32. Rahasia Keluarga Debi

2.6K 307 83
                                    

"Kurang ajar emang tuh cowok!" Debi berdecak kesal sembari memasuki halaman rumahnya. Gerutuannya itu bahkan didengar oleh Pak Ujang yang membukakan pintu gerbang tadi. Melihat Debi yang marah-marah sendiri membuat Pak Ujang tidak berani menyapanya.

"Tapi gue cinta! Sialan emang!" Debi memutuskan untuk duduk di gazebo, menghela napas dengan kasar. Dia membuka paper bag yang di dalamnya terdapat kotak bludru bewarna merah yang dibelikan oleh Dino tadi.

"Jalan bareng model apaan kayak gini, yang ada gue kayak jalan sama sopir." Debi menatap benda itu dengan kesal.

"Lagian tuh anak ngikut-ngikut aja, nggak ada topik lain apa gimana sih?" tanya Debi pada dirinya sendiri. Sikap Dino yang membuat dirinya selalu bertanya-tanya kenapa dan ada apa dengan cowok itu sebenarnya. Apa memang Dino memiliki sesuatu yang sedang disembunyikan darinya?

"Tapi serius sih, nyesek banget kalau sampai dia cuek ke gue tapi kalau sama yang lain enggak." Debi mulai meratapi dirinya sendiri ketika dia terus menerus melihat bayangan Vania, karena itu seolah menjadi tamparan keras untuk dirinya.

Sebuah mobil sedan memasuki area halaman dan menuju ke arah garasi rumah, Debi tau mobil siapa itu. Tak berapa lama Reina dan Nugraha keluar dari dalam mobil itu. Ternyata Mama dan Papa Debi juga baru saja pulang, dia masih diam di sana sambil bersandar pada tiang gazebo. Pandangan memelas dari anak perempuannya membuat Reina dan Nugraha menghampiri Debi.

"Kamu kenapa?" Reina mengusap rambut anaknya.

"Papa perhatiin dari mobil kamu kayak sedih, ada apa?"

Gimana nggak sedih, calon mantunya aja bikin emosi! batin Debi.

"Nggak pa-pa," jawab Debi tidak mood.

Tidak sengaja Reina melihat kotak bludru yang di bawa Debi, "itu cincin tunangannya?" tanya wanita itu.

Debi mengangguk tanpa menjawab.

"Kamu nggak suka sama modelnya? Nanti biar Mama yang kasih tau orang tuanya Dino ya,"

"Enggak Mah! Ini pilihan Debi kok, Debi suka sama cincinnya," buru-buru Debi langsung memotongnya.

"Terus? Kenapa kamu kayak sedih gitu?" tanya Reina.

"Biasa Mah, anak muda."

Wajah Debi terlihat lesu, Reina memberikan pengertiaan kepada Debi agar anaknya tidak terlalu larut dan memikirkan sesuatu yang membuatnya justru tertekan.

"Jangan terlalu dipikirkan, ingat Debi setiap masalah pasti ada solusinya. Kamu harus bisa memberikan ruang gerak untuk Dino, dia laki-laki kadang tidak semua masalah bisa dia ceritakan, kamu harus lebih peka. Mama yakin dia anak yang tanggung jawab dan baik,"

Sebagai orang tua Reina hanya mengingatkan anaknya, karena bagaimana pun ke depannya yang menjalani hubungan itu adalah anaknya.

Ponsel milik Nugraha berdering dan langsung dia angkat, sedikit menjauh dari anak dan juga istrinya. Rasa curiga mendadak membuncah pada diri Debi, seketika dia mengingat kata-kata Reynata beberapa waktu yang lalu. Mungkin dia akan menanyakannya apakah ada masalah pada Papanya.

Tak berapa lama kemudian Nugraha kembali dan terlihat buru-buru, "papa izin balik ke kantor lagi ya." Nugraha mencium kening istri dan anaknya, sangat terlihat buru-buru membuat Debi bingung.

"Kamu hati-hati ya," balas Reina.

"Mah, Papa mau kemana?" tanya Debi khawatir.

"Ada urusan sayang, kamu istirahat ya udah malam."

Ada yang nggak beres juga sama keluarga gue, batin Debi menatap bingung Papa dan Mamanya.

* * *

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang