24. Kesal!

2.6K 331 51
                                    

"Lo kesini sebenarnya mau jengukin gue atau mau ngrecokin sih?" Jane meletakkan jus jambu permintaan Debi. Tidak sengaja saat turun dari angkot sewaktu di jalan tadi dia melihat pohon jambu merah, tepatnya milik tetangga Jane yang memang dahan pohon itu melewati batas pekarangan rumahnya. Dengan sekali lempar menggunakan batu, buah bewarna hijau tapi di dalamnya bewarna merah mudah itu jatuh ke tanah Debi pun langsung memungutinya.

Debi hanya cengengesan sembari memakan roti bakar yang kebetulan Jane baru saja beli melalui ojek online.

"Makasih Jane," ucap Debi sambil mengunyah roti yang ada di dalam mulut.

"Telen dulu, keselek ntar nyalahin gue." Jane membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.

"Gue jadinya ngerepotin elo kayaknya Jane," kata Debi dengan meminum jus jambunya. "... Ahhh seger banget nih jus jambu!"

"Ya emang!"

"Dih nyolot banget lo sapi!" Dia meletakkan gelas kosong itu ke atas meja. Melihat Jane yang sedang sakit tapi justru tengah sibuk mengerjakan tugas-tugasnya membuat Debi ingin merebut kertas itu dan merobeknya.

"Gue merasa tertampar lihat lo Jane, ngimpi apa gue punya temen seambis lo." Debi tidak habis pikir bahkan saat dia melihat deretan angka-angka yang sedang di kerjakan oleh Jane dia hanya mampu menelan ludahnya.

"Itu tandanya lo beruntung, tuhan pertemuin kita biar balance. Biar lo nggak goblok banget," sahut Jane.

"Setan." Debi memutar kedua bola matanya malas.

"Jadi kenapa lo ke sini? Tumben banget,"

"Lo suuzon banget sama gue, heran. Sebagai temen yang baik gue kan khawatir sama lo, anjing." Debi memposisikan tubuhnya untuk bersandar.

"Udah deh nggak usah basa-basi, buruan cerita." Jane paham apa maksud Debi.

Debi tersenyum sumringah, lalu dia mulai membuka perbincangan dan topik pertama yang dia bahas adalah mengenai perjodohannya dengan Dino. Jane bahkan kaget, sampai-sampai bolpoin yang dia gunakan untuk menulis mencoret hasil jawabannya.

"SUMPAH DEMI APA LO?!" wajah Jane terlihat bahagia.

Debi mengangguk, "iyah! Beneran."

"Sumpah sih nggak nyangka gue, tapi bagus deh. Kayaknya Dino lebih baik daripada Revan," kata Jane mulai kesal saat membahas lelaki seperti Revan yang kasar, judes, omongannya pedas, bahkan playboy.

"Dino baik sih, gue tadi nggak jadi dihukum juga berkat bantuan Dino."

"Lo dihukum lagi? Kenapa? Astaga Deb, baru gue tinggal sehari doang lo udah dihukum aja," heran Jane.

"Hukuman pertama sih emang gue akuin, gue yang salah. Gue ketiduran di jam pelajaran Bu Ane, karena gue ketemu...." ucapan Debi menggantung membuat Jane penasaran.

"Ketemu siapa?"

"Coba tebak?" Debi menaik turunkan alisnya.

"Kang cilor yang lo utangin kemarin? Wah parah lo Deb, katanya tajir bayar ceban aja ngutang lo!"

Debi menahan dirinya, agar tidak menimpuk atau bahkan menyiram Jane karena gadis itu sedang sakit. Akhirnya Debi menarik napas dan menghelanya dengan tersenyum paksa.

"Bukan!"

"Oh bukan ya, terus siapa?" tanya Jane.

"Maxime, lo ingetkan?" Debi mengubah raut wajahnya menjadi serius.

Bahkan Jane langsung berusaha untuk mengingat-ingat siapa itu Maxime? Apakah artis? Lalu ingatannya langsung terkoneksi ke zaman dahulu sewaktu pertama kali Debi berteman dengan Jane dan menceritakan cowok itu.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang