39. Baikan

1.9K 194 58
                                    

Ternyata benar tebakan Jane jika Dino pasti akan menghampiri Debi di kelas. Mana mungkin Dino tidak peduli pada Debi apalagi hubungan keduanya sudah dekat dan akan melangkah pada jenjang selanjutnya. Mungkin untuk pertunangan Dino dan Debi akan mengalami kemunduran karena kasus yang mencemarkan nama baik kedua orang tua gadis itu. 

"Karena Dino udah dateng gue pergi duluan ya, nggak baik jadi obat nyamuk." Jane beranjak dari duduknya kemudian berpamitan pada kedua orang yang masih sama-sama diam tersebut. 

"Ih! Lo mau kemana anjir?!" tanya Debi dengan penekanan. Dia bingung jika harus berdua dengan Dino. Apalagi kini hubungan mereka kurang baik. 

"Udah gede nggak usah ngerengek!" ucap Jane. 

"Dino, gue titip Debi ya. Jagain jangan sampai dia lecet, awas lo!" Perintah Jane dengan tegas terhadap Dino. 

Lelaki itu mengangguk. Tak lama kemudian, Jane benar-benar pergi terlebih dahulu. Kini hanya meninggalkan Dino dan Debi di kelas. Gadis itu sibuk berkemas-kemas, sedangkan Dino menatap Debi yang sibuk sendiri. Saat sudah selesai dengan kesibukannya Debi hendak pergi begitu saja namun ditahan oleh Dino. 

"Kenapa sih ngehindar terus?" Dino sudah tidak betah dengan sikap Debi yang terus mencueki dirinya. 

"Nggak papa," jawab Debi. 

"Yaudah, sini." Dino menggandeng tangan Debi untuk meninggalkan kelas. Mendapatkan perlakuan tersebut membuat Debi otomatis kaget, karena tidak biasanya dia bersikap seperti itu. 

Debi menatap genggaman tangan Dino dan kemudian mendongakkan kepalanya menatap cowok itu. Ada apa dengan dia hari ini? 

"Lo kenapa sih?" tanya Debi bingung. 

"Kenapa apanya?" tanya Dino balik tanpa melihat Debi. 

"Aneh." 

"Aneh gimana?" tanyanya lagi. 

"Biasanya kan yang gatel itu gue bukan lo," ucapnya. 

Mendengar kalimat yang spontan dikeluarkan oleh Debi membuat cowok itu terkekeh. "Berarti sekarang gue gatel sama lo gitu?" tanya Dino balik, dia melirik Debi. 

Gadis itu tanpa sadar mengangguk. "Yaudah, anggap aja ini rasanya gimana jadi gue pas lo gatelin." 

"Nggak sopan ya!" spontan Debi menabok lengan Dino dengan tangan satunya. 

"Gitu dong, balik kayak awal." Dino mengusap kepala Debi sekilas. Perlakuan cowok itu memberikan sensasi yang berbeda terhadap dirinya. Baru kali ini dia melihat Dino tidak secuek biasanya. Padahal biasanya saja jika dia ingin melihat senyum cowok itu dia harus mengeluarkan effort yang cukup berat namun sekarang? Dia mendapatkan perlakuan manis tanpa perjuangan. 

"Kerasukan demit mana sih?" 

"Ha?" 

"Catlin aja nggak bisa buat lo kayak gini perasaan dulu," ucap Debi masih tidak percaya. 

"Ilmunya masih di bawah dia." Tawa Dino kembali terdengar. 

Senyum Debi pun juga mendadak terukir ketika mendapatkan balasan dari Dino. Sikapnya yang cair dan tidak cuek membuatnya merasa nyaman dan hangat. 

* * * 

"Enak?" tanya Dino dan disambut anggukan kepala oleh Debi. 

Sejak tadi Debi selalu meminta es krim keliling yang ada di taman kota. Padahal Dino mengajaknya untuk membeli makan dan setelah itu menjanjikannya untuk mengajak berkeliling kota tapi ditolak dan dia hanya ingin makan es krim di taman kota. 

"Lo tahu nggak sih kenapa gue pengen ke sini?" tanya Debi. 

Dino mengrenyitkan dahinya bingung. "Kenapa?" dia juga terlihat penasaran. 

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang