💜 Wedding

3.1K 182 9
                                    

Hari ini adalah hari bahagia dimana pernikahan mereka dilangsungkan. Alana menatap dirinya di cermin, melihat gaun pengantin putih mewah melekat di tubuhnya. Dia tidak menyangka akhirnya dirinya akan menikah dengan Adnan.

Terlihat seorang pria paruh baya menghampirinya. "Kau sangat cantik sayang." ucap ayahnya tersenyum.

"Ayah...Hiks..hiks.." ucap Alana menangis terisak memeluk ayahnya erat.

Dia merasa sedih akan meninggalkan ayahnya nanti. Siapa juga wanita yang tidak sedih meninggalkan pria pertama yang dia sayangi dalam hidupnya.

Bryant mengusap punggung putrinya itu. "Sayang, jangan menangis, ini adalah hari bahagiamu. Kenapa kau menangis hmm?"

Pria paruh baya itu menghapus air mata yang membasahi wajah putrinya. "Lihatlah, untung saja makeupnya tidak luntur karena ini."

"Adnan pria yang baik Alana, putramu juga akan senang bisa bersama ayah kandungnya." ucap pria paruh baya itu menenangkan putrinya.

Alana mengangguk setuju dengan ucapan ayahnya. "Iya ayah benar, seharusnya aku tidak memisahkan mereka."

Tok, tok, tok.

Suara pintu diketuk tiga kali.

"Tuan, pernikahannya akan dimulai sebentar lagi." ucap seorang maid.

"Baiklah, ayo kita kesana."

Bryant menuntun putrinya memasuki aula pernikahan. Terlihat banyak tamu undangan yang sudah ada di sana.

"Lihatlah, mereka disana." ucap ayahnya senang.

Alana mendongak ke depan, pandangannya mengarah pria tampan dihadapannya. Pria itu terlihat gagah, memakai setelan jas hitam mewah yang terlihat sangat pas di tubuhnya.

Alana mengembangkan senyumannya, dia bersama ayahnya berjalan mendekat kearah Adnan.

"Baik, karena mempelai wanita sudah disini. Kita akan memulai pernikahannya." ucap pendeta itu.

Kini Alana berhadapan dengan pria yang dia cintai. Adnan tersenyum menatap wanita dihadapannya.

"Adnan Prameswara, bersediakah engkau menjadi pedamping hidup saudari Alana Bryandri, tak peduli apapun yang terjadi kau akan tetap setia berada di sisinya, dan menjadikannya satu-satunya."

"Ya, saya bersedia."

"Alana Bryandri, bersediakah engkau menjadi pendamping hidup saudara Adnan Prameswara, baik susah maupun senang kau akan selalu ada untuknya, dan tidak akan berpaling darinya apapun keadaannya."

"Ya, saya bersedia."

"Baiklah, untuk pengantin di persilahkan untuk berciuman."

Adnan tersenyum mendekatkan wajahnya kearah Alana, mengecup bibir istrinya lembut. Pria itu melumat pelan bibir Alana. Hari ini wanita dihadapannnya resmi menjadi istrinya.

"Aku mencintamu Alana." ucap Adnan memeluk istrinya itu.

"Aku juga mencintaimu Adnan."

💜💜💜

Hari semakin malam, suasana resepsi pernikahan Adnan dan Alana sangat mewah. Banyak kerabat, serta teman- teman dekat Adnan yang menghadiri acara itu. Sedangkan, teman Alana hanyalah Zia, jadi dia hanya mengundang wanita itu saja.

Alana menemani sahabatnya yang sedang menikmati hidangan disana.

"Lihatlah, Aleo sangat bahagia dengn ayahnya." ucap Zia melirik kearah Adnan. "Untung saja dulu aku mencegahmu mengugurkan anak itu."

"Benar, aku harus berterimaksih banyak kepadamu." sahut Alana sambil tersenyum.

Terlihat seorang pria tampan mengarah kearah mereka, siapa lagi kalau bukan Adnan yang sudah menjadi suaminya sekarang.

"Ayo kita foto bersama. Zia, kau juga harus ikut." ajak Adnan.

"Tentu, itu pasti." sahut wanita itu tersenyum.

Mereka melakukan foto bersama, pose mereka saat ini adalah Adnan menggendong putranya, Alana di sampingnya, dan Zia berdiri di samping Alana.

Terlihat cahaya kemera menyilaukan matanya, menandakan mereka sudah difoto.

"Sekarang, biarkan aku yang menggendong Aleo." ucap Zia memohon.

Adnan mengangguk, memberikan putranya kepada wanita itu. Kini posisi mereka berubah, sekarang Zia yang menggendong Aleo. Adnan tersenyum merangkul istrinya Alana.

Pria itu mengedarkan pandangannya. Terlihat seorang wanita paruh baya menatap mereka dengan tatapan sinis dari kejauhan. Dia melihat wanita itu mengarahkan pistol ke arah Alana.

Fotografer itu memberi aba-aba, "Bersiaplah,"

"Satu..,

"Dua..,"

"Tig.."

Dor!

Suara tembakan yang sangat keras, membuat semua orang terkejut. Adnan segera mendorong kedua wanita itu secepat mungkin, sehingga dirinyalah yang terkena peluru.

Peluru itu berhasil menembus perutnya.

"Adnan!" teriak Alana, melihat suaminya terjatuh berlumuran darah.

Semua orang langsung berkerumun, penasaran dengan apa yang terjadi.

"Cepat tangkap pembunuh itu!" teriak Aneth ayahnya Adnan.

Alana segera mendekat kearah suaminya, menepuk wajah pria itu agar tersadar kembali.

"Adnan, bangunlah, hikss..hiks." ucap Alana menangis terisak.

"Adnan BANGUN!!!" teriak Alana keras.

Sebuah keajaiban, terlihat sedikit pergerakan dari tangan pria itu.

"Adnan, bertahanlah, kita akan segera kerumah sakit sekarang."

"Ber-janji-lah, jaga Aleo baik- baik." ucap pria itu terengah-engah.

Alana merasa janggal dengan ucapan pria itu. "Adnan apa yang kau katakan? Kita akan merawatnya bersama-sama."

Sudut bibir pria itu melengkung tipis. Tanpa disadari, pria itu tak sadarkan diri.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang