Alana sudah siap dengan pakaian yang tampak rapi melekat di tubuhnya. Dia memoleskan sedikit makeup agar tampak natural. Memang, semua ini pemberian Adnan, entah darimana pria itu tahu belajar semua hal tentang wanita. Sungguh, Adnan adalah pria baik yang pernah Alana temui.
Alana melihat pria itu yang baru bangun, dia terlihat santai, hanya menggunakan kaos distro dan celana pendek selutut. Apakah pria itu tidak bekerja?
"Adnan, kau tidak bekerja?" tanya Alana.
"Tidak, hari ini aku libur." sahutnya sambil tersenyum.
Alana mengangguk, "Baiklah, ayo kita sarapan."
Mereka beranjak ke ruang makan, mulai memakan sarapannya. Adnan melihat wanita itu mengaduk sarapannya, setelah memakannya sedikit.
"Kenapa kau hanya makan sedikit?" tanya Adnan.
"Itu..."
"Aku khawatir di hari pertamaku, Bagaimana jika aku berbuat kesalahan nanti?"
Adnan mengembangkan senyumannya, "Itu tidak akan terjadi, aku yakin kau menjadi karyawan terbaik nantinya."
"Tapi Adnan, aku belum pernah bekerja sebelumnya, jadi--"
"Kau tidak percaya dengan kemampuanmu sendiri? Kau itu hebat Alana, lihat saja nanti kau akan menjadi karyawan terbaik disana." sahut Adnan yakin.
Adnan melanjutkan makannya, terlihat Alana langsung berdiri.
"Aku harus pergi sekarang Adnan, Bagaimana jika terlambat nantinya?"
"Baiklah, aku akan mengantarmu."
"Tidak usah, maksudku jangan, aku akan berjalan kaki saja."
Adnan menyusul wanita itu, "Ayolah Alana, aku akan mengantarmu, lagipula, aku akan pergi ke rumah ayah, jadi kita satu arah."
"Tapi--"
Adnan langsung menggandeng tangan wanita itu, mengajaknya memasuki mobilnya.
🔹🔹🔹
Di dalam mobil.
Terdengar Adnan menyetel lagu kesukaannya, sial kenapa harus memutar lagu bertemakan cinta di pagi seperti ini, dan Alana merasa canggung mendengarnya.
"Apa kau tahu alasanku tinggal di apartemen? Karena ayah selalu menyuruhku menikah, padahal usiaku masih sangat muda, 25 tahun sudah dianggap tua."
"Benarkah? Kenapa usia kita sama?"
"Wah, kebetulan sekali" sahut Adnan senang.
"Tapi, aku tidak ingin menikah, aku takut semua pria akan menjauhiku, karena mempunyai riwayat kriminal. Mana mungkin mereka akan menerima wanita pembunuh sepertiku."
Adnan terdiam seketika mendengarnya.
"Semua orang tua tidak ingin anaknya menikahi wanita sepertiku. Mungkin, aku akan tetap melanjutkan hidupku tanpa menikah nantinya." ucap Alana pasrah.
"Bagaimana jika ada seorang pria yang ingin menikahimu nantinya?"
"Aku tidak yakin, tidak akan ada pria yang menginginkanku menjadi istrinya."
"Aku menginginkanmu Alana." ucap Adnan yakin.
Alana mematung mendengarnya, tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh pria itu.
"Adnan kita sudah sampai." kata Alana mengalihkan pembicaraan.
Adnan mematikan mobilnya, dia melepas sabuk pengaman Alana. Pria itu mendekatkan wajahnya.
"Adnan, apa yang..."
Cup~
Adnan mencium bibir wanita itu. Alana mematung Adnan melakukan ini kepadanya.
Adnan menatap wanita dihadapannya, terlihat wanita itu memalingkan wajahnya.
"Alana, maaf aku--" ucap Adnan terpotong akibat Alana menyelanya.
"Aku harus bekerja sekarang" ucapnya wanita itu terdengar marah.
"Terimakasih sudah mengantarkanku." Alana langsung keluar dari mobil, tanpa berpamitan, wanita itu berlari memasuki toko tempatnya bekerja.
Adnan melihat wanita itu menjauh, Apa yang dilakukannya tadi? Apa mungkin ini terlalu cepat?
🔹🔹🔹
Alana terlihat murung saat makan siang, memikirkan apa yang dilakukan Adnan tadi, dia tidak ingin terus berhutang kepada Adnan. Bagaimana caranya membalas budi pria itu?
"Kau belum menghabiskannya?" tanya teman barunya, yang bernama Arin.
Memang, Alana sangat diperlakukan sangat baik di tempat ini, dia merasa menemukan keluarga baru.
"Arin, Apa kau tahu cara balas budi kepada seorang pria?"
"Kepada pria?" tanyanya bingung, "Apa untuk kekasihmu?"
"Ah, tidak, hubungan kami hanya sahabat, namun tinggal bersama."
"What?! Tinggal bersama?" Arin terkejut mendengarnya.
"Iya, dia menyelamatkan diriku saat ingin bunuh diri, membebaskanku dari penjara, dan memberiku tempat untuk tinggal bersamanya. Sungguh dia sangat baik kepadaku" jelas Alana.
Memang, semua orang disini sudah tahu jika Alana mempunyai riwayat kriminal, dan mereka tetap memperlakukan Alana dengan baik.
"Tinggal bersama dengan seorang pria yang tidak dikenal?" Arin tertawa mendengar itu.
"Kenapa kau tertawa, apa itu lucu?"
"Apa kau tidak menyadarinya Alana? Pria itu menyukaimu."
"Mana mungkin?" bantahnya, "Adnan tidak mungkin menyukaiku."
"Kau tidak pernah berpacaran sebelumnya?"
Alana menggeleng, mana mungkin dia pacaran. Keluar saja tidak pernah dari rumah itu.
"Coba perhatikan sikap pria itu kepadamu, apakah dia sangat perhatian atau romantis?"
"Seperti ciuman" ucap Arin berbisik di telinga wanita itu.
"Apa?!" Alana kaget mendengarnya.
"Baiklah, jam makan siang sudah habis, ayo kembali bekerja"
Alana mengangguk dan kembali bekerja. Tapi apa maksud ciuman Adnan tadi? Apa pria itu menyukainya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLANA
Romance[Completed] Alana ingin mengakhiri hidupnya, semua orang selalu menyalahkannya. Wanita itu berniat terjun dari gedung rumah sakit berlantai lima. Namun, seorang dokter berparas tampan berhasil menyelamatkannya hidupnya. "Apa kau ingin mati hah?!" "...