💜 Khawatir

2.9K 162 1
                                    

Suara pekikan keras berasal dari rumah megah itu. Tak henti-hentinya Bryant memarahi pengawal yang tak becus melakukan tugasnya. Dari awal perasaannya sudah tidak enak, seharusnya dia tidak membiarkan putrinya pergi kemarin malam.

"Kenapa kalian sangat tidak becus hah? Cepat cari putriku sampai dapat!"

Pengawal itu menunduk. "Sudah tuan, kami sudah mencarinya kemana- mana, kami hanya menemukan mobilnya di bandara. Tapi tidak ada nyonya disana."

"Bandara?"

Bryant terkejut mendengarnya. Apa mungkin Alana keluar negeri? Akhir- akhir ini putrinya itu terus mengatakan hal itu. Tak percaya Alana akan senekat ini.

Bryant mengambil ponselnya, langsung menghubungi Aneth yang ada disana. Dia tahu Alana hanya akan pergi ke suatu tempat, yaitu New York, dimana suaminya tinggal.

"Putriku kabur, aku rasa dia pergi ke tempatmu. Tolong bantu temukan Alana jika dia ada disana."

Bryant khawatir dengan Alana, bagaimana jika terjadi apa-apa dengannya? Karena banyak orang yang ingin membunuhnya. Adnan, dan ayahnya sedang mencari pembunuh itu yang kabur diluar negeri. Tersangka utamanya adalah ibu tirinya, sekaligus mantan istrinya. Bryant merasa hidupnya penuh kesialan setelah menikahi wanita itu.

💜💜💜

Disisi lain, terlihat seorang pria paruh baya menghampiri putranya yang sedang beristirahat.

"Adnan, Alana kabur..."

"Apa?!" ucap Adnan tak percaya. "Kenapa bisa? Bukankah ayah sudah mengatakan semuanya? Dia harus tetap di Indonesia saat ini."

"Sudah, tapi wanita itu keras kepala, dia diam- diam pergi dari rumahnya. Bryant mengatakan Alana datang kesini, dia ke bandara..."

Tanpa banyak basa- basi, Adnan langsung mengambil kunci mobilnya, "Aku akan mencarinya, dia tidak boleh ada disini."

Adnan terpaksa berbohong mengatakan dirinya harus dirawat diluar negeri, dengan itu dia bisa leluasa mencari wanita yang ingin membunuh istrinya.

Adnan melaju mobilnya dengan kecepatan tinggi, kembali mengingat ucapan yang pernah dia dengar saat itu.

"Hari ini kesialan kita, seharusnya kita berhasil membunuh Alana."

"Kita harus secepatnya keluar negeri, jika tidak, mereka akan menemukan kita."

"Setelah situasinya aman, kita akan kembali lagi, kita harus menyingkirkan wanita itu. Lakukan apa cara apa saja agar bisa membunuhnya."

Adnan mengingat kalimat itu, sialnya sudah sebulan bulan dia berkeliling disini. Tidak menemukan wanita yang ingin membunuh Alana, yang kabarnya kabur keluar negeri.

"Alana, kenapa kau keras kepala hah?" ucap Adnan menggerutu sendiri. Dia harap menemukan wanita itu secepatnya.

💜💜💜

Alana menginjakan kakinya di New York, dia tidak menyangka hari telah berganti menjadi sore, setelah melewati tiga belas jam perjalanan. Alana melihat ponselnya. Memang, dia sudah mengganti nomornya serta memblokir ayahnya agar tidak bisa menghubunginya lagi. 

Alana fokus menatap ponselnya, melihat alamat tujuannya, disana dimana rumah sakit Adnan di rawat. 

"Anda butuh tumpangan nyonya?" tanya supir taksi yang ramah kepadanya.

"Pak, tolong antarkanku ke rumah sakit ini." ucap Alana.

"Baik nyonya."

Alana memasuki mobil itu, dia ingin tahu apa yang terjadi dengan Adnan sebenarnya.

Disini lain, Adnan mencari wanita itu di bandara, dia sudah berkeliling. Namun, tidak ada tanda-tanda wanita itu disana. Dimana Alana sekarang?

"Dimana aku harus mencari wanita itu?" tanyanya bingung.

•••••

Alana bergegas melangkahkan kakinya kearah rumah sakit Adnan dirawat. Memang, dia hanya menemukan alamat ini di ponsel ayahnya.

"Maaf, aku ingin bertanya. Apa ada nama pasien seperti ini?" tanya Alana kepada bagian administrasi.

Suster itu memeriksa data- data pasiennya. 

"Tidak nyonya, tidak ada yang bernama seperti itu di daftar pasien kami."

"Benarkah?" 

Alana terdiam, dia merasa ada yang tidak beres. Apa yang direncanakan oleh mereka lagi? Dia mengira Adnan benar- benar di rawat disini.

"Baiklah, terimakasih."

Alana berjalan keluar. Namun, kenapa dia merasa ada seseorang mengikutinya? Dia menoleh ke belakang, dan tidak ada siapa- siapapun disana.

Brak!

Karena tidak memperhatikan jalannya, tidak sengaja Alana menabrak orang yang berjalan disampingnya.

"Maaf nyonya, aku tidak sengaja."

Alana menabrak seorang wanita paruh baya, berambut panjang curly, serta mengunakan masker hitam. Alana tidak tahu persis wajah wanita dihadapannya.

Wanita itu membantu mengambil ponsel Alana yang terjatuh. Terlihat disana terpampang foto pernikahan mereka sebagai lock screen ponselnya.

"Apa ini suamimu?" tanya wanita itu.

"Apa kau mengenalnya nyonya?"

Wanita itu hanya mengangguk.

"Benarkah?"

"Aku pernah bertemu dengannya beberapa hari yang lalu." sahut wanita itu.

"Nyonya, apa kau tahu dimana suamiku sekarang?"

"Tentu saja, mau ku antar ke apartemennya? Aku juga tahu dimana mereka tinggal sekarang."

Alana mengangguk. "Tolong antarkan aku nyonya." ucapnya percaya. 

"Baik, tentu saja, aku harus mengantarmu ketempat suamimu. Bukan ketempat yang lain." sahutnya tersenyum menyeringai di balik masker hitam itu.

Mereka keluar dari rumah sakit memasuki mobil milik wanita paruh baya itu. Namun, sebuah sapu tangan membekap mulut Alana dari belakang. Membuat wanita itu kesulitan bernapas.

"Lepaskan aku!" teriak Alana memberontak.

Orang itu semakin membekap mulut Alana, menyuntikkan obat bius di leher wanita itu. Alana terlihat lemas
tergeletak tak sadarkan diri. 
 
"Aku tidak sabar membunuhmu sayang."

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang