27. Masih Usaha

2.6K 316 56
                                    

"Hai Juminten," sapa Maxime dengan mengulas senyum ke arah Jane yang baru saja keluar dari dalam kelasnya.

Jane menatap Maxime antara kagum dan bingung, kagum karena Maxime dalam dunia nyata jauh lebih ganteng dan bingung karena Jane tidak tau siapa yang sedang disapa oleh cowok itu. Karena di sana tidak ada yang bernama Juminten.

"Kenalin, Maxime." Jane melongo karena yang dimaksud Maxime adalah dirinya, cowok itu bahkan tidak segan-segan mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berkenalan. Debi hanya menahan tawa saat melihat adegan tersebut.

Jane memandang Debi curiga, "ulah lo pasti!"

"Ayo, Juminten tuh diajak kenalan cowok ganteng. Katanya kemarin pengen kenalan," goda Debi dengan menahan tawanya.

Jane menerima uluran tangan Maxime, "Jane."

"Jane? Bukan Juminten?" tanya Maxime.

"Bukan," jawab Jane. Dia saat ini benar-benar gugup karena berhadapan dengan Maxime. Tapi dia bisa menutupinya dengan baik.

* * *

Dino mengerjabkan matanya untuk menyesuaikan silau cahaya yang tertuju ke arah matanya. Saat Dino bangun tiba-tiba dia berada di sebuah ruangan yang dia tau itu adalah UKS. Dia memegang kepalanya yang masih sakit karena kejadian tadi. Dia melihat kesekeliling ruangan mencari siapa yang sudah menolongnya, tapi ternyata tidak ada siapa pun di sana. Dino beranjak dari ranjang lalu bergegas untuk kembali ke kelasnya. Saat dia membuka pintu dengan memegangi kepalanya yang masih sakit tiba-tiba ada yang menabraknya.

Dino terjatuh, sontak orang yang menabrak tadi langsung membantu Dino untuk berdiri.

"DINO ASTAGAH!"

Debi langsung memeluk tubuh cowok itu, dia menyuruh Maxime membantunya untuk membawa laki-laki itu kembali masuk ke dalam UKS. Debi panik karena Dino tidak biasanya seperti ini, untung saja Debi sudah selesai dari kantin dan kebetulan lewat UKS dia tidak tau jika Dino ada di sana.

"Ini penjaganya kemana sih?!" Debi mencari petugas UKS atau anak PMR yang ada tapi tidak ada satu pun yang berjaga di sana.

"Lo tenang dulu, gue cari anak PMR atau Dokter, lo temani Dino." Jane menyuruh Debi untuk mendekati Dino yang memejamkan matanya. Maxime menatap Dino dan Debi bergantian.

Terlihat Debi mengusap dahi Dino untuk membersihkan keringat yang ada di sana, lalu bergantian memegang jari tangan cowok itu. "Lo kenapa sih? Jangan buat gue khawatir!"

Tak berapa lama kemudian Jane datang bersama dengan seorang Dokter, Debi memberi ruang untuk Dokter itu agar bisa memeriksa kondisi Dino. Debi sangar khawatir dengan cowok itu.

"Apa dia tadi sudah bangun?" tanya Dokter.

"Sudah bangun?" tanya Debi balik. Dari pertanyaan tersebut bisa ditarik kesimpulan berarti sejak tadi Dino berada di sana dan baru tersadar dan jatuh saat berpapasan dengannya tadi. Dia merasa sangat bersalah, harusnya dia tidak bersikap seperti tadi dengan Dino. Dia juga seharusnya bisa melihat usaha Dino yang membelanya sejak awal di mana dia yang selalu dihakimi.

"Iya, tadi dia di bawa ke sini sama anak cowok dalam keadaan pingsan," ucap Dokter.

Tatapan Debi menyiratkan rasa bersalah kepada Dino. Rasanya dia ingin sekali menangis, "lalu sekarang gimana keadaan Dino Dok?" tanya Debi dengan suara bergetar.

"Tidak apa-apa, dia hanya kelelahan. Hanya butuh istirahat," balas sang Dokter. "Saya sudah memberikan obat tadi, tapi ini ada vitamin, kamu berikan pada dia jika sudah sadar ya." Dokter itu memberikan vitamin pada Debi.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang