💜 Lose

3.9K 249 8
                                    

Seorang wanita berjalan tertatih- tatih tanpa tujuan yang jelas. Dia tidak tahu harus pergi kemana lagi sekarang.

"Arkh! Kenapa ini harus terjadi kepadaku?!" teriaknya kesal.

"Dasar pria sialan! Aku tidak akan pernah memaafkanmu Adnan."

"Hiks..hiks..hikss" Alana menangis terisak meratapi kehidupannya kini.

Wanita itu tidak tahu harus kemana lagi, tidak ada satupun orang yang dikenalnya saat ini. Jika kembali ke rumah ayahnya, Alana yakin, ibu tirinya pasti mengusirnya. Sungguh, tidak ada tempat untuknya sekarang.

Kenapa Tuhan terus mengujinya? Alana mengira Adnan akan tulus mencintainya, ternyata dia adalah pria bejat yang menghancurkan hidupnya.

"Aku kotor, Aku benci pria itu! Arghh!!" teriak Alana kesal melampiaskan kemarahannya.

Wanita itu melihat sebuah jembatan di depan disana. Pikirannya terlintas hal- hal yang aneh.

"Hiks...hiks..maafkan aku."

Alana melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit, dia naik ke pembatas jembatan itu. Seharusnya dia melakukan ini sejak lama, jika pria sialan itu tidak mencegahnya waktu ini, mungkin dia sudah bersama ibunya di surga.

'Tidak Alana jangan lakukan itu, ini salah!' terdengar seorang wanita mencegahnya, Itu seperti suara ibunya.

Alana menepis pikirannya itu, mungkin ibunya sudah tenang di surga sekarang. Tidak ada yang harus disesali, dia harus mengakhiri semua ini secepatnya.

Alana mengusap air matanya. Perlahan melihat kebawah, terlihat sungainya begitu dalam dan deras, mungkin jasadnya tidak akan pernah ditemukan nantinya.

"Selamat tinggal dunia." ucap wanita itu memejamkan matanya.

Alana mulai melangkah kakinya merasa tubuhnya melayang seketika. Dia tersenyum, karena semua penderitaannya akan berakhir sekarang.

"ALANA!" teriak seseorang memanggilnya.

Brak!

Tubuh wanita itu jatuh.

Bukan jatuh ke sungai, melainkan ke trotoar jalan. Seorang wanita menariknya keras, mencegah Alana melakukan hal bodoh itu.

"Alana apa yang kau lakukan?"

"Kenapa kau ingin bunuh diri hah?!"

"Lepas! Lepaskan aku! Tolong biarkan aku mati, hiks..hikss.." ucap Alana menangis frustasi.

Sialnya, wanita ini menyelamatkannya, kenapa selalu ada orang yang mencegahnya saat ingin bunuh diri.

"Alana sadar, kenapa kau ingin bunuh diri? Apa yang terjadi? Ceritakan kepadaku, bukankah kita sahabat?"

"Sahabat?"

Alana mendongak kearah wanita dihadapannya.

"Zia?" ucapnya tidak percaya. Zia adalah teman satu sel saat Alana sempat dipenjara saat itu.

"Iya Alana, ini aku."

Zia langsung memeluk Alana menenangkan wanita itu.

"Apa yang terjadi? Ceritakan padaku."

Alana menceritakan semuanya kepada Zia. Pria bejat itu merenggut hal yang paling berharga darinya.

"Aku kotor! Aku tak pantas hidup lagi."

"Biarkan saja aku mati, hiks..hikss."

"Alana sadar! Jangan sia- siakan hidupmu untuk pria sialan itu. Bunuh diri bukan salah satu caranya, Apa kau tidak ingin membalaskan dendammu kepadanya? Aku akan membantumu."

"Balas dendam?"

Alana terdiam mendengar ucapan Zia.

"Kau harus tetap hidup Alana, Jangan pernah mau direndahkan seperti ini, kau pantas bahagia. Saat ini pikirkan dirimu sendiri."

"Jika kau bunuh diri, berarti kau kalah. Buktikan pada pria itu, kau akan lebih sukses darinya."

"Apa yang harus aku lakukan?"

Zia terdiam membisikan sesuatu kepadanya.

"Aku berjanji akan membantumu, dan dalam setahun kedepan hidupmu akan lebih baik darinya."

🔹🔹🔹

Beberapa hari kemudian...

Alana kini memasuki rumah megah Zia. Memang, wanita itu tinggal di Bandung. Waktu ini dia ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan dan mendapati Alana yang ingin bunuh diri.

"Ini rumahmu?" ucap Alana tak percaya Zia memiliki rumah megah seperti ini.

"Tentu, ini semua punyaku. Aku berhasil merebut miliku dari pria sialan itu"

Setelah perceraiannya, Zia berhasil mengambil semua hartanya dari suaminya. Suami Zia menikahinya agar mendapat warisan ayah wanita itu. Setelah mendapatkannya, pria itu menjebak agar Zia dipenjara bertahun- tahun lamanya.

Tapi sekarang tidak lagi, Zia bukan wanita yang gampang dibodohi oleh seorang pria.

"Mama." ucap seorang anak kecil perempuan berlari kearah mereka.

"Sayang."

"Dia putriku Zeta, akhirnya aku mendapatkan hak asuhnya juga."

"Benarkah? Dia sangat cantik, mirip sepertimu."

Zia tersenyum mendengar itu.

"Sayang, ini aunty Alana, dia akan tinggal bersama kita sekarang."

"Hai aunty Alana."

"Hai Zeta, kau sangat cantik sayang" ucap Alana ramah tersenyum kearah anak itu.

"Baiklah, Ayo kita akan melihat kamarmu."

Mereka mengarah ke sebuah kamar disana, kamar yang sangat luas, dan minimalis.

"Kau bisa tinggal disini Alana, sampai kapanpun yang kau inginkan"

"Terimakasih Zia, aku tidak menyangka bisa bertemu orang baik sepertimu."

Zia memeluk Alana, "Kau harus kuat Alana, buktikan jika dirimu hebat."

Alana mengangguk, "Tentu, aku harus lebih semangat mulai sekarang."

"Istirahatlah, nanti aku akan meminta bibi mengantarkan makanannya kekamarmu."

"Terimakasih" ucap Alana tulus.

Zia tersenyum, menutup pintunya, keluar dari kamar itu.

Alana merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia tidak boleh terlalu menyesali ini, hidupnya tidak boleh hancur gara- gara pria bejat itu. Dia harus bangkit kembali.

Alana mengambil buku hariannya, menuliskan sesuatu disana.

Hidupku harus lebih baik dari pria sialan itu.

Alana menutup bukunya, dia tidak boleh kalah. Hidupnya akan berubah mulai dari sekarang.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang