💜 Awal baru

3.7K 253 11
                                    

Pagi- pagi Alana sudah berada di dapur. Sungguh dia terlihat sangat cantik dengan rambut barunya. Akibat kejadian kemarin, terpaksa Adnan memotong rambut wanita itu sebahu. Entah dimana pria itu belajar cara memotong rambut wanita, bagi Alana, Adnan melakukannya dengan sempurna.

Alana akan memulai hidupnya dari awal lagi, dia akan menjalani hidupnya seperti wanita biasanya. Dia harus kembali bangkit, tidak boleh terus menerus memikirkan hal yang sudah berlalu.

"Semuanya sudah siap, dan sekarang aku harus memanggil Adnan" ucapnya setelah menyiapkan sarapan.

Wanita itu menuju ke kamar Adnan, Apakah pria itu tidak bekerja hari ini? Kenapa belum bangun sekarang?

"Tok, tok, tok"

Alana mengetuk pintu kamar pria itu,
"Adnan, apa kau sudah bangun?" tanyanya.

Tidak ada yang menyahutinya, Alana langsung memasuki kamar pria itu. Terlihat kamarnya kosong, namun mobilnya masih digarase.

"Kau disini?" tanya pria dengan suara baritonnya.

"Adn--" terlihat Adnan bertelanjang dada, dan hanya menutupi bagian bawahnya dengan handuk. Rambutnya masih basah, dia baru selesai mandi. Terlihat pemandangan yang sangat sempurna yang di inginkan oleh setiap wanita.

Alana langsung berbalik, "Maaf, maafkan aku, aku sudah membuat sarapan untukmu."

"Benarkah?" tanyanya mendekat.

"Aku akan segera ke dapur" ucap wanita itu.

"Tunggu!" Adnan memegang tangan wanita itu, terlihat Alana terdiam mematung. Dia bisa merasakan aroma segar yang berasal dari tubuh pria itu.

Adnan mendekat ke arahnya, hanya menggunakan handuk seperti itu.

Alana terdiam, melihat Adnan semakin dekat ke arahnya. "Adnan, apa yang kau lakukan?" tanyanya gugup.

"Ada rambut, di bibirmu" sahut pria itu mengusapkan anak rambut Alana ke belakang, yang memperlihatkan leher putih jenjangnya.

"Kau terlihat cantik Alana" ucap pria di iringi senyuman manisnya.

Alana terkejut mendengarnya, kenapa jantungnya terasa berpacu cepat? dia langsung memalingkan wajahnya.

"Aku harus ke dapur sekarang " ucap Alana keluar dari kamar pria itu.

Alana menarik nafasnya, menghembuskannya perlahan, mencoba menenangkan dirinya dengan apa yang terjadi kepadanya barusan.

"Anggap tidak terjadi apa-apa Alana" ucap wanita itu mengarah ke dapur.

🔹🔹🔹

Terlihat Adnan sangat tampan memakai kemeja yang sedikit di gulung. Pria itu duduk dihadapannya, entah, apa yang membuat Alana terpesona melihatnya.

"Alana, kenapa kau melamun?" tanya pria itu.

Alana tersadar, "Hmm, aku--" terlihat wanita itu bingung mengatakan apa.

Adnan tersenyum mengalihkan pembicaraan. "Wah, ini terlihat sangat enak, apa kau yang memasak ini?"

Wanita itu mengangguk, "Hmm, iya." sahut Alana tidak berani menatap pria itu.

Terlihat Adnan mulai mencoba makanannya, Alana berharap pria itu menyukainya.

"Sungguh, masakanmu sangat enak. Dimana kau belajar seperti ini?"

"Benarkah?" sahut Alana senang, "Dulu aku selalu masak bersama bi Inah, jadinya aku tahu beberapa resep darinya."

"Aku ingin kau selalu membuatkannya untukku."

"Tentu, aku akan membuatkan sahabatku ini" sahut Alana sambil tersenyum.

Memang, hanya sahabat, tidak lebih dari itu.

Alana menatap pria itu, tampak sangat menikmati makanannya.

"Adnan, maafkan aku untuk kejadian kemarin, aku tidak bermaksud--" ucapnya terlihat bersalah.

"Jangan bahas itu lagi Alana, ayo lanjutkan makannya" sahut pria itu.

Alana mengangguk, mungkin Adnan sudah memaafkannya.

"Kau tahu? Aku suka sekali jika mendapatkan pasien anak kecil, mereka sangat menggemaskan." jelas Adnan sambil tersenyum.

"Benarkah?"

"Iya, bahkan banyak ibu- ibu selalu mencariku, jika anak mereka sakit. Padahal ada dokter anak yang lebih ahli dariku."

"Aku juga ingin memiliki anak yang lucu nantinya." ucap Adnan tersenyum ke arah Alana.

"Tentu, kau bisa memilikinya, lagipula kau sangat tampan dan mapan, mana mungkin wanita di luar sana menolakmu." sahut Alana tersenyum.

Terlihat Adnan tersenyum puas mendengar jawaban dari Alana.

"Adnan, apa aku boleh bekerja?" tanya Alana hati- hati.

Terlihat pria itu terdiam seketika setelah mendengarnya.

"Kenapa kau ingin bekerja?"

"Aku tidak ingin merepotkanmu Adnan, kau sudah banyak membantuku, dan aku ingin hidup mandiri."

"Apa kau tahu pekerjaan yang cocok untukmu? Biasanya mereka lebih mengutamakan lulusan sarjana daripada lulusan SMA. Jadi kemungkinan peluangmu sangat kecil" jelas pria itu.

"Adnan, aku mau bekerja apapun itu, yang penting aku bisa mendapatkan uang."

"Tidak Alana, kau tidak boleh bekerja saat ini, aku akan memberikanmu uang setiap harinya, jadi kau hanya di rumah saja."

"Tapi Adnan, bagaimana jika kau menikah nantinya? Kau juga harus memikirkan masa depanmu, Aku tidak ingin selalu bergantung kepadamu."

"Apa aku harus menikahimu sekarang?"

Terlihat Alana mematung mendengar apa yang dikatakan pria itu.

Bersambung...

ADLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang