Part 30 - Wheelchair

2.6K 256 9
                                    

Greyson dan the lads menatap ku dengan ekspresi tegang.

"Dimana obatmu?!" tanya Greyson dengan nada panik.

"Ada di dalam tasku,"

Harry dan Louis mengangkat tubuh ku ke sofa, Liam membantu meluruskan kaki ku. Greyson sedang sibuk mengobrak-abrik isi tas ku. Akhirnya ia menemukan botol obat ku. Di ambilnya satu kapsul lalu menyodorkannya padaku beserta air mineral.

Setelah minum obat aku memejamkan mata ku sejenak.

"Greyson, ada apa dengan Birdy?" Niall berpindah posisi duduk.

Greyson terlihat sedang berpikir "Aku tidak mengerti apa penyakitnya. Yang kutau, jika ia lupa meminum obatnya kakinya tiba-tiba lumpuh,"

"Kapan reaksi obatnya bekerja?" Harry terlihat panik.

"Obatnya bereaksi dengan cepat. Biarkan ia istirahat. Aku harus membawanya kembali ke hotel," ucapnya seraya bersiap untuk mengangkat tubuh ku. Tiba-tiba Louis memegang pundak Greyson.

"Kau ingin menggendongnya? Oh man, keadaan mu saja masih seperti robot kekurangan baterai. Biar Harry yang menggendongnya,"

Greyson mendengus kesal. Ia mengambil tas ku dan berjalan cepat keluar. Sedangkan Harry mulai mengangkat tubuhku. Aku bisa dengan jelas melihat tato-tatonya dan skaligus menghirup aroma tubuhnya yang maskulin.

"Jangan menatapku seperti itu. Nanti Chance mu murka," katanya tiba-tiba. Aku segera membuang pandanganku lalu melingkarkan kedua tangan ku pada lehernya.

"Kau bisa kembali kedalam, Harry."

"Kau bergurau? Bagaimana nanti ketika kalian tiba di hotel?"

"Ada Jeremy yang akan membantuku."

"Oh baiklah. Semoga lekas sembuh, Bird!" Harry tersenyum kecil padaku lalu kembali kedalam. Greyson melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ekspresi wajahnya sulit di tebak, membuatku serba salah harus berbuat apa. Jadi, aku memilih untuk diam sambil menikmati pemandangan.

"Dasar ceroboh!" sontak aku langsung melirik kearahnya "Kenapa kau selalu ceroboh? Bisakah kau disiplin sedikit?!" omelnya lagi.

"Maafkan aku," sahutku sambil menundukan kepala. "Maaf telah merepotkan mu, Greyson."

Greyson berdecak kesal sambil meremas stir mobilnya "Aku tidak masalah bila kau repotkan. Aku hanya—hanya tidak bisa melihatmu sakit,"

Oh apakah ia baru saja bilang kalau ia sangat mengkhawatirkan ku? Diam-diam aku tersipu malu.

Tiga jam sudah aku berbaring di atas tempat tidur hotel ini bersama Greyson yang berada di samping ku. Ia sedang berkutat dengan laptopnya dan sesekali berbicara padaku.

"Apa kau sudah bisa menggerakan kakimu?"

Aku menggeleng. Memang sejak tadi aku belum bisa merasakan kedua kaki ku bahkan jemari-jemari kaki ku. Biasanya aku langsung bisa merasakan pergerakan pada jemariku, namun kali ini tidak.

"Sebaiknya ku telepon, Sean."

"Greyson, jangan!"

Greyson menatapku heran "Aku tidak mau membuat Sean khawatir. Biarkan ia bekerja dan semoga saja besok aku sudah bisa berjalan seperti semula."

Greyson akhirnya mengurungkan niatnya untuk menelpon Sean. Aku pun kembali bersandar pada bantal yang sudah ku susun meninggi.

"Kapan kita pindah kerumahmu?"

Ia menatap ku sebentar lalu berpaling lagi pada layar laptopnya "Malam ini, bagaimana?"

"Ide yang bagus!"

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang