44. Sadar dan Usai

2.1K 209 46
                                    

Bacanya sambil dengerin lagu di atas keknya bagus sih 😘

***



Hampir tiga hari Debi tidak sadarkan diri, sejak kejadian malam itu dia mengalami luka yang parah. Fisiknya tidak terlalu kuat untuk menahan semuanya, dia perempuan biasa pada umumnya memiliki rasa lemah dan tidak berdaya pada satu keadaan. Dan Debi tidak memiliki kekuatan untuk melawan hal yang diluar kendalinya itu.

Keluarga Debi dan juga Dino terus berjaga secara bergantian, Reina bahkan langsung pulang ketika mendapat kabar jika anaknya terjatuh dia tanpa pikir panjang mengambil jadwal penerbangan yang ada pada malam itu. Urusannya di sana harus dengan terpaksa dia hentikan, padahal tinggal satu langkah lagi semuanya terungkap. Hati seorang ibu yang lebih memilih anaknya daripada segalanya, dia tidak ingin lagi pergi terlalu jauh dan meninggalkan putri sematawayangnya sendiri dan merasa kesepian. Melihat kondisi anaknya membuat Reina terus menerus menyalahkan dirinya, karena jika sejak awal dia dan Nugraha memperhatikan anaknya dan mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga mereka pasti semua ini tidak akan terjadi. Mungkin ini semua peringatan bahwa anak dan keluarga itu lebih penting dari segalanya dan mereka adalah harta yang paling berharga.

Sedangkan Dino seakan tidak pernah ingin sedetik pun meninggalkan Debi bahkan dia sempat membolos dari sekolah selama dua hari jika Laras tidak menasihatinya pasti hari ini cowok itu pasti akan membolos.

Di dalam ruangan itu hanya ada Dino dan Debi yang masih setia menutup matanya.

"Lo nggak kangen sama gue apa sih?" tanya Dino. Perasaannya untuk Debi kini sudah terjawab sudah. Dia juga mencintai perempuan itu.

Sekarang Dino juga tahu kenapa dia tidak bisa membaca pikiran gadis itu karena Debi adalah sosok perempuan yang akan menikah dengannya di masa depan. Dia mengetahui itu dari Pim saat itu setelah kejadian terjatuhnya Debi semuanya langsung kembali pada tempat semulanya. Dino kala itu masih di Bandung dan dia kebingungan harus melakukan apa. Namun Pim memberikan penjelasan karena melihat keraguan menegani pancaran laki-laki itu.

Sejak saat itu Dino paham dia juga mencintai Debi namun justru dia meragukan perasaannyaa dan lebih memilih Vania yang bahkan jelas-jelas tidak ada perasaan untuknya. Usaha Debi untuk membuatnya jatuh hati berhasil. Dino mengaku, dia kalah dan Debi yang menang.

Dino memegang telapak tangan Debi, "maaf." Hanya itu yang mampu dia ucapkan. Melihat luka sayatan dan tusukan ditubuh gadis itu membuatnya merasa perih. Hatinya terasa sesak, begitu banyak hal berat yang dilalui oleh Debi dan dia membawanya dalam masalah ini. Seharusnya dia sadar sejak awal siapa Debi dan makhluk yang ada di rumahnya tidak mengancam nyawa perempuan itu.

"Gue benar-benar menyesal sama perasaan gue yang nggak peka siapa elo sebenarnya, Deb." Dia mencium punggung tangan itu. ".... gue kangen sama kecentilan lo, gombalan lo, tatapan lo."

Tangan gadis itu bergerak membuat Dino langsung menjauhkannya dan menatap wajah Debi, dia melihat mata itu terus berusaha mengerjab-ngerjab berusaha membuka matanya.

"Deb?" panggil Dino dengan senyum yang terukir dibibir laki-laki itu.

Dino mengusap kening Debi dan menciumnya, "gue panggilin dokter dulu."

Tak berapa lama kemudian Dino sudah kembali bersama dengan dokter yang dia panggil. Dino diam dengan melihat dokter yang sedang memeriksa Debi. Dia menatapnya senang, melihat kedua mata Debi walaupun terlihat dengan tatapan kosong.

"Bagaimana keadaannya, dok?" tanya Dino.

"Keadaannya kurang baik, mungkin ini disebabkan trauma kejadian yang sudah menimpanya dan lukanya masih belum kering. Kamu harus sering-sering ajak dia berbicara, jangan biarkan dia melamun sendirian." Kata sang dokter.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang