29. Peringatan!

2.9K 312 67
                                    

Setelah kejadian semalam tadi, Debi belum berani untuk berbicara dengan Dino di sekolah. Dia merasa kalau cowok itu marah dengannya, bahkan pagi tadi saat mereka berpapasan saja Dino terlihat membuang muka darinya. Debi menelungkupkan kepalanya ke atas lipatan tangan, berusaha tenang dan mencari ide agar Dino tidak marah lagi dengannya.

"Dasar ya, cowok kalau marah emang bener-bener ngeselin!" gumamnya dalam lipatan tangan.

"Nih, titipan lo!" Jane meletakkan satu botol minuman dingin di atas meja Debi.

"Thanks," ucapan Debi tanpa mendongakkan kepalanya. Jane yang melihat sahabatnya seperti itu meletakkan minumannya ke atas meja.

"Makanya, lo jangan sok cuek atau jual mahal sama Dino, kalau sama Dino lo kalau  bilang iya itu ya jawab iya, jangan iya jawab enggak! Dia itu bodo amat, cuek, dingin, sekalinya lo bikin kesel tuh anak, lo bakal dibikin kesel berkali lipat!" penjelasan Jane membuat Debi mendongakkan kepalanya.

Dia mengusap wajahnya, bukan karena menangis tapi karena frustasi dengan cowok itu. "Emang kurang ajar dia!"

"Jangan nyalahin dia, di sini yang salah itu elo."

"Ihhh Jane!" Debi cemberut, dia menyambar botol air minuman dingin yang diberikan oleh Jane dan langsung meminumnya.

Jane hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan sikap dan tingkah Debi, dia kembali berkutat dengan buku-buku serta soal yang sudah menumpuk itu. Melihat Jane yang sudah kembali pada kesibukannya, ia akhirnya berusaha untuk mengalah dan menghilangkan ego yang sejak kemarin menahan dirinya untuk menghubungi Dino.

Dia melihat ponselnya lalu mencari kontak milik cowok itu dan mulai mengiriminya pesan. Tanpa basa-basi, dia mulai mengetik kata di sana.

Debi: Dimana?

Send.....

Tangan Debi berkeringat dingin setelah mengirimi pesan barusan, walaupun dia termasuk dalam kategori cewek yang sering bergonta-ganti pacar tapi dia dulu tipe yang dikejar bukan seperti sekarang di mana dia yang mengejar seperti ini. Dia yang selalu harus memulai satu langkah lebih dahulu.

1 menit, 2 menit, bahkan sampai 10 menit pun Dino tidak kunjung membalas atau bahkan membaca pesannya. Hal itu mebuatnya menjadi berpikir negatif atau yang sekarang ini marak disebut dengan overthinking, apa yang dilakukan Dino sampai dia tidak membaca pesannya?

"Sok sibuk banget lo anjir!" gerutu Debi.

Tiba-tiba saja Silvia datang dan langsung duduk di hadapan Debi. Wajah-wajah tukang gosip sudah terdeteksi dari Silvia. Seperti seorang presenter pembawa acara gosip, Silvia menatap Debi dan Jane serius.

"Lo berdua tau nggak?!" tanya Silvia.

"Apaan?" tanya Debi santai. Justru Jane hanya menjawab dengan gumaman.

Silvia mendekatkan tubuhnya, "gue tadi lihat adegan romantis banget anjir!!" pekik Silvia histeris. Wajahnya bahkan sempat memerah.

"Lo lihat kucing kawin Sil? Wah kuker banget lo Sil Sil!" Debi heran, sembari menggelengkan kepalanya.

Spontan Silvia langsung menggeplak kepala Debi, "istighfar lo Deb!"

"Astagfirullah, mulut gue." Debi langsung membekap mulutnya.

"Lo nggak penasaran sama sekali Jane?" tanya Debi heran.

"Gue sibuk Deb, habis ini mau nyari Bu Mariska."

"Yaudah lo aja yang gue kasih tahu!" Silvia langsung menatap Debi serius.

Silvia kemudian membisikkan sesuatu yang membuatnya melotot lalu tiba-tiba dia terdiam berusaha menyimpulkan siapa yang dimaksud oleh Silvia barusan.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang