💜 Baik?

3.1K 223 0
                                    

Alana melangkahkan kakinya keluar dari tempatnya bekerja. Alana terkejut melihat Adnan menunggunya disana. Kenapa pria itu menjemputnya? Apa yang ingin dilakukannya lagi?

"Adnan, kau disini?" tanya Alana.

Pria itu hanya tersenyum, dia mengira Alana masih marah kepadanya.

"Ayo masuk" ucap Adnan membukakan pintu mobilnya.

Alana mengangguk, Namun, kenapa rasanya sedikit canggung sekarang?

"Kita akan ke Mall dulu, aku lupa persediaan makanan di apartemen hampir habis"

Alana hanya mengangguk, dia enggan menyahutinya. Semenjak Adnan melakukan itu tadi pagi, entah itu ciuman disengaja atau tidak, Alana mulai sedikit menjauh dari pria itu.

🔹🔹🔹

Sesampainya di Mall.

"Ayo turun"

Alana mengangguk, mereka seperti orang asing sekarang. Adnan mengambil troli belanja, sedangkan Alana sibuk memilih sayuran yang segar. Adnan memperhatikan wanita itu, memang Alana adalah calon istri idaman.

"Alana, aku ke toilet sebentar"

Alana hanya mengangguk, lalu kembali mengambil bahan yang diperlukannya lagi. Namun terdengar seseorang memanggilnya.

"Kak Ana" ucap seorang anak kecil.

Alana menoleh ke sumber suara, "Linda kau disini?" ucapnya kaget.

Alana langsung berjongkok tersenyum kepada adik tirinya itu.

"Linda kangen sama kak Ana"

"Kak Ana juga kangen"

"Linda boleh peluk kak Ana?"

"Tentu"

Mereka saling berpelukan, meskipun dia hanya adik tiri Alana, tapi dia menganggapnya melebihi adik kandungnya.

"Linda!"

Terdengar dengan suara membentak.

"Mama?"

"Kamu?!" Ibu tirinya terkejut melihat Alana disini. "Kenapa kamu bisa bebas?! Seharusnya kamu tetap di penjara"

"Aku bukan pembunuhnya, jadi aku tidak pantas berada ditempat itu"

"Pembunuh sepertimu seharusnya terkurung disana selamanya, kenapa mereka membiarkan anak sialan ini bebas?"

"Hei! Kenapa kau mengatakan itu? aku tahu dirimulah yang dengan sengaja mencampurkan itu pada obat ibuku, dasar wanita jalang!" kata Alana ketus, dia tidak takut dengan wanita itu lagi.

"Berani- beraninya kau mengatakan itu?!"

Plak!

Sarah menampar keras pipi Alana.

"Berani sekali kau menamparku?! Dasar wanita jalang! Keluargaku hancur karena dirimu!" pekik Alana kesal.

"Apa yang kau katakan hah?!"

Sarah menjambak keras rambut Alana, "Kau semakin berani kepadaku ya? Baik, akan ku berikan hukuman untuk anak sialan sepertimu!" Wanita itu mendorong Alana sehingga jatuh dilantai.

Namun, Alana tidak bisa terus begini, dia tidak takut dengan wanita itu lagi. Berani sekali wanita sialan itu melakukan ini kepada dirinya.

"Dengar jalang! Kau tidak bisa menyiksaku lagi! Kaulah wanita sialan itu, jalang menghancurkan kebahagiaan keluarga orang lain!" pekik Alana ketus.

"Kurang ajar! Berani sekali kau kepadaku?"

Sarah melayangkan tangannya, dia ingin menampar Alana lagi. Namun, seseorang menahan tangannya itu.

"Cukup sampai disini! Jangan sakiti Alana lagi" terlihat Adnan memegang tangan wanita itu kuat.

"Lepaskan! Siapa dirimu? Berani sekali kau menghalangiku?!"

"Aku calon suaminya" ucap Adnan dengan wajah penuh keyakinan.

Alana terdiam mematung mendengar Adnan mengatakan itu.

"Apa?! Calon suaminya?" kata Sarah terkejut.

"Kenapa kau tega menyiksa wanita ini lagi? Anda telah merenggut semua kebahagiaanya. Seharusnya, Anda bercermin dulu sebelum mengatakan itu kepada Alana"

"Hei! Apakah kau tidak tahu siapa wanita ini? Dia pembunuh, dia membunuh ibunya sendiri!"

"Aku tahu, dia dipenjara karena ulahmu, bahkan aku yang membebaskan Alana"

"Jadi, kau--"

"Iya, apakah kau terkejut?! Sekarang Alana miliku, kau tidak bisa menyakiti calon istriku"

"Ayo Alana kita pergi" ucap Adnan langsung mengajak Alana pergi.

Sarah terdiam melihat kepergian mereka. "Dasar wanita kurang ajar!"

"Tunggu saja pembalasanku nantinya"

🔹🔹🔹

Adnan melaju mobilnya kencang menuju kearah restoran. Mereka tidak jadi berbelanja karena kejadian tadi. Terlihat Alana masih terdiam tidak mengatakannya sepatah katapun.

Akhirnya mereka sampai di restoran itu. Adnan menggandeng tangan wanita itu, mengajaknya duduk di dekat jendela.

"Alana dia tidak melakukan apa- apakan?" tanya Adnan khawatir.

Alana hanya menggeleng.

"Syukurlah"

"Adnan, maafkan aku selalu merepotkanmu selama ini"

"Tidak Alana, kau tidak merepotkan sama sekali"

Alana menatap pria itu, sungguh dia tidak tahu maksud Adnan selalu baik kepadanya.

"Adnan, bisakah kau tidak mengatakan itu lagi?"

"Mengatakan apa?"

"Jangan panggil aku calon istrimu Adnan, kita hanya sahabat, Lagipula aku hanya seseorang yang tidak berguna menumpang hidup denganmu"

"Kenapa kau mengatakan itu? Kau berharga Alana, bahkan aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu"

"Tapi Adnan, seharusnya kau-"

"Baiklah, maafkan aku Alana, mulai sekarang aku tidak akan mengatakan seperti itu lagi. Benarkah begitu sahabatku?"

"Ayo tunjukkan senyumanmu kepada sahabatmu ini, Kenapa kau masih cemberut?"

"Terimakasih Adnan, kau memang sahabat terbaikku" sahut wanita itu tersenyum.

Meskipun Alana hanya menganggapnya sahabat, tapi Adnan mempunyai perasaan yang besar tersimpan di lubuk hatinya yang terdalam.

'Aku mencintaimu Alana' guman Adnan dalam batinnya, melihat wanita itu kembali tersenyum.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang