompa tanpa henti sambil didalam hati berdoa agar ia cepat sadar. Namun tubuhnya tidak bereaksi apa-apa...
“Ku mohon...” Aku menekan dadanya lebih keras lagi dan seketika kedua matanya terbuka di sertai batuk dan muntahan air “Puji Tuhan terima kasih” Aku menariknya kedalam pelukanku. Birdy masih terbatuk-batuk dan tubuhnya mulai menggigil.
“Aku akan panggilkan ambulance” Aku mengangguk dan kembali mendekap Birdy.
Ia membalas pelukan ku dengan gemetar “Aku disini jangan takut” bisik ku.
“Grey...” ia akhirnya bersuara. Aku menjawab panggilannya dengan gumaman kecil “Apa tornadonya sudah berakhir?”
“Ya, sudah selesai. Kita sudah aman sekarang” Setelah mendengar jawabanku Birdy kembali memeluk ku dengan erat.
Ambulance datang. Tim medis memberikan ku selimut tebal dan membawa Birdy di atas tandu lalu membawanya kedalam mobil. Aku ikut masuk kedalam menemani Birdy yang kini sedang terbaring bersama selang oxygen.
“Kau sudah mengabari Sean?” tanyanya.
“Belum. Aku belum mengecek ponselku” ku rogoh saku, menemukan ponselku basah terendam air tetapi masih bisa menyala “Aku dapat sinyal Bird” Ku buka semua pesan baru yang masuk dan pesan terbanyak yaitu dari Sean. Segera ku telpon sebelum ia memaki ku.
“Greyson! Astaga dari mana saja kau ini?! Mengapa sulit sekali menghubungi kalian?” Aku menjauhkan sedikit ponselku sambil mengernyit.
“Hey bung, bisakah kecilkan sedikit volume suaramu? Aku tidak tuli!” aku menggosok-gosokan telingaku sebentar “Maaf karena baru bisa menelpon mu. Kami terjebak di Woodward dan tornado”
“Aku lihat beritanya di televisi. Bagaimana keadaan kalian? Birdy baik-baik saja ‘kan?”
“Hmm...” Aku berpikir sejenak. Haruskah aku jujur, mengatakan yang sebenarnya terjadi? Aku takut Sean kembali marah padaku “Y—yaa ia baik-baik saja”
“Boleh aku bicara dengannya?”
Aku memberikan ponselku pada Birdy.
“ya Sean? Aku baik-baik saja. Ya jangan khawatir...Tentu Greyson menjaga ku dengan baik umm ya sampai jumpa”
Birdy mengembalikan ponsel ku lalu kembari merebahkan kepalanya. Menunggu ambulance tiba di rumah sakit terdekat.
***
Birdy’s POVAku dan Greyson sedang dalam perjalanan menuju Edmond. Dokter sudah memeriksa kondisi ku dan mengobati luka di kaki ku. Beruntung aku tidak mendapatkan luka yang serius karena kejadian tadi.
Mobil travel berhenti didepan rumah yang sudah tidak asing lagi bagi ku. Rumah bergaya klasik bercat coklat.
Greyson membantu ku turun dari mobil lalu membawakan tas ku.
![](https://img.wattpad.com/cover/19714364-288-k865237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star [ Greyson Chance ]
FanfictionGadis biasa yang ingin menggapai sebuah bintang yang bersinar terang di angkasa. Namun tiba-tiba sinar dari bintang itu meredup dan hilang. Ia mencoba mencari bintang itu dan berusaha membuat sinarnya kembali bercahaya seperti semula. Tetapi bagaima...