Sebulan kemudian...
Alana kini tampak bahagia menjalani hidupnya. Sekarang dia sangat sibuk mengelola restoran milik Zia. Memang, wanita itu sudah menyerahkan restorannya kepada Alana, karena dirinya sangat sibuk mengurus perusahaan ayahnya.
Terlihat mereka sedang menghitung keuntungan hasil penjualannya.
"Bulan ini kita untung sangat banyak" ucap Zia senang.
"Benarkah?"
"Ini berkat kerja kerasmu Alana, dulu restoran ini hampir tidak ada pengunjung, tetapi sekarang kau membuatnya hidup kembali."
"Aku sangat senang, kau bisa mengelolanya."
Alana tersenyum mendengarnya. Dia tidak menyangka bisa sampai di titik ini.
"Kau saja yang menyimpan uangnya." ucap Zia memberikan Alana uang itu.
"Tapi..."
"Buatlah restoran ini ramai pengunjung lagi. Aku sangat percaya kepadamu."
"Terimakasih Zia, aku tidak akan mengecewakanmu." sahut Alana yakin.
"Baiklah, Ayo kita makan siang, aku harus ke kantor nanti."
"Pelayan," panggil Alana.
Terlihat seorang pelayan membawa makanan untuk mereka.
"Silahkan dinikmati nyonya."
"Terimakasih." ucap Alana ramah.
Zia melihat makanannya sangat banyak hari ini. "Kenapa sangat banyak? Siapa yang akan menghabiskan ini?" tanyanya bingung.
"Aku akan menghabiskannya, kau tenang saja." sahut Alana santai.
"Benarkah? Kau bisa menghabiskannya?"
"Tentu saja." ucap Alana memulai makannya.
Zia menggeleng melihat kelakuan Alana. Dia terlihat seperti orang kelaparan.
"Makanlah pelan- pelan, kau terlihat seperti orang tidak makan bertahun- tahun."
"Ini sangat enak, kau mau?"
"Tidak, kau saja yang memakannya."
Alana melihat pesanannya ada yang kurang.
"Pelayan, dimana asinan manggaku?"
"Maaf nyonya, aku lupa, aku akan segera mengambilkannya untukmu."
"Terimakasih" ucap Alana senang.
"Asinan mangga? Sejak kapan kau menyukai itu?"
"Entahlah, aku sangat menyukainya akhir- akhir ini. Aku ingin memakannya setiap hari." sahut Alana sambil tersenyum.
"Benarkah? Kenapa aku merasa kau sedang ngidam?" celetuk Zia melihat tingkah Alana.
"Ngidam? Apa itu?"
"Ckck, begitu saja kau tidak tahu."
"Kau sedang hamil Alana" jelas Zia.
"Hamil? Haha, mana mungkin aku ham..."
Alana terdiam mengingat kembali, dirinya juga terlambat datang bulan. Apa mungkin melakukannya sekali bisa hamil? Tapi, dia tidak pernah mengalami gejala seperti ibu hamil lainnya.
"Mana mungkin aku hamil? Aku tidak mengalami gejala seperti ibu hamil. Aku tidak pernah merasa pusing atau mual dipagi harinya."
"Mungkin pria itu yang mengalaminya."
"Apa? Mana mungkin seperti itu"
"Kau tidak percaya, aku sudah pernah melewati fase ini. Kau tengah mengandung saat ini." ucap Zia sangat yakin.
"Tapi.."
"Lebih baik setelah ini kita mengeceknya ke rumah sakit."
Alana hanya mengangguk, mana mungkin dirinya hamil? Itu sangat tidak mungkin.
🔹🔹🔹
Jerman, 06.30
Seorang pria mengalami gejala mual di pagi harinya. Hampir seminggu dia mengalami ini, entah apa penyebabnya.
"Huek!"
Pria itu selalu memuntahkan cairan bening di pagi hari, perutnya terasa bergejolak sekarang.
"Huek!"
Seorang pria seusianya menghampirinya, "Kau baik- baik saja Adnan? Kau sakit?" tanya Dion, tetangga apartemen sebelahnya.
"Mungkin, aku hanya lelah karena begadang."
Memang, sekarang Adnan melanjutkan pendidikan spesialisnya di Jerman. Mungkin dia kelelahan karena itu.
"Tapi ini sering terjadi Adnan, kau seperti wanita hamil saja."
"Hamil?"
"Mungkin istrimu tengah mengandung saat ini. Itu biasa terjadi jika wanita sedang hamil."
"Selamat kau akan menjadi ayah" ucapnya Dion senang, dia langsung memeluk Adnan.
"Jadilah ayah yang baik nantinya."
Pikirannya teringat akan sesuatu, Apakah wanita itu hamil? Tidak, tidak, mana mungkin Alana hamil.
"Kau tahu? Sangat jarang seorang pria mengalami ini. Mungkin anakmu itu lebih menyayangi ibunya, jadi kau yang mengalami ini."
Adnan terdiam masih tidak percaya hal ini.
"Mau aku buatkan air lemon? Itu akan mengurangi rasa mualnya."
Adnan mengangguk sambil memijit kepalanya. Dia langsung mengambil ponselnya menghubungi seseorang.
"Halo Ayah, Kau sudah mencarinya? Apa dia hamil?" tanya Adnan khawatir.
"Tenang saja Adnan, ayah akan mengurus semuanya."
"Terimakasih ayah, tolong gugurkan anak itu. Aku tidak ingin dia mengandung anakku"
"Tentu saja, kau akan mendapatkan kabar baiknya besok."
Adnan mematikan ponselnya, dia yakin ayahnya bisa mengatasi semua ini.
🔹🔹🔹
Alana terkejut melihat hasil USG nya. Sungguh tidak percaya, dia benar hamil sekarang.
"Selamat nyonya, usia kandungan anda hampir 4 minggu."
"Apa?"
"Alana selamat ya, kau akan menjadi seorang ibu," ucap Zia senang.
"Tapi itu.."
"Dokter tolong beri vitamin penguat janinnya."
"Baik nyonya."
Dokter itu pergi meninggalkan mereka. Sedangkan Alana terdiam, tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
"Aku harus mengugurkannya" ucap wanita itu.
"Alana, apa kau gila? Kau ingin membunuh anakmu sendiri hah?!"
"Bagaimana kedepannya? Tidak, aku tidak akan melahirkannya. Aku harus mengugurkannya."
"Bagaimana dengan ayahnya? Dia tidak akan mau bertanggungjawab untuk anak ini. Bagaimana nasib anak ini kedepannya? Mungkin dia akan..."
"Cukup Alana!" potong Zia, "Jangan mengkhawatirkan yang belum terjadi. Mulai sekarang pikirkanlah dirimu sendiri. Kau tidak perlu suami untuk membesarkan anakmu. Kau bisa melakukannya sendiri."
"Tapi..."
"Menjadi ibu adalah suatu hal yang sangat dinantikan semua wanita. Dengan adanya anak ini, hidupmu tidak akan kesepian lagi."
"Tolong, jangan pernah membunuhnya, aku mohon, aku akan membantumu mengurusnya nantinya."
Alana terdiam, dia juga tidak tega mengugurkan darah dagingnya sendiri.
"Dengan adanya anak ini, kau bisa membalaskan dendam mu kepada pria sialan itu. Bukankah kau ingin balas dendam kepadanya?"
"Anak ini adalah keberuntunganmu. Dengan lahirnya anak ini, pria itu akan berlutut dihadapanmu. Lihat saja nanti dan biarkan ucapan sahabatmu ini terjadi" ucap Zia terdengar yakin.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLANA
Romansa[Completed] Alana ingin mengakhiri hidupnya, semua orang selalu menyalahkannya. Wanita itu berniat terjun dari gedung rumah sakit berlantai lima. Namun, seorang dokter berparas tampan berhasil menyelamatkannya hidupnya. "Apa kau ingin mati hah?!" "...