EPILOG

3.5K 276 30
                                    


Aku tidak percaya sekarang ini sedang melihat Greyson bernyanyi diatas panggung dan ini adalah konser tunggalnya. Venue tempat dimana konsernya diadakan pun penuh. Tiket terjual habis dengan cepat. Ada sekitar lima ribu penonton yang datang kesini. Louis bilang padaku bahwa, setelah konser tunggalnya di London ia akan melanjutkan tur keliling Amerika. Aku pun masih bimbang, ingin ikut bersamanya atau tetap tinggal di London untuk menemani Sean.

Sebelum konser berakhir, aku sudah lebih dulu meminta izin untuk pulang karena Harry berkali-kali menelpon ku agar segera kembali kerumah Greyson.

"Louis, tolong beritahu Greyson bahwa aku memiliki urusan mendadak. Aku akan menelpon ia jika konsernya sudah selesai,"

Louis mengangguk, "Hati-hati, Bird."

Kegelisahan sedikit mengganggu ku selama perjalanan pulang. Aku tidak tahu mengapa Harry tiba-tiba menelpon ku. Dari nada bicaranya kentara sekali ada masalah penting.

Setelah mematikan mesin mobil, aku turun dan segera masuk kedalam. Harry sudah berdiri diambang pintu dengan posisi bersandar pada dinding dan kedua tangan dimasukan kedalam saku celana.

"Apa yang terjadi?"

Ia menghela nafas panjang, "Venezzia datang kerumah ku. Ia terlihat kacau sekali. Ia menangis, memohon kepadaku agar dipertemukan oleh Sean namun anak itu keras kepala. Ia tidak mau menemui Ibunya,"

Sudah lama sekali aku tidak mendengar kabar mengenai Bibi Ven, "Akan ku coba untuk membujuknya," Harry mengangguk. Ia mengikutiku masuk kedalam. Sean tengah berdiri didekat jendela. Air diwajahnya nampak berbeda. Aku mencoba berdeham agar ia menyadari kehadiranku.

"Birdy," ia berbalik badan, "Bukankah konsernya baru selesai pukul delapan?"

"Ya, aku tidak enak badan jadi ku putuskan untuk kembali kerumah,"

"Kau sakit?" raut wajah Sean berubah cemas. Ia menempelkan tangannya pada keningku.

"Aku baik-baik saja, Sean. Hanya lelah sedikit." Ia pun akhirnya mengangguk paham, "Aku ingin bicara padamu," ujarku yang kemudian melirik kearah Harry. Ia mengerti maksud dari lirikan ku.

"Bird, aku ingin meminjam beberapa novel klasik mu,"

"Silahkan ambil dikamarku,"

Setelah Harry menghilang menuju kamarku, aku memulai pembicaraan, "Ku dengar Bibi Ven ingin bertemu dengan mu,"

Sean mengerang, "Tolong jangan bahas soal ini,"

"Sean bersikaplah lebih dewasa. Kau tidak bisa mengacuhkan Ibu kandung mu begitu saja."

"Ia tidak pantas mendapatkan perhatian dari ku Birdy,"

"Jangan berkata seperti itu. Temuilah Ibumu, ia mungkin sangat merindukanmu saat ini,"

"Aku masih tidak bisa menerima perlakuannya padamu," Sean mulai tersulut emosi.

Aku mencoba bersabar menghadapinya, "Sean, pikirkan baik-baik. Kau seharusnya bersyukur masih memiliki seorang Ibu. Lihat aku? Aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu. Selagi kau memiliki waktu jangan disia-siakan,"

Sean menggeleng cepat. Ia menundukan kepalanya seperti orang frustasi, "Kau tidak mengerti Birdy. Kau tidak seharusnya bersikap baik padanya,"

"Tidak selamanya kejahatan dibalas dengan kejahatan. Ayo, ku temani kau bertemu dengan Ibumu,"

Ku pandangi wajah Sean, berusaha menemukan sesuatu didalam mata birunya itu. Ia menatapku sesaat lalu mengangguk.

Kami bertiga pergi menuju rumah Harry. Aku duduk dibelakang sedangkan Sean duduk didepan bersama Harry. Selama diperjalanan, aku hanya sibuk membaca berita-berita di akun sosial media ku. Senang rasanya melihat respon baik dari mereka mengenai konser Greyson saat ini.

The Star [ Greyson Chance ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang