Setibanya kami dirumah Greyson, Harry langsung menggendong ku menuju kamarku dan tentu saja ulahnya ini membuat tatapan Greyson menajam kearah laki-laki berambut keriting ini. Harry dengan hati-hati mendudukanku diatas tempat tidur yang sudah lama tidak ku tiduri ini. Kedua alis matanya saling bertautan. Aku menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Apa yang baru saja kalian lakukan sampai-sampai kau memakai bajunya dan ia turun dari mobil dengan keadaan bertelanjang dada?" Pertanyaan itu bertuntun keluar dari bibir penuhnya. Aku merunduk malu. Entah aku harus jujur atau tidak, pasalnya ini cukup tolol mengingat aku terjatuh kedalam sungai hanya karena gugup Greyson akan menciumku "Aku menunggu," selanya lagi dengan kedua tangan menyilang didada.
"Aku tercebur kedalam sungai," Harry menatapku tidak percaya "Ayolah, Harry. Aku berkata jujur,"
"Bagaimana bisa? Apa ia yang mendorongmu?"
"Bukan!" aku memekik membuatnya sedikit terkejut "Ak—aku....aku gugup,"
"Gugup?"
"Aku gugup," ulangku seperti kaset rusak, "Aku gugup karena ia mau menciumku,"
Gelak tawa Harry langsung memenuhi kamarku. Aku terlihat sangat tolol dihadapannya. Suara tawa Harry terhenti ketika suara ketukan pintu terdengar.
Greyson berdiri diambang pintu dengan wajah tertekuk dan tentu saja kini ia sudah berpakaian lengkap.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanyanya menyelidik.
"Menurutmu?" Harry balik bertanya.
Greyson menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal "Aku menganggu?"
Harry menghela nafas, ia melangkah kearahku lalu membungkuk sedikit "Sampai jumpa lagi nanti," ia mengusap ujung kepala ku lalu melayangkan ciuman singkat pada keningku membuatku dan juga Greyson melotot menatap tingkahnya.
Harry sinting...
Dengan santai Harry keluar dari kamarku melewati tubuh Greyson yang masih diam sehabis melihat pemandangan tidak mengenakan tadi. Setelah Harry pergi, Greyson masuk kedalam kamarku.
"Apa kau dan dia pacaran?" tanyanya dengan nada meninggi. Mulutku yang sedaritadi menganga segera kututup. Aku menatap kearah Greyson, tatapannya benar-benar menakutkan.
"Tidak. Kami tidak berpacaran,"
"Lantas mengapa ia mencium mu?"
"Aku tidak tahu, mungkin ciuman pamitan?" Oh ayolah, Birdy! Mengapa jawaban ku terdengar sangat menggelikan. Aku berani bertaruh selanjutnya Greyson akan melontarkan kata-kata pedasnya padaku.
"Jadi siapapun boleh mencium mu? Dan kau anggap itu biasa?" Ia tertawa mengejek "Kau seperti gadis murahan, Bird."
Aku melotot kearahnya "Apa katamu?"
"Harry hanyalah seorang laki-laki yang baru saja kau kenal dan kau seenaknya saja mengizinkan ia mencium mu,"
"Kau tidak berhak mengataiku seperti itu!"
"Tentu aku berhak! Karena aku harus berpikir dua kali jika ingin mencium mu dan ia seenaknya saja mencium mu tanpa perlu berpikir keras sepertiku," ia diam menghentikan kalimatnya yang terdengar tidak terkendali.
"Kau berpikir dua kali jika ingin menciumku?" ulangku tidak percaya. Greyson masih diam dan tiba-tiba ia keluar dari kamarku tanpa mengucapkan apa-apa.
Bagus, dunia nyata dan dunia maya sama saja. Tweet and run
Aku menghempaskan tubuhku ke bantal. Memikirkan apa yang baru saja ia katakan. Ku ciumi kerah baju Greyson yang saat ini sedang kukenakan. Mengapa ia sulit sekali untuk dimengerti?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Star [ Greyson Chance ]
Fiksi PenggemarGadis biasa yang ingin menggapai sebuah bintang yang bersinar terang di angkasa. Namun tiba-tiba sinar dari bintang itu meredup dan hilang. Ia mencoba mencari bintang itu dan berusaha membuat sinarnya kembali bercahaya seperti semula. Tetapi bagaima...