9. Penglihatan Dino

4.3K 415 80
                                    

Karena Debi terus berjalan dengan tergesa-gesa menuju kembali ke gedung sekolah sampai-sampai banyak orang yang dia tabrak saat berjalan. Bukan tanpa alasan, karena matanya sudah tertutupi oleh tumpukan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

Duk!

Debi menabrak sesuatu yang membuat pandangannya yang menunduk langsung mendongak dengan menatap orang yang dia tabrak itu dengan berkaca-kaca.

Dino, Haidan, serta Zio yang berjalan dari arah kelas untuk menuju kantin mendadak terhenti dan melihat Debi.

"Lo kenapa?" tanya Dino secara tiba-tiba saat dia melihat wajah Debi yang memperlihatkan raut wajah sedih dan matanya berkaca-kaca.

Tidak menjawab dia langsung memeluk Dino.

"Dan, laper, kantin yuk!" Zio menarik Haidan yang masih berdiri menatap Dino dan Debi bingung.

Setelah kepergian dua sahabatnya, Dino melepaskan pelukan Debi karena dia merasa risih sebab ia sama sekali tidak pernah berpelukan dengan siapa pun kecuali orang tuanya dan itu hanya setahun sekali, lalu ini Debi memeluknya dengan tiba-tiba di sekolah yang ketat dengan razia ketertiban.

Debi menunduk sambil mengusap air matanya. Hal itu menyita perhatian Dino. "Kenapa nangis?" tanya Dino.

Debi menggeleng. Dia berniat untuk pergi, namun Dino berhasil menahan pergelangan tangan Debi sehingga membuat gadis itu berhenti.

"Lo bisa cerita sama gue, asal jangan meluk gue tiba-tiba kayak tadi. Apalagi ini sekolah, gue nggak mau kena masalah."

Diam-diam Debi tersenyum dan perasaanya sedikit tenang. Dia berbalik menatap Dino. "Maaf, gue lagi kecewa sama seseorang."

"Gue tau," jawab Dino dengan berusaha menebak. Padahal dia masih tidak bisa membaca pikiran Debi. Aneh, hanya dia yang tidak bisa dia baca pikirannya atau bahkan apa pun tentang gadis yang ada dihadapannya saat ini.

"Tau apa?" tanya Debi.

Dino tidak menjawab tapi justru menarik tangan gadis itu untuk menjauh dari persimpangan koridor untuk menuju tempat duduk yang berada di balik tembok. Tidak sepi dan tidak terlalu ramai juga.

"Lo kecewa sama pacar lo kan," ucap Dino.

Spontan Debi mengangguk, "kok lo tau?"

Dino menyunggingkan senyumnya. "Udah ketebak, apalagi yang buat lo kayak gini kalau bukan cinta buta lo."

Mendengar jawaban ketus menurut Debi, membuat hatinya itu terasa sangat menyesakkan. Apa yang dibilang Dino itu benar, dia terlalu menggilai Revan bahkan sampai dia seolah-olah menjatuhkan harga dirinya sendiri.

Sedangkan Dino yang melihat Debi kembali menangis justru dia memejamkan matanya dan mengusap wajahnya bingung.

Dia memegang pundak Debi. Lalu menghapus air mata gadis itu, "Gue nggak bermaksud bilang kalau lo terlalu menurunkan harga diri demi laki-laki. Tapi maksud gue, ya nggak semua orang bisa berubah dan luluh. Mungkin bukan dia orangnya tapi ada orang lain nanti, simpan sifat lo yang mengejar itu buat orang yang tepat. Gue tau kalau Revan akhirnya bukan sama lo."

Tapi anehnya gue nggak bisa tahu lo sama siapa. Lanjut Dino dalam hati.

Debi yang mendengar perkataan Dino merasa tersentuh. "Gue itu cinta banget sama Revan. Lo nggak tau aja, gimana seorang perempuan kalau udah jatuh cinta sama satu cowok."

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang