💜 Pria itu?

4.3K 279 114
                                    

1 bulan kemudian.

Sebulan sudah Alana menempati tempat itu. Tidak ada harapan lagi untuk bisa bebas dari sini.

"Bunda, maafkan aku, hiks..hikss" isak wanita itu menangis sambil memeluk lututnya.

"Percuma menangis, ibumu tidak akan hidup kembali!" ucap seorang tahanan yang sangat ketus kepadanya.

Dia adalah Zia, seorang tahanan yang sudah lama disini, mungkin usianya hampir sama dengannya.

Terlihat Alana terdiam, sambil menyeka air matanya.

"Aku tidak menyangka, kenapa kau berani membunuh ibumu sendiri?"

"Tidak! Bukan aku pembunuhnya, mereka menjebakku seolah- olah aku yang membunuh ibuku."

"Coba kau pikir? Mana ada seorang anak tega membunuh orang yang sangat berarti baginya."

Wanita itu kembali terisak membenamkan wajahnya pada lututnya.

"Dijebak? Kenapa kau sama denganku?"

"Maksudmu?"

"Aku juga di jebak, karena kecelakaan yang diakibatkan oleh suamiku itu."

"Tapi kenapa bisa?"

"Mungkin, karena ibu mertuaku sangat membenciku, dia tidak merestui pernikahan kami, karena kami menikah di usia 17 tahun."

"Apa? Kenapa sangat muda sekali?" tanya Alana tidak percaya.

"Karena aku bodoh, meninggalkannya segalanya demi laki- laki brengsek itu, kenapa juga aku percaya dengan janji- janji manisnya itu?"

"Dia malah menjebakku, seolah akulah pembunuhnya. Padahal dia yang menyetir pada malam itu" jelasnya.

"Tapi sudahlah, tidak ada gunanya membicarakan hal itu lagi" ucap Zia tidak ingin membahas hal itu lagi.

"Apa kalian sudah memiliki anak?"

Zia mengangguk, "Sudah, aku harus meninggalkannya karena harus berada ditempat ini, semoga saja putriku mendapatkan perlakuan baik disana" ucap wanita itu sambil menangis.

"Maaf, aku tidak bermaksud..."

"Tidak papa, memang itulah yang terjadi, tetapi aku sangat merindukan putriku itu" ucap wanita itu terlihat sangat tegar.

Alana terdiam melihat wanita itu, ternyata banyak juga yang memiliki penderitan lebih berat daripadanya.

"Sudah hampir 5 tahun aku disini, Apakah putriku masih menganggap ibunya ini?"

"Apa lima tahun tahun?"

"Iya, jangan berharap ada seseorang yang membebaskanmu. Bahkan, keluargamu sendiri pun tidak akan peduli, jika dirimu berada di tempat ini"

"Benar, bahkan aku tidak mempunyai siapapun lagi didunia ini" sahut Alana sedih.

Dia sudah kehilangan ibunya, sedangkan ayahnya, dialah yang menjebloskannya ke tempat seperti ini. Siapa lagi yang dia miliki di dunia ini? Tidak ada sama sekali.

"Kecuali, dirimu beruntung." ucap Zia secara tiba-tiba.

"Maksudmu?"

"Bermimpilah jika seorang pangeran datang membebaskanmu dari tempat ini" ucapnya sambil tersenyum.

"Mana mungkin itu terjadi, itu hanya ada di dongeng saja" sahut Alana tidak percaya.

"Benar juga, tetapi kenapa aku mempercayainya."

"Sudahlah, jangan bahas itu lagi."

Mereka tersenyum, merasa lebih tenang setelah mengungkapkan satu sama lain.

🔹🔹🔹

Terlihat seorang polisi mengarah ke arah mereka, membukakan kunci dari gembok itu.

"Alana, kau di bebaskan."

"Apa?!" tanya wanita itu terkejut.

"Iya, seorang pria tampan telah membebaskanmu, dia telah menebus semua bayarannya."

"Apa?! Bagaimana bisa?" tanya Alana tidak percaya.

"Katanya dia adalah kekasihmu, mungkin karena itu dia melakukan ini."

"Kekasih?" batin Alana, bahkan wanita itu tidak pernah menjalani hubungan dengan seorang pria manapun.

"Alana, kau curang, kenapa kau tidak menceritakannya kepadaku? ternyata diam-diam kau memiliki kekasih" ucap Zia yang menjadi temannya itu.

"Tidak, bagaimana mungkin aku punya..."

"Bereskan semua barangmu, dia sudah menunggumu" ucap Zia membantu memasukkan barang-barang Alana.

"Tapi..."

"Ayolah Alana, kesempatan hanya datang sekali, dan kali ini adalah keberuntunganmu, Tuhan sudah menjawab semua doamu."

"Cepat temui pangeran itu, dia sudah menjemputmu."

"Bagaimana denganmu?"

Zia hanya tersenyum, "Alana, jangan khawatirkan aku, tinggal beberapa bulan lagi aku akan pergi dari tempat ini juga."

"Benarkah? Aku sangat senang mendengarnya"

"Terimakasih Zia, sudah menjadi temanku selama sebulan ini."

"Tentu, semoga kita bisa bertemu dilain waktu" ucap Zia sambil tersenyum.

Alana beranjak mengikuti polisi itu, sambil membawa barang- barangnya.

"Kau sangat beruntung memiliki kekasih sepertinya, bahkan dia mengeluarkan banyak uang untuk bisa menebusmu" kata polisi itu.

Alana terdiam, 'Siapa sebenarnya pria itu?' batinnya.

"Itu kekasihmu Alana, dia sudah menunggumu dari tadi." ucap polisi itu menunjuk seorang pria yang menunggunya di ruangan tunggu.

Kenapa Alana merasa dirinya mengenal pria itu?

"Kau?" tanya wanita itu terkejut dengan pria yang membebaskannya.

Pria itu hanya tersenyum melihat Alana.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang