Part 40 - Say You Love Me

2.9K 246 28
                                    


Niall's POV

Mataku terpejam saat panggilan alam itu sudah terlaksanakan. Ku cuci tangan ku setelah itu bercermin sebentar untuk menata rambutku.

"Greyson, cepatlah," gerutuku sebal karena ia belum keluar juga dari bilik kamar mandi.

"Niall, kau bisa kembali ke studio lebih dulu. Ku rasa perutku keracunan karena makanan Bea tadi," ujarnya dengan nada setengah berteriak.

Ku hela nafas ku, "Baiklah,"

Heningnya ruangan ini membuatku bisa mendengar derap langkah sepatu ku sendiri. Ku tekan tombol elevator, menunggu beberapa detik dan selanjutnya tubuhku melesat menuju lantai atas.

Langkah ku terhenti ketika berhenti didepan gudang. Teringat sesuatu, ku putar tumit ku lalu masuk kedalam gudang. Mencari beberapa earphone dan kaset-kaset rekaman yang ku perlukan.

"Ah akhirnya ketemu juga!" sorak ku girang setelah menemukan barang yang ku cari. Menutup kembali pintu gudang, aku pun melangkah kembali menuju studio. Samar-samar ku dengar suara seseorang berbicara. Ku condongkan telinga ku kedepan sambil berjalan perlahan. Ku ikuti kemana suara ini berasal.

"TOLONG... TOLOOOONG,"

Jantung ku berdegup, "Birdy," langkah ku terseok-seok. Kaki ku yang masih mengalami cedera, menyulitkan ku untuk berjalan.

Aku mendapati seseorang berdiri didekat tangga darurat bersamaan dengan suara hantaman keras dari arah bawah tangga.

"Birdy!" teriak ku yang sedang berusaha melangkah lebih cepat. Orang itu menoleh kearah ku dan kedua mata kami bertemu.

Greyson's POV

"Demi Tuhan, makanan terkutuk itu menguras habis isi perutku," umpat ku setelah keluar dari elevator. Ku gulung lengan kemeja ku hingga siku sambil menoleh kesekitar. Memastikan ada seseorang atau tidak.

"SESEORANG TOLONG KAMI,"

Suara Niall terdengar dari ujung lorong. Aku berlari sekencang mungkin dan hampir terpeleset ketika hendak berhenti.

"Niall!" ku lihat Niall yang berusaha menahan dirinya dengan cara berpegangan pada sisi tangga, "Hey apa yang kau lakukan!" ku hampiri orang yang mencoba ingin mendorong Niall. Ia berbalik badan dan kedua bola mata ku langsung membulat ketika mendapati Bea sedang menggenggam pisau. Ia mengacungkan pisaunya kearah ku. Tatapannya terlihat marah. Ada kilatan dendam didalam matanya, "Bea, apa yang kau lakukan?!" geram ku.

"Kau sungguh ingin tahu apa yang sedang aku lakukan?" ia meringis, "Aku telah melakukan apapun untuk membuat mu berpaling padaku, setidaknya menoleh kearahku. Namun kau tidak pernah melakukannya! Mengapa kau tidak bisa menatap ku seperti kau menatap Birdy? Kenapa Greyson?" Ia melangkah maju, membuatku melangkah mundur dengan gerakan waspada. Takut jika ia melayangkan pisau itu padaku.

"Karena kau bukan dia," jawab ku cepat.

Bea tertawa sinis, "Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tidak ada seorang pun yang bisa memiliki mu," Bea menerjang ku hingga tubuhku terbanting kebelakang.

"Bea, hentikan," aku berusaha menahan pergelangan tangan Bea. Pisau itu hampir menancap didadaku. Bea menggeram, ia kini berada diatas ku, "KAU LEBIH BAIK MATI GREYSON," Ia mengayunkan ujung pisaunya kearahku, dengan gerakan cepat, ku geser kepala ku kesamping sehingga pisau itu tidak jadi mengenaiku.

"Bea, kau sudah gila," pekik ku seraya berusaha menyingkirkan ia dari atas tubuh ku. Bea tetap meronta, memberontak dan berkali-kali mengayunkan pisaunya kearahku. Ujung pisaunya pun berhasil mengenai pipi ku.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang