2. Hoodie Hitam

7.2K 682 32
                                    

Selamat membaca^^

Dari kejadian tadi, saat Dino mengguyur Debi serta Vania agar kedua gadis itu berhenti untuk berkelahi, membuat dirinya harus terjebak dengan Debi. Dia melihat wajah gadis itu yang basah dan menampakkan kekesalan terhadap dirinya. Gadis itu hanya diam dan mengeratkan hoodie dengan wajah cemberut. Dino berusaha untuk membaca pikiran perempuan yang berdiri di sebelahnya tapi lagi dan lagi dia gagal!

"Gue kesel sama lo," kata Debi tiba-tiba. Membuat Dino menaikkan sebelah alisnya bingung.

"Kenapa?" tanya Dino tanpa ekspresi.

Debi masih tidak habis pikir dengan cowok yang ada di sampingnya ini. Sudah menabraknya, lalu mengguyurnya dia masih tidak sadar? Biasanya Debi akan marah-marah kepada orang yang membuatnya kesal setengah mati, namun tidak untuk sekarang. Debi juga tidak tahu apa alasannya.

"Lo nyebelin."

"Gue udah nolongin lo," jawab Dino.

"Iya tapi lo ngeselin. Lo nggak sadar tadi pagi lo nabrak gue? Terus sekarang lo nyiram gue gitu aja?" Debi memutar kedua bola matanya malas saat dia selesai berbicara.

Tanpa memandang Debi, Dino mengangkat sebelah alisnya. Perasaan yang menabrak bukan dia tapi memang cewek di sebelahnya itu yang tidak lihat-lihat kalau mau berbalik saat dia mau minta maaf tapi sepertinya Debi tengah marah-marah sehingga Dino mengurungkan niatnya hanya sekedar untuk mengucapkan maaf.

"Lo tadi lagi marah-marah, biasanya cewek kalau marah-marah apa yang cowok lakuin tetep aja salah dimatanya." Penjelasan Dino mampu membuat Debi seperti sihir, entah kenapa tutur kata Dino begitu lembut dan terdengar sopan. Debi jadi baper dan nyaman sendiri. Berbeda dengan Revan yang selalu membuatnya jengkel setiap hari.

Debi menghela nafasnya, mendengar jawaban dari Dino membuat emosinya seperti menguap begitu saja. "Kalau gitu gue pergi dulu, hoodie lo gue pinjem nanti gue bakal balikin lo tenang aja. Oh iya kan belum kenalan, gue Debi anak kelas IPA 6, lo?" tanya Debi dengan mengulurkan tangannya.

Dino hanya melirik tanpa berniat menerima uluran tangan Debi, "Dino. IPS 1." Dia kemudian bangkit dan beranjak pergi.

Melihat kepergian Dino tanpa pamit membuat Debi benar-benar kaget. "Misterius banget tuh cowok."

Debi mengeratkan hoodie yang dia pakai saat ini, senyumnya pun terukir di wajah cantiknya.

Dino memasuki kelasnya saat kelas hanya terisi oleh beberapa orang saja mengingat jam masih menunjukkan waktu istirahat, dia berjalan menuju ke arah tempat duduknya. Entah kenapa bangku pojok adalah tempat paling terfavorit anak sekolah. Dino duduk begitu saja, di belakangnya ada Zio yang duduk sendirian sambil memainkan game yang ada di ponselnya. Zio adalah gamers sejati. Satu teman Dino lagi tapi dia tidak kelihatan seharian ini, namanya Haidan anak OSIS sebenarnya Haidan masuk OSIS karena kesasar tapi katanya kalau udah terlanjur nanggung buat mundur.

"Perasaan lo tadi pakek hoodie deh," kata Zio saat dia mematikan aplikasi gamenya. Dia duduk sendirian di belakang Dino sedangkan Dino duduk bersama dengan Haidan.

"Gue pinjemin orang," jawab Dino tanpa menoleh.

Zio meminum air mineral yang ada di depannya, "siapa?"

"Debi."

Byurr!

Zio menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya ke arah samping, untung saja bukan ke arah Dino. Zio langsung meletakkan kembali botol yang tinggal berisi setengah ke atas meja.

Dino berbalik badan menatap aneh Zio. "Lo kenapa?"

"Debi? Debi pacar Revan?" tanya Zio kaget. Bisa bahaya kalau Revan sampai tau pacarnya mendapat pinjaman hoodie dari Dino. Bisa babak belur si Dino karena dia mendekati pacarnya.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang