"Kau?" tanya Alana terkejut melihat pria itu.
Dia melihat dokter yang ditemuinya waktu itu dirumah sakit. Kenapa dia ada disini?
"Apa benar dia kekasihmu?" tanya polisi itu.
"Tid--"
"Iya, dia adalah kekasihku" potong Adnan dengan cepat.
"Silahkan bawa kekasihmu pergi dari sini. Jangan biarkan dia mengulang perbuatannya lagi."
"Tentu, aku akan menjaga kekasihku ini" sahut Adnan tersenyum merangkul pundak Alana.
"Kau bukan--"
"Terimakasih pak, senang bertemu dengan anda" cerocos Adnan cepat. agar Alana tidak mengatakan apapun.
Pria itu langsung menggandeng tangan Alana, keluar bersamanya dari kantor polisi itu. Adnan langsung mengajak wanita itu masuk kedalam mobilnya.
"Kita bisa membicarakan disini" ucap pria itu.
"Kenapa kau membebaskanku?"
"Bukankah aku sudah berjanji melindungimu?"
"Tapi, kenapa kau menepatinya? Kau bisa pergi dan melanjutkan hidupmu tanpa memikirkanku, bahkan kita tidak punya ikatan apapun."
"Benarkah? Apa aku harus mempunyai ikatan denganmu, agar bisa membantumu?"
"Bukan begitu maksudku. Kenapa membebaskan seorang pembunuh sepertiku?"
"Kau bukan pembunuhnya, aku tahu dirimu dijebak oleh ibu tirimu itu. Aku tahu semuanya Alana, kau tidak bersalah."
"Kenapa kau percaya Adnan? Harusnya kau membiarkanku berada disana. Semua orang tidak percaya kepadaku, dan kenapa kau sangat percaya?"
"Hiks,..hiks,.. Pembunuh sepertiku tidak pantas hidup." ucap wanita itu menangis terisak.
Adnan mendekatkan dirinya. "Alana, jangan menangis. Kau tidak bersalah" ucapnya mencoba menenangkan wanita itu.
"Adnan.. hikss,.. hikss,.." wanita itu menangis sesenggukan di dalam dekapan Adnan.
"Memang, aku wanita pembawa sial!"
"Aku anak yang tidak becus!"
"Aku tidak pantas hidup!"
Terlihat Adnan membiarkan wanita itu menangis, mengeluarkan segala uneg-unegnya. Sungguh, dia sangat kasihan melihat penderita wanita itu selama ini.
"Sudahlah Alana, itu sudah terjadi. Lagipula aku bersamamu saat ini." ucap Adnan menenangkan wanita itu.
Akhirnya Alana tersadar, dia menjauhkan tubuhnya dari pria itu.
"Maafkan aku Adnan, seharusnya aku--"
"Tidak papa Alana, kau bisa menganggapku sebagai sahabatmu." sahut Adnan sambil tersenyum.
'Sahabat?' batin Alana menatap pria itu.
Adnan mengambil bingkai foto di jok belakang mobilnya.
"Ini milikmu kan?" tanyanya, menyodorkan foto Alana bersama ibunya.
"Dimana kau mendapatkannya?"
"Dirumahmu, aku juga sudah membawa semua barang- barangmu"
"Apa? Bagaimana bisa?"
🔹🔹🔹
Flashback on.
Setelah tahu kejadian itu, Adnan berusaha mencari informasi tentang Alana. Dia berhasil mendapatkan alamat rumahnya.
Adnan mengecek kembali alamat rumah itu, "Apa benar rumahnya disini?" ucapnya ragu.
Adnan memencet bel rumah yang besar itu. Apa Alana tinggal disini? Tetapi setahu Adnan ini rumah pengusaha terkaya di kota ini. Apa keberadaannya disembunyikan dihadapan publik?
Terlihat seorang pembantu yang membukakan pintunya.
"Maaf tuan, anda mencari siapa?" tanya pembantu itu.
"Disini benar dengan rumah tuan Bryant?"
"Benar tuan, tetapi tuan Bryant dan keluarga masih di luar kota saat ini. Anda bisa mengunjunginya di akhir pekan."
"Tidak, aku tidak ingin bertemu dengannya. Aku hanya ingin bertanya tentang Alana."
"Nona Alana?" tanya pembantu itu terkejut.
"Iya, Apa kau mengenalnya? Benarkah rumahnya juga disini?" tanya Adnan.
"Baik tuan, mari kita bicarakan di dalam jika tentang hal itu" ajak bi Inah untuk masuk kedalam rumah itu.
Bi Inah menjelaskan apa yang terjadi, bagaimana Alana diperlakukan di tempat ini. Sampai dituduh membunuh ibunya sendiri.
"Non Alana tidak bersalah, dia dijebak oleh ibu tirinya itu, agar tuan Bryant membenci nona Alana." jelasnya.
Terlihat Adnan terdiam mendengar hal itu.
"Tuan, maukah Anda menjaga nona Alana? dia tidak mempunyai siapa- siapa lagi di dunia ini."
"Non Alana ingin menjalani hidup seperti wanita lainnya. Tetapi, semenjak lima tahun terakhir dia terkurung di dalam rumah ini. Keberadaannya di sembunyikan dari publik. Bisakah kau membantunya tuan?" pinta bi Inah.
Adnan terdiam, dia memikirkan baik- baik hal itu.
Flashback end.
🔹🔹🔹
Alana menatap foto dirinya dengan ibunya yang terlihat bahagia saat itu.
"Bunda, akhirnya kita bebas dari rumah itu" ucap Alana tersenyum.
Dia memeluk bingkai foto itu.
"Aku janji, akan selalu membawa bunda, kemanapun aku pergi."Terlihat Adnan tersenyum mendengar hal itu. Akhirnya, dia bisa mengembalikan senyuman wanita itu.
"Terimakasih Adnan" ucap Alana tulus.
"Aku berjanji, akan menjadi sahabat terbaik untukmu."
"Tentu" sahut Adnan tersenyum senang mendengar itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADLANA
Romance[Completed] Alana ingin mengakhiri hidupnya, semua orang selalu menyalahkannya. Wanita itu berniat terjun dari gedung rumah sakit berlantai lima. Namun, seorang dokter berparas tampan berhasil menyelamatkannya hidupnya. "Apa kau ingin mati hah?!" "...