💜 Epilog

6.1K 165 0
                                    

Di gelapnya malam, terlihat dua insan yang sedang menikmati waktu bersama mereka. Ini adalah hari terakhir mereka di New York, sebelum mereka pulang, Adnan mengajak istrinya ke suatu tempat yang sangat istimewa. Terlihat sebuah kain hitam terulur mulai menutupi mata Alana. 

"Adnan, apa- apaan ini?"

"Ayo cepat jalan sayang," kata Adnan tersenyum.

"Adnan, kau mau membawaku kemana?" tanya Alana. 

"Kau akan tahu nanti," sahut Adnan menuntun wanitanya.

"Apa yang kau rencanakan hah?! Kau mau mengerjaiku?"

"Mana mungkin aku mengerjai istriku tercinta ini."  

Mereka berjalan menaiki sedikit tangga. Alana sangat penasaran, tempat apa yang akan ditunjukkan oleh suaminya ini. 

"Kita sudah sampai." Adnan mulai membuka kain penutup mata wanita itu.

"Surprisee!!"

Alana tak percaya, melihat dekorasi pesta yang sangat indah di balkon restoran. Disana juga ada sebuah kue ulang tahun dan berisikan lilin sesuai umurnya.

"Adnan ini..."

"Selamat ulang tahun istriku," ucap Adnan mengecup pipi Alana.

"Kenapa kau bisa tahu?" 

Adnan mengembangkan senyumannya. "Tentu saja, mana mungkin aku lupa dengan ulang tahun wanita yang ku cintai."

Alana tersenyum mendengarnya, tak menyangka Adnan akan seromantis ini.

"Ayo tiup lilinnya. Tapi sebelum itu buatlah sebuah permohonan."

Alana mengangguk, memejamkan matanya perlahan, mulai mengharapkan permohonan. Dia ingin bisa menghabiskan waktu hidupnya hingga rambutnya memutih bersama Adnan suaminya. Serta keluarga kecilnya hidup bahagia. Alana membuka matanya langsung meniup lilinnya.

Adnan tersenyum senang menepuk tangannya.

"Terimakasih suamiku." Refleks Alana langsung memeluk pria dihadapannya  "Aku sangat terharu untuk ini," ucapnya meneteskan air mata bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya ada seseorang yang mengingat hari ulang tahunnya.

"Ayo sayang kita potong kuenya."

Alana mengangguk, mulai memotong sebagian kecil kuenya.

"Potongan yang pertama untuk suamiku tercinta." Alana menyuapi suaminya sepotong kuenya. 

Adnan tersenyum, membiarkan istrinya itu menyuapinya. 

"Aku akan menyuapimu juga." Adnan mengambil sepotong kue itu, mulai menyuapi istrinya juga. 

"Rasanya sangat enak."

"Tentu, aku sengaja memesannya dari toko terbaik."

Adnan hanya tersenyum menatap wanita dihadapannya. 

"Ada noda kue di bibirmu," ucap Adnan. 

"Benarkah?" 

"Aku akan membersihkannya." 

Adnan semakin mendekat kearah istrinya. Tanpa aba-aba bibir pria itu bersentuhan dengan wanita dihadapannya. Adnan melumat lembut bibir istrinya itu, tangan kekarnya menarik tubuh Alana sehingga tidak ada celah diantara mereka. Adnan memperdalam ciumannya, sampai- sampai tubuh Alana menyentuh dinding disana. Alana membiarkan itu terjadi, mengalungkan tangannya di leher Adnan, membalas lembut ciuman suaminya itu. 

Kedua insan tersebut menghentikan kegiatannya, bernapas terengah-engah kehabisan napas. Namun, seulas senyuman tampak di wajah keduanya. Adnan mengusap anak rambut wanita itu, kembali tersenyum menatap wanita dihadapannya.

"Aku mencintaimu istriku," ucap Adnan memeluk wanita dihadapannya.

"Aku juga mencintaimu suamiku," sahut Alana membalas pelukannya.

Adnan merasa dirinya sangat beruntung memiliki istri seperti Alana. Begitu pula Alana, dia adalah wanita terbahagia mendapatkan suami seperti Adnan. Kedua insan tersebut berjanji, akan menjaga pernikahan ini sehidup semati, dan hidup sebagai pasangan terbahagia di dunia ini. 

End. 

~Terimakasih sudah menjadi saksi perjalanan cinta Adnan dan Alana~ 

Start : 5/9/20
Finish :2/9/21

Terimakasih untuk pembaca cerita ini, mohon maaf apabila ada kesalahan kata yang digunakan.

Sekian, dan terimakasih:)

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang