38. Ulah Catlin

2K 181 20
                                    

Terlepas dari sikap Debi yang berubah, tentunya membuat Dino berpikir apakah ada yang salah dengan dirinya? Atau apakah ada kata-kata yang menyakiti hati Debi. Hal yang membuat Dino khawatir hanyalah sikap orang-orang yang kurang baik pada perempuan itu saat ini. Dia tahu jika Debi sosok perempuan yang kuat dan pemberani namun untuk sekarang ini? Dia sedang tidak memiliki kekuatan untuk hanya sekedar melawan melalui suara.

Ponsel milik Dino bergetar sejenak, menandakan adanya pesan masuk pada hapenya. Dia menghidupkan layarnya, dan nama Mama membuat Dino langsung membaca pesan tersebut.

From: Mama

Mama sama Papa mau jenguk orang tuanya Debi dulu, kamu hari ini jagain Debi ya, sayang!

Dino kemudian mengetikkan balasan untuk Laras.

To: Mama

Iya mah

Setelah selesai membalas pesan dari Laras, tiba-tiba Catlin muncul di depannya. Walaupun sudah terbiasa dengan berbagai segi penampakan namun yang namanya hadir secara mendadak dan menunjukkan wujud aslinya siapa yang tidak kaget.

Dino menatap pada sekelilingnya, was-was jika ada yang menyadari dia sedang berkomunikasi dengan sosok Catlin.

"Hai Dino!" sapa Catlin pada Dino.

"Mau apa?' tanya Dino pelan.

"Aku bakal bantuin kamu jagain Debi, tapi untuk gantinya kamu jangan lupa permintaan aku."

Penawaran yang diberikan oleh Catlin ternyata menjadi salah satu pertimbangan Dino, itu artinya dia bisa sedikit lega jika untuk sementara ini dia tidak bisa menjaga Debi.

"Oke, nanti gue usahain lagi. Tapi sekarang tolong bantuin Debi."

"Baik." Dalam waktu sekejap, sosok Catlin langsung menghilang begitu saja dari pandangan Dino.

Dino menggelengkan kepalanya. "Datang nggak dipanggil, pergi nggak disuruh."

Sejak pagi tadi, yang hanya mampu Debi lakukan adalah diam. Setelah kejadian di lapangan tadi juga menjadi salah satu alasannya untuk keluar dari kelas. Tidak ada yang membelanya, kecuali Jane, Zidan, Fian, dan Samuel. Bahkan guru-guru pun justru memihak pada Reynata. Mereka sudah mencap jika Debi adalah pembuat onar dan tidak bisa dibela sama sekali.

"Udah, jangan sedih. Kan masih ada gue di sini!" Jane menguatkan Debi, dia mengusap pundak sahabatnya yang sedang termenung.

Debi menoleh lalu tersenyum. "Thanks, Jane."

"Gue gedek banget sumpah sama Reynata!" kesal Jane. Dia merasa jika perempuan itu terus-terusan memanfaatkan keadaan ini untuk berusaha menjatuhkan Debi.

"Pokoknya sampai lo diapa-apain sama lampir itu lo bilang gue!" kata Jane.

"Gak lah ngapain, nanti lo malah berantemnya malah bahas rumus." Debi tertawa.

"Dihhh!" Jane memukul pelan bahu Debi.

"Bisa-bisanya lo masih ngelawak,"

"Oh iya, gimana hubungan lo sama Maxime? Udah sampai mana progresnya?" tanya Debi.

Jane melotot tajam, dia tidak habis pikir dengan pemikiran Debi. Bisa-bisanya dia masih memikirkannya dalam keadaan seperti ini, apalagi dia melontarkan perntanyaan yang menurtnya konyol.

"Lo tuh ya Deb---" ucapan Jane terpotong saat mendadak ada seseorang yang memanggil Jane.

"Jane dipanggil Bu Mariska tuh."

Jane dan Debi menoleh pada perempuan yang sekelas dengannya, dia memberikan informasi bahwa Jane mendapat panggilan dari Bu Mariska. Jane mengrenyitkan dahinya bingung karena seingatnya dia hari ini tidak ada tambahan jam untuk bimbingan olimpiade.

Dino untuk DebiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang