37. Alasan Menjauh

2K 208 19
                                    

Setelah meninggalkan Dino karena perkataan cowok itu yang harus berpikir ulang, kini Debi melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Dia harus menerima tatapan sinis dan mendengar hinaan dari beberapa anak yang ada di sekelilingnya. Di dalam kelas, sudah banyak sekali teman-temannya yang berbisik-bisik. Debi belum melihat Jane, dia langsung berjalan menuju ke dalam kelasnya. 

"DEBII!!" suara teriakan yang memanggil Debi dari depan pintu membuat semua orang yang ada di dalam kelas langsung menatapnya. Sama halnya dengan Debi, dia kaget dan langsung mengarahkan pandangannya menatap pada sosok Zidan di depan sana. 

Zidan langsung menghampiri Debi yang duduk seorang diri di bangkunya. Cowok itu baru saja datang dan dia melihat keributan yang terjadi tadi dan bertanya pada salah satu murid dan ternyata mereka baru saja menghakimi Debi tanpa adanya kejelasan yang pasti dari berita dan bahkan Zidan saja baru mendengarnya pagi tadi. Namun jujur saja dia tidak yakin seratus persen mengenai pemberitaan tersebut. 

"Lo nggak apa-apa?" laki-laki itu kemudian langsung mengambil duduk di sebelah Debi yang masih kosong. 

Perempuan itu menatap Zidan dengan rasa bingung. "Lo masih belum tau kasus keluarga gue ya?" tanya Debi lesu. 

"Gue tau, makanya gue ada di sebelah lo sekarang. Mereka ngapain lo aja? Biar gue hajar satu-satu!" tanya Zidan khawatir. 

"Kenapa lo nggak jauhin gue?" tanya Debi. 

"Gila lo? Kita temenan dari kelas berapa coba?" tanya Zidan. 

"Kelas 10, tahun kemarin." Jawab Debi dengan polosnya. "... belum lama ya," lanjutnya dengan lesu. 

Namun Zidan tiba-tiba menoyor kepala Debi sehingga membuat gadis itu mengaduh. 

"Kenapa lo nonyor gue?" tanya Debi sembari meringis. 

"Harusnya lo terharu dong!" lelaki itu berusaha menghibur Debi. Bagaimana pun saat pertama kali dia memasuki SMA Mutiara, sosok Debi lah yang menjadi temannya lalu mana mungkin dia meninggalkan Debi saat perempuan itu mendapatkan musibah seperti itu? 

"Gue terharu, sialan!" Debi mengusap air mata yang tiba-tiba menetes tersebut. 

"Tenang aja, nggak ada yang berani ngapa-ngapain lo selama ada Zidan di samping lo ahahaha!" ucapnya yang diakhiri dengan gelak tawanya. 

Tak berapa lama kemudian Jane datang dengan membawa sekantong plastik makanan yang baru saja dia beli di kantin. Dia khusus membelikannya untuk Debi, karena Jane tahu jika sahabatnya itu pasti belum sarapan dan dia malas untuk ke kantin apalagi di kondisi seperti ini. 

"Tadi gue ketemu sama Dino, dia titip pesan buka hape lo." Ucap Jane. 

"Lo sama Dino sebenarnya ada hubungan apa sih?" tanya Zidan bingung. 

"Nggak ada kok," jawab Debi. 

"Jujur?" tanya Zidan. 

"Cinta bertepuk sebelah tangan." 

* * * 

"Kalau saran gue sih mending lo samperin Debi, daripada lo di sini cuma lihatin dia." Haidan menepuk pundak Dino. Sejak satu jam yang lalu, Dino berada di halaman sekolah yang mengarah pada lapangan. Dia sengaja di sana untuk memastikan bahwa Debi baik-baik saja, dia bahkan rela untuk tidak mengikuti pembelajaraan kali ini alasannya adalah ke UKS. 

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang