47. Perubahan Debi

1.8K 163 26
                                    

Debi terbangun pada pukul setengah lima pagi, padahal biasanya dia baru bangun pukul 6 lebih tapi kali ini berbeda. Dia ingin berubah, dia ingin menjadi pelajar yang tertib dan menjadi perempuan yang lembut. Benar kata orang, dirinya tidak akan terus menjadi seorang putri bangsawan yang dimana setiap dia bangun sudah ada sarapan, baju rapi, dan berangkat sekolah tinggal memanggil supirnya saja.

Kali ini Debi mau berubah, dia bahkan rela untuk bangun pagi buta demi menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jane. Dengan penuh semangatnya, Debi mulai mencari bahan masakan. Walaupun jujur saja dia tidak terlalu pandai memasak tapi beberapa waktu lalu ibunya Dino mengajarinya memasak. Kali ini pilihan masakannya juga sama, yaitu sayur sop dan telur dadar.

Dengan sedikit kesusahan, Debi mulai mengupas bawang merah dan putih. Kali ini dia lebih berhati-hati agar tidak terkena matanya seperti waktu di rumah Dino. Mengingat itu, membuatnya sedih. Di satu sisi dia kangen pada laki-laki itu satu sisi dia juga harus tau kalau itu berbahaya. Dia tidak mau hal buruk terjadi pada mereka, terutama pada Dino.

Setelah selesai mengupas, Debi mulai beralih untuk memotong kubis dan juga wortel dengan perlahan dia, memotong serong wortel tersebut. Dulu ibunya Dino pernah bilang kalau potongan wortel yang serong itu sangat cantik, jadi dia mau masakannya kali ini terlihat cantik.

"Hmm, apa lagi nih," Debi berpikir. Dia melihat isi kulkas ada brokoli dan juga bakso. Di ambilnya dua bahan tersebut lalu dia memotongnya untuk tambahan sayur sopnya, agar terlihat cantik.

15 menit kemudian sarapan pun sudah matang, Debi melihatnya sangat berbinar.

"Nggak nyangka gue jago masak juga nih," dia memuji dirinya sendiri.

Jane yang baru saja bangun melihat sarapan yang sudah terhidang di meja makan membuatnya melongo. Dia kaget dan bingung sekaligus, pasalnya dia tidak pernah melihat Debi seperti ini.

"Warung mana jam segini udah buka?" Jane mengambil duduk dengan wajah kebingungannya.

"Enak aja warung!" Kesal Debi. "... Ini gue masak sendiri ya Jane!" Omelnya.

"HAH?! SERIUS LO?!" tanyanya tidak percaya.

Debi mengangguk, "gimana? Cobain dulu dong jangan komen mulu!"

"Wahh gue cobain deh!" Wajah Jane kini sangat excited saat hendak mencicipi masakan Debi.

Dengan semangat Jane langsung mengambil sop tersebut dan mulai mencicipinya. Pada suapan pertama, matanya sangat berbinar.

"Wihh pinter masak juga lo, ya walaupun sop gue tetep salut dan nggak nyangka lo bisa Deb!" Dia sangat bangga pada Debi.

Debi menggaruk tengkuknya, "hehe ternyata gue ada kemampuan buat masak walaupun gue bloon banget di pelajaran."

"Fix deh ini lo harus asah sih, biar punya kelebihan gitu buat dibanggain. Hahaha!" Jane tertawa.

"Sialan lo," Debi juga ikut tertawa.

"Yaudah sarap dulu yuk, keburu dingin nanti." Jane menyuruh Debi segera sarapan. Namun Debi menggeleng.

"Gue mandi dulu deh, nanti habis gue mandi baru sarapan. Oh iya, sekalian gue nanti mau berangkat sendiri aja."

"Lah? Kenapa gitu?" Tanya Jane.

"Gak papa, gue ada urusan bentar."

Jane mengerti, dia mengangguk. "Yaudah tapi kalau berubah pikiran bareng sama gue aja." Ucapnya.

"Siap nona!"

"Nona nona, gue jitak pala lo ya!" Kesal Jane.

"Hahaha!!" Debi tertawa sembari berlari ke arah kamar.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang