Alana terdiam, kini pria itu memeluknya erat. "Kau tidak boleh mati! karena kau adalah masa depanku" kata- kata itu terngiang di pikiran Alana.
Akhirnya mereka tersadar, pria itu melepaskan Alana dari pelukannya.
"Kau tidak boleh mati, masa depanmu masih panjang, hidupmu akan sia-sia jika bunuh diri dengan cara seperti itu" ucap pria itu penuh harap kepada Alana.
"Siapa dirimu? Berani- beraninya kau melarangku!"
"Perkenalkan aku Adnan Prameswara, seorang dokter yang menanganimu dirumah sakit ini, dan saat ini dirimu adalah tanggung jawabku" kata pria itu.
"Apa gunanya dirimu menyelamatkan pembunuh sepertiku? Pergilah! bahkan aku tidak pernah mengenalmu."
"Kau tidak percaya kepadaku?"
"Percaya? Sangat sulit aku percaya dengan pria sepertimu."
"Aku berjanji, aku akan selalu melindungimu nantinya."
"Bohong! Semua orang bisa mengatakan itu, termasuk dirimu juga!"
"Percayalah padaku, aku Adnan Prameswara tidak pernah mengingkari janjinya."
Alana terdiam, kenapa dia seperti melihat sosok ibunya berdiri di belakang Adnan.
"Dia pria baik Alana, hidupmu akan berubah nantinya, kau harus ikut dengannya" ucap ibunya sambil tersenyum.
Lalu bayangan itu menghilang seketika. Apa maksudmu dari ibunya itu?
"Ayo cepat, kita harus kembali ke kamarmu"
Alana hanya mengangguk membiarkan pria itu menuntunnya. Namun, terlihat ayahnya datang bersama dua orang polisi.
"Cepat tangkap wanita itu!"
Terlihat Alana yang ketakutan bersembunyi dibalik Adnan.
"Akhirnya aku bisa menemukan pembunuh ini."
"Dia bukan pembunuhnya." ucap Adnan membelanya.
"Hei, dokter! Jangan pernah ikut campur permasalahan kami, kenapa kau membela wanita sialan ini?!"
Alana menangis terisak, kenapa dia tidak membiarkan hidupnya tenang sedikitpun.
"Cepat tangkap pembunuh itu!" bentak Bryant ayah wanita itu.
"Apa kalian tidak melihatnya, dia sedang sakit sekarang." kata Adnan terdengar membela Alana.
"Dokter, jangan berbohong, lihatlah wanita itu terlihat bugar." sahut pria paruh baya itu.
"Mari nona, kasus ini harus cepat diselesaikan" kata polisi itu memborgol tangan Alana.
"Tidak, bukan aku pembunuhnya."
"Kau bisa jelaskan di kantor polisi nona" sahut polisi itu membawa Alana pergi.
Alana menatap pria itu sekilas, mana buktinya jika pria itu akan melindunginya? Bahkan dia hanya diam tidak melakukan apapun.
💜💜💜
Adnan memasuki ruangan dokternya, terlihat dia masih mengingat kejadian tadi. Dia telah berjanji akan menjaganya saat itu.
"Aku harus membantunya." ucap Adnan mengambil kunci mobilnya.
Pria itu melaju mobilnya menuju kantor polisi untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" tanya seseorang polisi di bagian administrasi.
"Saya ingin mengetahui kasus tentang wanita tadi, yang bernama Alana."
"Maaf tuan, kami tidak boleh memberikan informasinya kepada sembarangan orang."
"Tidak, aku adalah kekasihnya, aku tidak tahu kenapa kekasihku bisa ada ditempat ini, padahal kami sudah beberapa lama mengalami hubungan jarak jauh." kata pria itu terdengar yakin.
"Benarkah?"
Adnan mengangguk, ekspresinya terdengar meyakinkan. Polisi itu memberikan data-data tentang Alana, dan kejahatan apa yang telah dilakukannya.
"Dengan nama Alana, kasus pembunuh disengaja, dan dijatuhi hukuman 7 tahun penjara."
"Apa? Kenapa sangat lama sekali?" tanya Adnan tidak percaya, kenapa wanita itu dijatuhi hukuman yang sangat lama.
"Berdasarkan bukti- bukti yang diberikan tuan Bryant, wanita itu mengalami depresi sehingga sengaja memberikan racun kepada ibunya sendiri."
Adnan merasa tidak beres dengan semua ini, dia sangat percaya wanita itu bukanlah pelakunya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLANA
Romansa[Completed] Alana ingin mengakhiri hidupnya, semua orang selalu menyalahkannya. Wanita itu berniat terjun dari gedung rumah sakit berlantai lima. Namun, seorang dokter berparas tampan berhasil menyelamatkannya hidupnya. "Apa kau ingin mati hah?!" "...