Part 2 - Birmingham

5.5K 321 25
                                    

Namun Tuhan berkendak lain. Ia masih sayang padaku. Aku masih bertahan hingga saat ini.

Sean terus meneliti tentang penyakit ku ini. Sejauh ini aku tidak merasakan apa-apa. Hanya saja terkadang aku suka terjatuh dengan sendirinya.

Aku kembali melanjutkan perjalanan ku menuju kampus. Aku menghirup udara dalam-dalam dan kembali berjalan.

****

Tiba di kampus dengan tepat waktu, banyak orang berlalu lalang kesana kemari sambil membawa buku di tangan mereka. Aku berjalan cepat menuju kelasku. Mata kuliah pertama ku hari ini sastra. Dosen ku menugaskan ku untuk menulis artikel orang-orang berbakat.

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung mengisi kertas kosong ini dengan tulisan tanganku. Aku menulis artikel tentang Greyson Chance. Hanya butuh waktu lima belas menit artikel ku sudah selesai. Aku langsung menyerahkannya kepada Mr. Juan. Dengan kepala botak serta kumis yang tebal ia terpilih menjadi dosen sastra di kampusku.

Ia membenarkan posisi kacamatanya lalu mulai membaca artikel ku, "Birdy, sudah berapa banyak artikel Greyson Chance yang kau tulis?" tanya nya dengan tatapan serius

Aku menggaruk tengkuk leher ku yang tidak gatal "Aku— umm aku lupa hehe,"

"Ku berikan kau tugas untuk besok kau kumpulkan. Buatlah artikel dengan artis yang berbeda, mengerti?"

Aku mengangguk dua kali dan Mr Juan menyuruhku kembali ke kursi.

"Hahaha dasar gadis aneh, mungkin hanya si Chance itu saja yang ia tau," ledek salah satu anak perempuan dari deretan kursiku. Ku tatap matanya dengan tatapan membunuh namun ia sama sekali tidak menggubris tatapan ku ini.

Apa yang salah dengan Greyson Chance?! Ia memang hanya artis biasa. Tidak seberapa terkenal seperti artis idola gadis itu. Lihat saja akan ku buat dunia mengetahui Greyson Chance lebih dalam lagi

Rutuk ku dalam hati.

Aku mencoba menahan emosiku yang hampir saja meledak karena anak perempuan itu.

Aku sudah melewatkan kelas sastra ku sekarang waktunya aku menyantap makan siang ku. Ponselku bergetar segera ku rogoh saku celana ku dan melihat si pemanggil.

Tercantum nama Sean beserta foto profil ia sedang tersenyum lebar. "Ada apa ?" tanya ku sambil menggigit roti isi yang ku bawa dari rumah

"Sudah makan siang?"

"Ini aku sedang makan,"

"Ingat jangan makan sembarangan,"

"Aku hanya memakan roti isi. Apakah itu berbahaya?"

Sean terkekeh pelan "Jangan lupa minum vitamin mu. Hari ini aku pulang cepat jadi aku bisa menjemputmu,"

"Okay, sampai jumpa nanti,"

Aku melanjutkan memakan roti isi ku sambil membaca buku fiksi yang ku pinjam dari perpustakaan.

Namun samar-samar ku dengar suara seseorang sedang berbicara. Aku mencoba untuk tidak memperdulikan perkataan mereka. Tetapi kuurungkan niatku untuk tidak memperdulikan mereka karena aku baru saja mendengar nama Greyson Chance. Mereka menyebut itu beberapa kali.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang