41. Malam yang Menegangkan

1.8K 186 35
                                    

Wajar saja jika Dino menatapnya dingin dan penuh kemarahan saat mengetahui Debi pulang ke rumah pada pukul sebalas malam. Kini gadis itu tertunduk dengan menyesal karena tidak mendengarkan perintah lelaki yang saat ini sedang mengomel di depannya. 

"Tadi gue beliin nasi goreng," dia menjulurkan kantong kresek yang di dalamnya terdapat satu bungkus nasi. 

Dino tidak menerimanya, dia justru semakin menatap Debi tajam. "Dengerin apa yang gue omongin nggak?" tanya Dino. 

Bukannya menjawab justru Debi berjalan melewati Dino begitu saja dan duduk di sofa. "Denger kok, tapi--" 

"Tapi apa?" tanya Dino dengan memotong ucapan gadis itu. 

"Gue nggak mau deket-deket sama lo terus," ujarnya. 

"Kenapa?" Dino mengrenyitkan dahinya. 

"Ya lo pikir aja sendiri!" kesal Debi. 

Dino paham dengan maksud ucapan Debi. Bagaimana Debi tidak kesal dan merasa lelah untuk terus mengejar sesuatu yang memang tidak mau dengannya. Debi mendapatkan informasi dari Jane jika beberapa hari yang lalu Dino sempat bertemu dengan Vania dan membawanya pergi dari Revan. Itu pun tanpa sepengetahuan dirinya. 

".... gini aja deh. Gue nggak mau beretele-tele, kita udah nggak ada hubungan apa pun ya. Gue nggak mau maksa lo juga, jadi kalau lo mau deketin Vania yaudah silahkan gue sama sekali nggak melarang." Putus Vania. 

"Ngomong apa sih lo?" tanya Dino bingung. 

"Lo baik sama gue itu cuma kasihan Dino! Jangan lo terusin gue nanti bakal susah buat ikhlasin lo!" Debi berdiri dengan mata yang hampir berkaca-kaca. 

Namun saat Dino hendak menghampiri Debi mendadak semua lampu yang ada di dalam rumahnya mati. Hal itu membuat Debi berteriak kaget. 

"AKHHHH!!" teriak Debi panik. 

Dino langsung menyalakan flash yang ada di hapenya dan mencari keberadaan Debi, dia langsung merangkul tubuh perempuan itu. Semua pekerja yang ada di rumah laki-laki itu juga langsung berkumpul di ruangan tersebut. 

"Mas Dino, ini ada pemadaman?" Bik Sum, asisten rumah tangga Debi datang dengan tergopoh-gopoh sembari membawa senter yang dia genggam. 

"Tenang, ini cuma pemadaman biasa aja." Ujar Dino.

"Tapi gue nggak tenang Dino!" ucap Debi dengan suara yang bergetar. 

Suara benda pecah membuat ketiga orang di sana langsung terkaget. 

"Mas Dino, pintu gudang kebuka. Mas Dino baru dari sana?" Bik Eni dan Mbak Indah datang bersamaan dari arah luar dengan senter yang menerangi jalannya. 

Dino memang dari sana, tapi dia sudah menutupnya. "Iya, tadi aku dari sana tapi udah ditutup lagi," jawab Dino. 

"Aku tadi juga udah cek saklar lampu tapi nggak ada tanda saklar turun." Ucap Mbak Indah. 

"Dino gue nggak suka di sini!" Debi panik. 

"Iya kita pergi." Ucapnya pada Debi. 

".... kita harus pergi dari sini." Dino mulai merasakan kejanggalan yang dia alami sekarang. 

"Kemana Dino?" tanya Debi bingung. Dia sudah tidak tahu harus pergi kemana lagi. 

"Keluarga gue masih punya satu rumah, di sini nggak aman." Ucap Dino. Saat mereka semua hendak pergi meninggalkan rumah tersebut tiba-tiba Debi tertarik hingga menyebabkan benturan yang lumayan keras pada punggung dan juga kepalanya. 

Bik Sum, Bik Eni, dan Mbak Indah langsung berteriak kaget. Dino reflek berlari untuk menolong Debi. Jujur saja Dino tidak tahu kenapa dia mulai berani untuk mengusik manusia dan padahal selama dia tinggal di rumah ini kejadian seperti ini tidak pernah terjadi. 

"DINO!!" teriak Debi histeris dia takut dan bingung harus melakukan apa. Kenapa masalahnya tidak habis-habis?! 

Dino berhasil meraih pergelangan kaki Debi yang terseret, dia langsung menariknya untuk menahan agar Debi tidak tertarik semakin jauh. Perempuan itu menangis ketakutan. Dengan usaha keras Dino dia bisa menarik kembali Debi, kemudian dipeluknya perempuan itu begitu erat. Setelah itu dia memapah tubuh Debi untuk segera pergi dari rumah. 

"Ayo semuanya kita keluar!!" teriak Dino sembari memapah tubuh Debi. 

"Ini kenapa sih Din?" tanya Debi disela-sela ketegangan yang terjadi. 

"Udah lo diem dulu." Dino tidak membentak, dia hanya mengingatkan Debi untuk diam dan tidak banyak bertanya disaat seperti ini. 

Semua para pekerja sudah keluar terlebih dahulu, kali ini giliran Dino dan Debi saat laki-laki itu mengajak melangkah melewati pintu yang sudah terbuka mendadak rasanya Dino seperti didorong ke depan dan membuat Debi harus tertahan di dalam dan pintu kembali tertutup. 

"SHIT!" geram Dino. Dia terkecoh. 

"Mas Dino, non Debi gimana mas?" Bik Sum panik. 

"Tenang Bik, saya akan bawa Debi keluar dengan selamat bagaimana pun caranya!" Dino berusaha memberikan ketenangan.

Dia berlari menuju ke sisi rumah, berusaha mencari celah untuk dapat kembali masuk ke dalam sana. Dino tidak melihat adanya celah untuk dia masuk. Sekarang dia mulai panik, bagaimana dengan keadaan Debi di dalam sana saat ini. 

Dia kemudian teringat dengan Catline, dia memanggil sosoknya. 

"Cate, where are you?!" Dino berteriak. Namun panggilan itu tidak mendapatkan respon apapun. "Kemana dia?" 

Dino semakin panik, namun dia tak sengaja melihat gudang itu terbuka dan pikirannya langsung menduga jika ada yang tidak beres dengan ini semua. Dia langsung berlari menuju gudang. 

Dalam penglihatan Dino dia melihat Catlin tertahan yang membuatnya tidak bisa berkutik. Dino semakin bingung untuk melakukan cara agar bisa menolong Debi dan Catlin. 

"Dino, pergi ke ruma ibu Yuli dan minta dia mengantar kamu untuk menemukan pemilik asli rumah ini!" suara Catlin terdengar samar-samar. 

"Apa bisa? Rumah ini udah lama berdiri dan bahkan saat lo masih ada." Dino tidak bisa berpikir lagi, dia sudah bingung untuk melakukan apa. 

"Ikuti saja Dino!" Catlin membentak. "Bawa kotak yang ada di atas meja itu." Dino melihat sebuah kota tua yang ada di atas meja dia langsung mengambilnya. 

"Gimana sama Debi?" tanya Dino. 

"Kamu tidak akan menemukan Debi," jawab Cate. 

"Apa maksud lo?!" 

"Ikuti ucapan ku tadi Dino!" tegas Catlin. 

Tidak ada pilihan lain, dia akan ke rumah ibu Yuli sekarang. Dia tidak meyangka, malam ini akan mejadi malam semenegangkan ini. Dia berbalik sembari merogoh kunci mobil yang sudah dia bawa tadi, dia berlari menuju mobilnya. 

"Bik Sum, Bik Eni, mbak Indah aku titip Debi dulu jangan pernah pergi dari sini sebelum aku kembali. Jika ada orang yang bertanya jangan kalian jawab jika keadaan semakin memburuk tolong cari penerangan dan bantuan untuk doa. Aku pergi dulu untuk menyelesaikan ini semua." 

"Baik mas Dino, hati-hati." Ucap mereka. 

"Satu lagi, Mama sama Papa jangan sampai tau dulu." 

"Baik." 

Dino kemudian memasuki mobil, lalu dia menginjak gas mobilnya menuju ke rumah bu Yuli dia berharap semoga pasangan suami istri itu berada di rumah saat ini. 

"Tuhan, gue nggak mau sesuatu yang buruk terjadi sama orang yang gue sayangi." 



***


TO BE CONTINUED.....

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang