10. Kebetulan?

3.9K 383 68
                                    

Haidan yang melihat Zio baru saja kembali ke dalam kelas menatapnya bingung. Terlihat dari pergerakan lelaki itu, Haidan dapat menyimpulkan bahwa ada hal aneh yang baru saja terjadi. Sesekali cowok itu melirik ke arah luar lalu dia diam dan berpikir, beberapa detik kemudian dia menggelengkan kepalanya, seolah-olah menepis sebuah pikiran yang tidak seharusnya dia pikirkan.

"Kenapa lo geleng-geleng gitu, habis dugem?" tanya Haidan yang mulai merasa jengah dengan tingkah Zio.

"Dugem mata lo. Omongan lo gak ada filternya apa, heran gue," balas Zio.

Haidan nyengir, "lo aneh sih. Emang kenapa? Ada apaan di luar tadi?" tanya Haidan mulai penasaran.

Zio melirik Haidan ia ingin menceritakan apa yang baru saja dia lihat tapi ia tidak ingin membuat Dino merasa ilfil dengan Debi. Karena Zio berusaha untuk mencomblangkan kedua orang itu. Apalagi dia juga kasihan dengan Dino yang harus terus-terusan berteman dengan makhluk lain. Ia ingin sahabatnya memiliki seseorang yang berarti serta penting dalam hidupnya, dan kebetulan Debi juga sedang dalam masa putus. Jadi tidak masalah, soal sikap Debi yang seenaknya dia yakin kalau perempuan itu pasti bisa berubah dia bisa melihat sisi baik dari Debi.

"Woi! Malah ngelamun lo! Kebiasaan lo tuh. Mana gue udah kepo," ucap Haidan mulai kesal.

Zio menggaruk pelipisnya dia bingung mau menceritakannya mulai dari mana.

"Haidan, dipanggil ketos suruh kumpul sekarang." Andini anak OSIS yang kebetulan satu kelas dengannya tiba-tiba datang dan memberikan informasi untuk Haidan.

"Oke, thanks." Setelah itu pandangannya berganti tajam menatap Zio karena telah membuatnya penasaran dan menahan rasa ingin tahunya untuk sesaat.

Haidan menutup bukunya dengan kasar dan pandangannya terus menatap Zio tajam. Bak elang yang siap menerkam mangsanya.

"Hehe, ntar deh habis lo kumpul gue kasih tau." Zio menyengir.

"Serah lo, minggir sana!" Haidan mendorong Zio dan hampir saja lelaki itu terjungkal karena ulahnya barusan.

Setelah Haidan pergi dia berpindah duduk di sebelah Dino yang tengah sibuk dengan bukunya.

"Eh Din." Panggil Zio.

Sudah Zio duga, pasti Dino tidak akan merespon orang yang hanya berbasa-basi dengannya. Akhirnya Zio memilih inisiatif untuk langsung saja pada intinya.

"Gue tadi lihat Debi lagi berantem sama cewek di depan kelas kita. Gue rasa sih dia sengaja lewat sini." Zio memberi tahu apa yang dia lihat tadi namun tidak secara gamblang, dia ingin tahu juga apa respon yang diberikan oleh cowok itu apakan dia akan penasaran atau tidak? 

Sedangkan Dino yang mendengarnya, awalnya dia biasa saja tapi saat ia mendengar kata kalau Debi sengaja lewat di depan kelasnya adalah hal yang aneh. Karena gedung mereka berbeda, dan kantin pun terletak berada di tengah-tengah antara gedung IPA dan IPS. Lalu kenapa dengan gadis itu tiba-tiba lewat begitu saja?

Dino mengalihkan pandangannya untuk menatap Zio. "Apa maksud lo barusan?"

Zio tersenyum, ternyata Dino ada respon dia kira ia akan dikacangi seperti sebelum-sebelumnya.

"Gue rasa, Debi suka sama lo deh Din," ucapan Zio barusan membuat Dino menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kenapa lo bisa mikir gitu?" tanya Dino.

"Masa iya gue harus jelasin ke lo sih?" tanya balik Zio.

"Ya harus lo jelasin," ucap Dino.

"Nggak ah males, cari tau sendiri sana." Zio kembali sibuk dengan ponselnya.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang