16. Jangan Terlalu Berharap

3.2K 376 92
                                    

Mungkin masih dalam mode ngambek. Debi yang biasanya selalu menggoda Dino atau bahkan dia hanya sekedar melihat lelaki itu lewat di depan kelasnya saja demi menyenangkan hati namun kini dia mendadak hanya melengos begitu saja saat berpapasan dengan Dino dan kawan-kawannya. Dino yang memang jarang mengerti arti kodean membuatnya bingung kenapa Debi bertindak seperti orang yang tidak saling mengenal.

Haidan melihat Debi yang aneh memandang Dino, "lo berdua berantem?" tanyanya curiga.

Dino menggeleng. "Enggak," jawanya sedikit bingung. Memangnya dia dan Debi bertengkar soal apa?

"Tapi kok gue lihatnya dia kayak ngehindarin lo? Biasanya kalau cewek kayak gitu habis berantem sama cowoknya, kalau nggak ngehindar kayak gitu pasti dia ngambek." Haidan menggaruk kepalanya karena mana mungkin Dino bertengkar dengan perempuan, kelakuannya sopan kayak gitu jelas-jelas tidak mungkin. Selama ini dia melihat Dino bisa seperhatian dan sedekat itu dengan perempuan, hanya dengan Debi.

"Emang bedanya apaa?" Zio bertanya. Zio memang kadang suka bertingkah konyol dan kadang dia kurang peka juga walaupun dia sok bijak dan seolah-olah paham dengan percintaan tetapi aslinya tidak pengalaman sama sekali karena cowok itu hanya terlalu fokus dengan game selama ini.

"Ah gue takutnya lo nggak nyampe kalau gue kasih tau Yo," kata Haidan sambil tertawa.

Zio menatapnya datar, memang kadang Haidan suka tidak tahu diri juga. Bahkan dia juga sama seperti Dino dan Zio yang tidak memiliki pengalaman percintaan, bahkan lebih parahnya dia ditolak perempuan.

"Orang kalau nggak sadar diri ya kayak gitu," sindir Zio.

Dino masih berdiri dengan terus memandang Debi yang sudah jauh di depan sana. Dia berpikir apa yang membuat gadis itu seolah menghindarinya. Dia tidak ingin menerka-nerka tidak jelas dan dia bukan tipe orang gengsi yang berlebihan, kalau dia suka ya bilang suka kalau enggak ya bilang enggak. Akhirnya dia menyusul Debi yang sudah menghilang dari halaman sekolah.

"Gue akuin Dino tipe cowok yang nggak bisa diem kalau didiemin cewek." Komentar Haidan.

"Belibet banget omongan lo anjrit!" Zio melanjutkan jalannya dengan memakai earphone lalu kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Haidan yang masih berdiri di tempatnya semula.

Dino mencari Debi yang sudah tidak terlihat lagi disepanjang sapuaan pandangannya, bahkan di halte juga tidak ada. Dia sebenarnya penasaran apa yang terjadi pada Debi yang seakan menjauhinya. Apa dia memiliki permasalahan dengannya atau dia sedang ada masalah lain.

Saat dia ingin berbalik tiba-tiba pandangannya tertuju ke arah ujung tikungan yang di sana ada seorang laki-laki yang sangat dikenal dan masih menjadi perbincangan hangat karena hubungannya dengan Debi. Orang itu adalah Revan---mantan Debi. Tidak tahu kenapa semua tentang Debi saat ini sangat mudah dijangkaunnya padahal dia sama sekali tidak ada niatan atau bahkan dia tidak mau mencari tahu. Tapi informasi itu seolah datang sendiri.

Dino langsung menghampiri Revan dengan sedikit berlari untuk menghampiri Revan yang tengah beradu mulut dengan seorang perempuan yang membelakanginya.

"Harusnya lo nggak menilai orang satu pihak, Rev!" ucap perempuan itu dengan nada yang sangat kesal dan marah.

Revan menatapnya sinis, "lo nggak mau dinilai satu pihak tapi kelakuan lo aja kayak gitu! Untung lo sama gue udah putus," ucap Revan.

"Lo nggak tahu apa-apa."

"Gue tahu Deb, gue tahu semuanya tentang lo. Bahkan keluarga lo yang ternyata licik itu. Bisa-bisanya mereka merampas hak saudaranya sendiri demi kepintangan pribadi." Revan memang berbicara dengan nada rendah namun justru membuat Debi mendidih.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang