31. Ngedate yang Buruk

2.4K 306 62
                                    

Seharian penuh ini Debi selalu menunggu pergantian dari pagi ke siang dan siang ke malam, bahkan sampai-sampai dia tidak bisa fokus untuk mengikuti pembelajaran terakhir di minggu ini. Khusus untuk hari ini juga, Debi tidak mengganggu Dino seharian padahal biasanya dia akan caper untuk datang ke kelas cowok itu atau hanya sekedar tebar pesona saja, namun dia menahannya agar pertemuannya nanti malam memiliki kesan rindu yang bisa dia sampaikan dan menjadi topik antara dirinya dengan Dino.

"Tumben nggak caper ke Dino," kata Jane sembari memakan coklat yang dibelikan oleh Debi tadi. Gadis itu akhirnya memiliki jeda untuk istirahat dan tidak terus-terusan memforsir dirinya untuk belajar, mimpi apa Debi memiliki sahabat yang bisa dibilang cupu sekaligus kutu buku seperti itu, sangat berbanding terbalik dengannya.

"Ya nanti aja capernya, kan nanti malam mau kencan sama calon tunangan." Debi tertawa sendiri, satu seruputan es dari gelas plasik itu menyegarkan tenggorokannya.

"Gue doain biar nggak ditinggal deh,"

"Ha? Maksud lo? Lo doain gue biar ditinggal gitu?!" Debi hampir saja emosi dengan ucapan Jane.

"Eh bukannya gitu! Tapi gue denger-denger si Revan baru ngajak jalan pacar barunya eh ditinggalin gitu aja."

"Pacar barunya si Revan bukannya Vania?" tanya Debi memastikan.

Jane mengangguk. "Iya, katanya sih gitu pokoknya."

Debi tidak habis pikir kenapa Revan masih belum tobat juga, hal ini bisa menjadi ancaman untuk hubungannya dengan Dino. Mengingat jika calon tunangannya itu menyukai Vania.

"Gue yakin sih, si Dino nggak bakal ninggalin gue." Debi mendoktrin pemikirannya agar tidak berpikiran buruk. Dia yakin jika laki-laki yang saat ini bersamanya adalah tipe cowok yang menjaga dan menepati janjinya.

"Gue sebagai sahabat lo, cuma bisa ngasih doa yang baik aja." Jane memeluk Debi dari samping.

"Makasih Jane, walaupun lo cupu tapi gue sayang kok sama lo beneran deh!" Debi membalas pelukan Jane.

"Kata-katamu menohok sekali wahai kawan,"

* * *

"Deb, sibuk nggak?" tiba-tiba Samuel datang dengan membawa beberapa kertas. Debi melihatnya sudah memiliki feeling jika dia akan diajak rapat lagi.

"Oh gue sib---"

"Gue tau lo gabut parah, buruan ikut gue!" tanpa menunggu jawaban dari Debi dengan seenaknya Samuel menarik tangan Debi untuk ikut dengannya. Debi hanya pasrah, dia melihat jam tangan miliknya yang sudah menunjukkan pukul empat. Sebenarnya ini juga salahnya kenapa dia bukannya pulang tapi justru malah nongkrong di depan kelas?!

"Samsul! Gue mau pulang! Mau kencannn!" rengek Debi.

"Lo ngajak gue kencan? Yaudah iya nanti gue ajak jalan habis rapat." Samuel membalas rengekkan Debi dengan mengedipkan sebelah matanya. Berbeda halnya dengan Samuel, justru Debi bergidik ngeri.

"Bukan kencan sama lo! Dih pede banget lo!" sewot Debi.

"Sewot banget sih,"

"Biarin!"

Perdebatan mereka berdua akhirnya berhenti saat ada dua orang yang datang, salah satu diantara mereka menyapa Debi.

"Ikut rapat lagi lo Deb?" sapa orang itu.

Debi memandang kedua orang itu, matanya berbinar bahagia dengan cepat dia mengangguk. "Eh Haidan! Iya nih, kebetulan Samuel maksa gue buat nemenin dia. Hai Dino!" tidak lupa Debi juga menyapa Dino yang hanya diam berdiri di belakang Haidan seperti tidak tertarik dengan keberadaan Debi.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang